“Nona Ellen, ini sarapanmu,” Nicole meletakkan piring berisi serpihan roti di hadapan Ellen.

Ellen terkesiap dalam hati. Ini benar-benar sudah keterlaluan! Demikian batin Ellen dalam hati. Masa’ dia cuma diberikan serpihan roti saja? Bukankah harusnya, minimal, satu lembar roti? Ellen menoleh ke arah Wizzie, Lily, dan Asera. Mereka mendapatkan dua lembar roti. Yang benar saja! Ellen menatap ke arah Nicole, menyiratkan pertanyaan.

Dengan kesal, Ellen menyantap semua yang ada di piringnya dalam sekali lahap. Dia tahu kalau yang dia lakukan itu tidak sopan, melanggar semua tata krama dan table manner yang sudah diajarkan oleh Nyonya Davendelicore. Tapi, dia merasa kesal sekali, amarahnya sudah berada di luar kendali, walau tidak dia tunjukkan dengan jelas. Untungnya, tidak ada yang memperhatikan Ellen sama sekali.

“Kamu cepat sekali menghabiskannya, Ellen. Menggunakan trik apa?” Wizzie berbisik di telinga Ellen.

“Huh! Apanya trik? Nicole memberikanku hanya serpihan roti!” Ellen mendengus. Suaranya terdengar nyaring.

Semua yang ada di ruang makan menoleh ke arahnya. Nicole yang masih ada di ruang makan, memperhatikan meja makan dari pojok ruangan, tidak merasa bersalah atau malu sama sekali. Dia malah bersedekap, menutup matanya. Seolah, dia yakin 100% kalau dia tidak melakukan kesalahan.

“Sungguh, Ellen?” Asera melongo. Baginya, itu merupakan pelanggaran besar. Bagi Ellen, sih, biasa saja, toh, dia tidak suka makan. Akan tetapi, tetap saja sikap Nicole sangat keterlaluan.

“Sungguh. Tuh, tanya saja dia!” Ellen menunjuk Nicole sambil menutup mata. Mulutnya membentuk kerucut.

“Tanya siapa, El?” Asera menepuk pundak Ellen, membuatnya membuka mata.

“Siapa lagi kalau bukan… Eh?!” Ellen menganga. Nicole sudah menghilang dari pandangan.

“Sudah, kalau sudah selesai, bersiaplah untuk pelajaran Tuan Mayor Vior,” Roselle mengingatkan.

Ellen merapikan piringnya sambil mengerutkan dahi. Bagaimana mungkin, hanya dalam waktu beberapa detik, Nicole sudah menghilang? Pergi ke mana dia? Berbagai pertanyaan meledak-ledak dalam hatinya. Kecurigaan dan kekesalan terhadap Nicole semakin berkumpul dalam dirinya.