Tsabita Adzra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Friendship behind secrets 5#

Friendship behind secrets 5#

" E-ehhh sahabat tebaik?,"

" I-iya kamu sahabat terbaikku , Nai,"

" Hah! kau yakin?,"

" Tolonglah... aku tak bercanda ,Nai!,"

" Setelah mendengar itu aku merasa kau seperti orang amnesia dan melupakan apa yang terjadi sebelumnya, apa kepalamu terbentur ,Alika?," Naira tertawa.

" Cih... sudahlah abaikan perkataanku tadi," ucapku judes.

Suasana saat itu berbanding terbalik ketika bertanya sesuatu dengan Naira.

" Nai?,"

" Hmm? ada apa?," ucap Naira yang baru saja meminum air.

" Aku tidak bisa membocorkannya sekarang...," ucapku dengan tangan yang saling mengepal.

" Hmm? rahasia itu? aku tak memikirkannya lagi, apa kamu sudah berubah menjadi gadis yang bodoh, Alika?," ucapnya dengan santai memegang buah apel.

" Bodoh? apa sih yang kau maksud?,"

" Siapa yang mempedulikan sebuah rahasia yang membuat kita bertengkar?, lalu aku juga sudah tahu sampai ku mengancam-mu pun kau takkan memberitahu itu kan? kau pasti berkata " Ini belum waktunya," ya kan? otak-ku ini tak menjadi bodoh walaupun kepalaku terbentur, Alika,'

"Ta-,"

" Kau ini benar-benar bodoh... rahasia menyebalkan itu, aku tahu itu sangatlah berat, tapi setidaknya pikirkan dirimu sendiri donk! kau kira Bu Ani tak mengucapkan apa- apa sebelum membiarkanmu masuk!? Bu Ani terus berkata kau selalu mengkhawatirkanku dan sahabat rahasiaku itu memulai perdebatan aneh yang membuatmu tak bisa berkata-kata dengan wajah yang merunduk seperti orang yang kehilangan tujuan hidup? kau benar-benar mengira ini akhir dari itu? Dengar , Alika setidaknya kecelakaan itu bukan kau lah biang keroknya. Kalau kau adalah biang keroknya aku sudah mengusirmu sekarang. Suaramu saat itu terdengar kecil di telingaku, air matamu trs berjatuhan mengenai wajahku, Alika . Kau merelakan rok sekolahmu terkena darah dari kecelakaan itu, Kau lah sahabat terbaiknya, Alika! ," Naira memotong perkataanku dengan hal yang dia rasakan.

" Alika, terima kasih," ucap Naira diakhir.

Angin bertiup kencang. Suasana menjadi haru biru antara kami berdua.

" Aku tak tahu apa yang kau maksud dengan terimakasih itu tapi, sama-sama, Nai," aku memeluknya dengan kencang.

" E-ehhh... Alika apa-apan mukamu itu senyum tapi menangis?, hilangkan tangisan itu donk... tersenyumlah," NAira memelukku balik.

" Tapi Naira, kenapa kau bertanya kalo kau tak peduli?," tanyaku dengan tangan yang mengusap air mata.

" Hmm... Entahlah saat itu sepertinya aku sedang menjadi gadis bodoh," ucap Naira tertawa.

" Huh... kau memang tak bisa serius , Nai!," ucapku kesal.

Siang berganti ke sore, Aku pulang dari rumah sakit menuju ke rumah dengan muka tersenyum lebar. Ibu menyambutku di depan pintu.

" Ehhhh kau sudah pulang rupanya? Kau pasti sangat senang kan? Ibu yang mengizinkanmu menjenguk Naira lohhh...," ucap ibu polos.

" I-ibu terimakasihh," aku memeluk itu dengan erat.

Aku masuk dan ada seseorang di sofa.

" Re-Reva!," teriakku.

" Oh... Yo! apa kabar?,"

Suara yang tak asing dan lama ku tak mendengarnya. I-itu Reva! kenapa dia ada disini?

" Bu, kenapa ada Reva?,"

ibu menjawab dengan tersenyum polos. " Mulai sekarang kalian akan sekolah bersama,"

" Hah? sekolah bersamanya yang benar saja...," ucapku dengan wajah datar.

" Hai Al! apa kabar?," sela Reva.

" Hei, berkentilah memanggilku Al! aku terdengar seperti remaja laki-laki tahu!," teriakku.

" Lalu kenapa kau datang kesini, ingin sekolah bareng denganku seperti aku izinkan saja!,"

" Hmm... entahlah... di kota-ku sangat membosankan apalagi di sana tak ada yang suka game jadi ku datanglah kesini.

" Huh... menyebalkan...kenapa kau harus mengaitkan itu dengan game kesukaanmu itu?," tanyaku balik.

" Karena kau mudah diajak! jadi ya aku kesini," ucapnya melas sambil memainkan game .

Sebelum itu siapa itu Reva?

Reva adalah sepupu laki-laki-ku. Dia sangat menyukai game dan selalu mengalungkan headset di lehernya. Dia berumur sama denganku yaitu 12 tahun. Mukanya selalu datar dengan senyum menyebalkan. Sifatnya yang cool setidaknya tidak merepotkan. Tapi aku tak suka dengan kelakuannya yang seperti bos yang selalu bersantai.Walaupun selalu bermain game dia tidak memakai kacamata. Entahlah... aku tak tau apa yang terjadi dengan dirinya selama ini. Kami sudah tidak bertemu selama 2 tahun. Selama itu aku tak begitu peduli dengannya :v tampangnya menyebalkan. Ya walaupun tampangnya begitu setidaknya dia pemberani.

Aku menarik Reva ke lantai atas.

" A-apa sihh?," ucapnya kesal.

" Sudah! ikut aku dulu! annti aku akan bermain game denganmu! ," ucapku terpaksa.

" Hmm... baiklah ada apa?," tanya-nya.

" Boleh bantu aku?,"

*************************************

Arigatou Gomaimasu

tunggu bab lanjutannya yak...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post