"Hei, berani ya main tampar aja!"

"Heh, kamu juga berani panggil saya nyonya! Memang saya sudah tua!?"

"Cuih. Terserah dong! Panggilan nona kan khusus untuk guru,"

"Sudah, pergi sana! Malas, lihat mukamu yang jelek!" perintahnya.

"Dari tadi aku mau pergi. Eh, kamu tahan disini!" ketus Sheyla, pergi dengan wajah kesal.

"Sudah, aku punya kabar gembira untukmu!" seru Shelly memegang pundaknya.

"Huh, apa kabarnya?"

"Kita akan service learning!"

Service Learning adalah sebuah program studi, untuk para murid berpergi ke desa. Mereka akan dibagi menjadi kelompok. Satu kelompok hanya ada 2 murid.

"Soal itu, aku sudah tahu," lirih Sheyla.

"Eits, tapi service learningnya, kita akan ke desa bojoduk. Desa yang berdekatan dengan hutan angker!"

"Maksudmu hutan Fuji?" tanya Sheyla.

"Iya! Asiiik kan!?"

"Hah? Yang benar? Huaaaa, ini sih akan menjadi pengalaman seruuu!"

"Seru? Seram tahu!" selak Yuri.

"Eh, walau begitu, ini akan menjadi sejarah terbesar!"

"Iih, seram! Nanti aku dan Pay, akan demo ke miss Arfa (Ketua Pelaksana Service learning),"

"Ah Yuri mah enggak seru! Kalau enggak mau, enggak usah ikut aja!"

"Ih Shelly, ini akan menjadi pengalaman aku. Aku enggak mau enggak bisa ikutan service learning!"

"Tapi, aku mohon! Jangan demo ke miss Arfa!"

"Yaa, mau bagaimana lagi?"

"Aku akan berikan kamera kesayanganku!" pinta Sheyla.

"Benarkah? Enggak, ini namanya korupsi!""Tapi ... Apa boleh buat? Baiklah, aku terima," sambungnya.

"Thank you Yuri!"

"Yuri! Kita enggak sekelompok saat service learning nanti!" tiba-tiba Pay menghampiri.

"Apa? Lalu aku dengan siapa? Tak seru jika bukan denganmu," keluh Yuri.

"Kamu dengan, Shelly,"

"Apa!?" pekik Shelly lalu diikuti Sheyla.

"Huh, ini harus aku adukan ke miss Arfa!" gerutu Shelly.

"Betul! Seharusnya miss Arfa tahu, kalau kita tak boleh dipisah!" lanjut Sheyla.

"Bagaimana denganku Pay?" tanya Sheyla.

"Ehmm, soal kamu, kayaknya dengan Celine,"

"BENARKAH!?"