Sabar & Sadar
Aku memeriksa kembali tas ranselku. Memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Hari ini adalah hari terakhir ulangan tengah semester. Ditambah lagi besok tanggal 14 Maret, hari ulang tahunku. Berangkat ke sekolah diantar bapak seperti biasa. Sampai di sekolah dan mengikuti ulangan juga seperti biasa. Lalu pulang ke rumah tanpa mengetahui bahwa hari itu adalah hari terakhirku pergi ke sekolah untuk waktu yang lama.
Tidak terasa, ya. Sudah hampir satu tahun semenjak sekolah mengumumkan akan libur dua minggu. Sudah hampir satu tahun semenjak aku mengirim pesan kepada teman – temanku dan mengatakan pada mereka, “sampai jumpa dua minggu lagi.” Ternyata memang benar. Manusia hanya bisa memberi perkiraan, bukan kepastian. Sudah setahun aku menunggu dua minggu ini berakhir. Kapan dua minggu ini akan berakhir?
Manusia seakan memulai peradaban baru yang sudah tidak sama seperti dulu. Kehidupan yang di dalamnya kita harus berdampingan dengan virus mematikan, Covid-19. Covid-19, tulisan itu ada dimana – mana. “Jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 kian hari kian meningkat.” Kata presenter wanita itu. Aku sudah sangat bosan mendengarnya.
Hari ulang tahunku berlalu dengan biasa saja. Virus Corona menjadi hadiah ulang tahun terberat dalam hidupku. Kesalahan apa yang sudah aku lakukan sehingga menerima hadiah semacam ini? Hadiah yang menjadi hukuman bagi seluruh manusia di dunia. Libur dua minggu sangat menyenangkan pada awalnya. Banyak tugas yang masuk, dan banyak juga yang belum diselesaikan. Media sosial menjadi makanan sehari – hari. Tidur larut malam dan bangun kesiangan seakan menjadi hal biasa.
Saat aku sendirian. Seringkali aku teringat dengan teman – teman. Saat belajar kelompok yang membuat kami berkunjung ke rumah satu sama lain. Berbagi lauk yang kami bawa ketika istirahat dan pulang terlambat jika ada ekstrakulikuler di sekolah. Saat tidak ada guru, biasanya kami membuat permainan kecil – kecilan. Sederhana tapi berharga. Kecil tapi selalu diingat. Aku rindu semua itu, kami merindukan semua itu.
Sampai suatu hari aku sadar. Aku sudah tenggelam terlalu jauh dengan hal – hal yang tidak berguna. Aku mencoba membuat semacam rak untuk menyimpan buku dari kardus bekas. Menata kembali mejaku agar bisa mendapatkan suasana yang baru. Tidak terlalu buruk, justru memperbaiki keadaan. Dengan meja yang aku susun sendiri, aku bisa merasa lebih nyaman. Setiap kali berantakan, akan aku rapikan lagi. Begitupun seterusnya.
Meskipun jauh, aku dan teman – teman masih bisa berkomunikasi. Hampir setiap hari kami berkirim pesan. Walau tidak dapat menggantikan kebersamaan saat di sekolah. Setidaknya dengan tetap saling berkomunikasi, kami dapat mengobati rindu. Kadang kami menanyakan kabar, menanyakan tugas, bahkan teman – temanku banyak yang mengirimkan doa saat nenekku meninggal dunia Desember kemarin. Masih banyak alasan kita untuk bersyukur walau banyak musibah yang terjadi. Untuk apa mengeluh karena satu alasan, sementara ada beribu - ribu alasan untuk kita bersyukur?
Pandemi mengajarkan kita. Membuat kita belajar bahwa manusia sekuat apapun, ada masanya akan runtuh. Mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia tidak ada apa – apanya dibanding Tuhan. Mungkin kita terlalu angkuh, terlalu sombong menganggap diri kita ini makhluk terkuat. Bisa melakukan apapun yang kita mau. Nyatanya, melawan makhluk kecil bernama Corona saja, kita sudah kewalahan. Secanggih apapun teknologi, tidak akan dapat menggantikan hangatnya kebersamaan. Ibarat emas yang digantikan dengan besi. Walaupun kita tidak bersama, setidaknya teknologi masih bisa membuat kita dekat. Walau dari jarak yang jauh. Kita tidak hanya diajarkan untuk tegar dan sabar, tapi kita juga diajarkan untuk sadar. Sadar bahwa kita hanya diciptakan dari tanah, sadar bahwa kita juga makhluk yang lemah.
Biodata penulis
Hai, nama saya Zafira Aulia. Allah menakdirkan saya lahir tanggal 14 Maret 2007 di Jakarta. Saya sekolah di SMPN 177 Jakarta kelas 8. Alamat email saya [email protected] dan nomor WA saya 081388765746

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar