Teror Pesan Misterius

‘Kring!’ bunyi handphone.

“Ah, dari siapa ya?” gumamku, seraya membuka handphone.

‘Hi. How are you? What are you doing? Mau jadi temanku?’ tiba-tiba nomor tak dikenal memulai percakapan.

‘Hi. Nice to meet you! But, aku masih belum bisa menjadi temanmu. Karena aku belum mengenal. Apalagi kamu baru menge-chatku tiba-tiba. ’ Jawabku.

‘Why? Aku tidak jahat kok, aku baik. Aku mau berteman denganmu karena aku tidak mempunyai teman. Aku, sebenarnya---’

‘BLOCK!

Tak ragu aku mengklik tombol itu.

“Paling dia hanya mencari perhatian,” gumamku seraya menaruh handphone di tas selempang.

“Radhina!” Ya, itu namaku.

“Salma, apa kabar?” tanyaku haru.

“Baik. Kamu bagaimana?” tanyanya balik.

“Baik sekali! Miss you!” ucapku.

“Miss you to!” ucapnya memelukku erat.

Salma adalah sahabatku. Ia pindah ke Tasikmalaya dari Jakarta, tempat tinggalku. Kebetulan ia sedang berlibur, sehingga kami bisa bertemu di Jakarta. Kami sangat dekat. Awal pertemuan kami, bukan dari teman satu sekolah. Yaitu kami berteman dari percakapan online saat webinar menulis online. Kami berteman saat aku memulai percakapan karena bosan tidak ada teman di webinar online saat itu. Ya tak menyangka, kami akan satu sekolah, namun kesenangan itu hanya sebentar, karena Salma harus pindah ke Tasikmalaya.

“Kamu melamun apa sih?” tanyanya.

“Rahasia dong!” ucapku.

Kami langsung bergegas pergi ke Mall Duta besar, mall yang terkenal di Jakarta. Tujuan kami, adalah membeli bahan untuk membuat gaun kembar. Ya, aku suka sekali menjahit, bahkan, seminggu lagi aku akan membuka butik, dari hasil biayaku, tak lupa karena bantuan oleh papa dan bunda.

“Radhina, sepertinya ini bahannya,” tunjuknya.

“Wah, iya. Coba, kamu cari bahan lainnya! Kita berpencar!” seruku.

‘Kring’ suara notifikasi masuk.

“Siapa yang chat ya?” lirihku mengambil handphone.

“Hmm, sepertinya dari nomor yang tadi,” gumamku.

“Radhina, ini ada bahan yang bagus!” pekik Salma.

“Oh, benarkah? Yang mana? Sebentar aku datang!” ucapku segera memasukkan handphone.

Aku memang cukup repot untuk menjahit dan lainnya. Tapi aku senang, karena itu bakatku. Salma memang tidak ahli dalam hal menjahit, tetapi dia seorang designer yang ahli. Aku membuka butik karena aku yakin bisa bekerja sama dengan Salma.

“Akhirnya, selesai juga!” ucapku menghembuskan nafas.

“Iya, kalau gaun sudah jadi. Kita bisa merancang gaun lain dan dijual di butik kamu!” ucapnya girang.

“Eh, butik kita berdua! Kan namanya Rad-Sal boutique!”

“Wah, good job! Oh ya, Radhina, aku ke toilet sebentar ya!” izinnya.

“Siap. Aku tunggu disini,” sahutku.

“Oh, iya! Tadi bukannya nomor orang yang tidak dikenal aku block? Artinya, berbeda orang!” gumamku segera membuka handphone.

Segera mungkin aku klik pesan nomor yang tidak dikenal.

`MIMPI YA!? MEMANG TIDAK TAHU DIRI KAMU!ʼ terhenyak, apa maksud dari pesan itu. Aku langsung mengklik tombol

ʼBLOCK!'

Tiba-tiba muncul di layar handphone 'ERROR'

“Maksudnya apa ini!? Kenapa tiba-tiba error?” rintihku cemas.

“Apa mungkin, dia pakai nomor baru?” gumamku.

“Radhina, kamu kenapa?” tanya Diah cemas, tiba-tiba datang.

“Eh, kamu cepat sekali,” alihku.

“Masa sih? Aku kira kamu menunggu kelamaan, jadinya aku terburu-buru,” sahutnya.

Lebih baik, aku lupakan masalah yang tadi, sekarang aku harus fokus untuk rancangan gaun.

“Eh iya….” aku dan Salma asik berbincang, aku berusaha mungkin melupakan hal tadi tapi itu semua failed--.