Sepucuk Surat dari Goa (1)
Suatu waktu ada sebuah keluarga yang tengah berlibur ke suatu desa. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, seorang anak laki laki, dan dua anak perempuan. Saat itu, mereka menginap di sebuah penginapan di desa itu.
‘’Papa, apakah kita akan sampai sebentar lagi?’’ tanya si sulung Hazen tak sabar saat mereka dalam perjalanan.
‘’Emm… beberapa menit lagi kita sampai kok, Kak,’’ jawab Ayah mereka sambil tersenyum.
‘’Mama, nanti ketika kita sudah sampai di penginapan, aku dan Kak Eliv ingin bermain di sekitar penginapan ya Ma.’’ pinta si bungsu, Meidina.
‘’Boleh sayang.. Kak Eliv, nanti tolong jaga Meidina ya,” jawab ibu.
‘’Baik, Ma’’ sahut Kak Eliv.
Akhirnya, mereka pun sampai di penginapan desa yang sudah mama pesan untuk bermalam. Penginapan itu memiliki kolam renang yang luas, kamar tidur yang banyak, dan taman bermain yang luas. Dari penginapan terlihat gunung-gunung yang ditumbuhi banyak pepohonan.
Di depan penginapan ada tempat penyewaan sepeda. ‘’Ma, coba lihat itu! Ada penyewaan sepeda, kita sewa yuk Ma. Aku dan Kak Eliv jadi bisa bersepeda sekitar tempat penginapan ini,” pinta Meidina, sambil menunjuk kearah tempat penyewaan sepeda itu berada,
‘’Baiklah mama pesan sekarang, untuk Meidina dan kak Eliv ya,’’ jawab ibu. Setelah ibu menyewa dua sepeda, Meidina dan kak Eliv, langsung menaikinya, dan berkelana di dekat penginapan tersebut. Ibu berpesan agar tidak bermain sepeda terlalu jauh.
Mereka terus mengayuh sepeda. Mereka berdua tidak sadar, jika mereka, telah mengayuh sepeda, sampai beberapa kilometer lebih. Sampai akhirnya, Meidina menyuruh kakaknya untuk berhenti mengayuh sepeda.
‘’Kakak… berhenti! Lihat! itu apa ya? Kok kaya goa?’’ tanya Meidina sambil mengerutkan alisnya yang agak tebal. Tangannya menunjuk ke sebuah lobang gelap yang tertutup semak yang cukup rimbun.
‘Em… itu sepertinya goa, kita masuk yuk!’’ ajak kak Eliv. Ia meletakkan sepedanya di depan goa itu dan Meidina mengikutinya. Kak Eliv mengambil sebatang kayu yang teronggok dekat sepeda mereka. Lalu Kak Eliv berjalan ke arah goa sambil menuntun tangan adiknya. Sementara tangannya yang lain menyibak semak dengan kayu tadi. Anak perempuan yang masih kelas 3 SD itu sangat ketakutan memasuki goa. Tapi untunglah kak Eliv sudah kelas 2 SMP dan berjiwa petualangan. Jadi meskipun Meidina sedikit takut, ia yakin Kak Eliv bisa menjaga dirinya.
‘’Ayo Kak kita masuk! Gelap…, aku takut gelaap, hikss..’’ ujar Meidina, sambil sembunyi di belakang tubuh kakaknya yang kurus dan tinggi. Ia sedikit menangis,
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar