Kelana Niskala (2)
“Garda pulang,” suara itu terdengar setelah derit pintu.
Aku menyambut riang, “Welcome home! Bagaimana pekerjaan hari ini?”
Seperti biasa, Kak Garda tidak menanggapi. Kuiringi langkahnya menuju kamar. Duduk di ranjang, menonton dia membereskan ruangan menyerupai kapal pecah ini.
Tertawa kecil melihatnya kewalahan. Berbaring tepar di sebelahku.
“Masa begitu saja capek?”
Hening.
“Terjadi sesuatu di kantor?” tanyaku pelan, ikut merebahkan tubuh.
“Kakak kangen, Sara,”
Apa? Aku tercengang. Refleks kembali duduk.
“Di mana kamu sekarang? Sendirian ... atau bersama Papa?”
Menutup pigura di atas nakas, senyum getir tampak pada wajah Kak Garda. Hatiku teriris melihatnya.
Selama ini, kukira dia tidak peduli. Hanya Mama yang sedih akibat insiden bertahun lalu. Ternyata benar, laki-laki terlalu besar gengsi. Ungkapan mendadak barusan menambah rasa bersalahku.
Kak Garda melangkah keluar kamar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Thanks, gimana nanti, ya..
Kereeeennnn aku menunggu kelanjutannya
Aku juga nungguin lanjutan cerita-cerita kamu. Kangen sama kembar tujuh, terlebih si Antartika.
Protokol hiat(us) tidak boleh diganggu gugat.