Rindu Guru dan Belajar Tatap Muka
Guru, itulah panggilan untuk mereka yang mengajar anak bangsa. Mereka bukan hanya mengajar tapi mereka juga mendidik anak bangsa untuk mempunyai moral. Namun, pekerjaan sebagai guru sering dianggap remeh, tetapi bagiku mereka adalah pahlawan yang jasanya tidak bisaku balas.
Sejak kecil, guru sudah berperan penting dalam hidupku, mereka yang mengajariku membaca, menulis dan berhitung. Bahkan hingga aku berumur 14 tahun mereka masih tetap berperan penting dihidupku, mereka mengajariku untuk mandiri, peduli terhadap lingkungan, mempunyai jiwa sosial, berani berbicara didepan umum, bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan masih banyak lagi.
Dulu sebelum ada pandemi aku sering mengeluh “Bu, kapan sih kita ada libur sekolah yang lama? Bosan bu sekolah terus”. Bahkan karna ingin libur sekolah aku pernah meliburkan diriku sendiri dengan alasan sakit. Dan aku sama teman-teman kelas juga sering berdoa “ Ya Allah, kapan ya kami bisa libur sekolah lama?”. Lalu, tanggal 2 Maret 2020 ada berita “Kasus pertama Virus Corona di Indonesia”, dan tak lama setelah berita itu sekolah diliburkan selama 2 minggu.
Awalnya aku dan teman-teman ku senang, karna akhirnya doa kami terkabul. Namun, karna kasus meningkat libur diperpanjang. Dan aku masih senang-senang saja, tapi libur terus ditambah dan pada akhirnya sekolah menetapkan belajar daring. Pada awal daring aku senang karna bisa dengan gampang mencari jawaban di google tanpa harus membaca buku. Bahkan banyak pelajar yang mengirim tugas lewat dari deadline karna belajar daring, termasuk dulu salah satunya aku.
Dan pada akhirnya aku sadar, aku sangat membutuhkan belajar tatap muka dan guru. Walaupun mereka tetap menjelaskan tapi rasanya berbeda dengan sekolah tatap muka. Aku rindu guru yang selalu menjelaskan materi di papan tulis, aku rindu guru yang menasehati jika aku berbuat salah, aku rindu guru yang menghukum aku jika aku salah, aku rindu nasehat dari guru dan aku sangat rindu salim guru saat mau pulang sekolah.
Mungkin menurut sebagian pelajar sekolah daring itu enak. Tapi tidak bagiku, karna belajar daring itu menyiksa. Aku tidak bisa bertemu guru, teman dan aku tidak bisa mengembangkan potensi-potensi ku. Aku rindu saat aku menjadi anak yang aktif, menjadi protokol upacara, camping, membuat acara saat hari nasional, teriak-teriak saat pramuka, ketua kelas yang marah-marah karna teman-teman pada bandel. Bukan menjadi anak yang hanya dirumah saja tanpa bergaul dan ketergantungan dengan hp ataupun laptop.
Jika dulu aku selalu berdoa agar libur sekolah, maka sekarang aku selalu berdoa agar Indonesia segera pulih dari pandemi Covid-19, lalu aku bisa sekolah seperti biasa lagi tanpa harus belajar dari daring dan mengembangkan potensi-potensi yang aku punya. Sudah cukup dulu waktu aku terbuang sia-sia dan sekarang aku tidak mau lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar