Ellen melangkahkan kaki. Jalanan semakin menanjak, menuju ke puncak gunung. Ellen masih bingung, bagaimana dia bisa menemukan seruling ajaib untuk membuka gerbang tempat tersebut?

Kaaaak..! Kaaak..! Kaaak..! Tiba-tiba, terdengar burung-burung berkicau nyaring. Ellen melompat, terkejut. Kicauan yang nyaring itu segera disambung oleh kicauan merdu. Kupu-kupu dan burung berterbangan ke arahnya. Ellen terhuyung mundur, semakin bingung. Beberapa rubah dan rusa berdatangan ke arahnya, termasuk rusa kecil yang tadi dia tolong.

Rusa kecil itu berlari ke arahnya, menjatuhkan sesuatu dari mulutnya. Ellen membungkuk untuk melihat apa yang rusa kecil itu jatuhkan. Ternyata itu sebuah seruling. Ellen berseru, mengambil seruling tersebut.

Salah satu rubah yang terlihat paling anggun mendekat ke arahnya, kemudian, dua meter darinya, rubah itu bertransformasi. Cahaya bersinar mengelilingi rubah tersebut.

“Ki.. kitsune…,” Ellen terdiam.

Kitsune adalah siluman rubah dalam mitologi atau dongeng Jepang. Ellen sangat menyukai kitsune, yang sering dia gambar ketika masih kecil. Ellen juga sering membaca buku cerita tentang kitsune. Katanya, sih, kitsune itu licik. Tapi, Ellen menyukai rupa kitsune, yang kalau dia gambarkan, biasanya manusia perempuan dengan telinga dan ekor rubah.

“Putriku, terimalah pemberian kami,” hanya empat kata yang diucapkan oleh siluman rubah, yang segera menghilang diikuti oleh hewan-hewan lainnya.

Ellen termangu, memandang seruling di tangannya. Apakah seruling itu adalah seruling ajaib? Ellen tidak tahu, tapi dia harus memastikannya. Dia harus mencari tempat yang dikelilingi pohon berbunga putih yang berguguran dan memainkan seruling tersebut untuk memastikannya.