Friendship behind secrets 4#
He-hei... sebentar... ini mimpi kan?
Ini bukan kenyataan kan?
Ini bukan yang ingin aku inginkan...
" Na-naira...,"
Dia tak menjawab.
Saat itu... aku tak mengerti apa yang terjadi, hujan yang lebat membuatku ingin berteriak.
Tanganku yang menutup wajah , berteriak dalam hati. Ini bukan yang aku inginkan.
Yang aku lihat adalah hal yang menakutkan.
Naira terlihat pucat. Ada darah yang mengalir mengikuti arus air hujan yang berjatuhan. Dia tak sadarkan diri. tangannya memiliki banyak luka.Aku berlari memangku kepalanya di pangkuan ku. Saat itu jalanan sepi tak ada orang yang lewat , aku hanya bisa berteriak . aku tak sanggup menggendong tubuhnya.
" NAIRA! HEI BANGUN!!," aku masih beteriak.
Jalanan ini masih sepi. Jalanan ini memang sepi, kejadianku terjadi di jalan yang sama , jalan ini dengan hujan yang lebat. Apa yang dilakukan ibu adalah apa yang kulakukan sekarang. Bu ani datang dengan motor entah ini ketidak kesengajaan atau diar mendengar ku berteriak.
" Alika! apa yang terjadi?," Bu Ani terkejut .
" Bu.... tolong Naira...," aku tak bisa berkata-kata lagi.
Bu Ani memanggil ambulans karena membawa Naira dengan motor itu mustahil. Bu ani menyuruhku pulang.Beralasan apa-pun alasanku di tolak oleh Bu Ani yang saat itu masih terkejut dan sedikit tergesa-gesa.
Wajahku terus menunduk. Rok yang panjangku terkena sebagian darah yann mengalir. Ini kejadian yang aneh. Kejadian yang kualami kenapa terus berulang? Aku harap Naira baik-baik saja.
" Alika! kenapa rok-mu begitu," teriak ibu khawatir.
" Naira,bu," ucapku pendek.
" Na-naira kenapa? ada apa dengan Naira ?,"
" Naira kecelakaan bu," aku menangis lagi. Tanganku mengepal dengan keras.
"Innalillahi... kok bisa?," ucap ibu dengan wajah yang terhentak.
" Aku tidak tahu bu...,"
aku berlari keatas menuju kamar . Memukul-mukul meja yang tak bersalah dan beteriak. AKu seperti orang tak waras. Menunduk di atas kasur dengan baju yang basah. Aku terus merasa bersalah. Ini salahku! kenapa ini terus terjadi.
Ibu terus memanggil dari luar.
" Alika! ibu tahu ini sulit! tapi setidaknya jangan membuat temanmu itu memikirkanmu ketika ini terjadi. Masalah terus berdatangan, iya ibu tahu!," ucap ibu dari luar.
" Maafkan ibu nak, ini salah ibu. Ibu kira penyakit itu sudah hilang. Tapi itu kembali, maafkan ibu," sahut ibu.
Rumahku dipenuhi oleh keheningan . Ibu menaruh makan malam di depan pintu. Aku tak keluar kamar sejak tadi. Sampai keesokan harinya aku berangkat sekolah dengan tak berekspresi terus menunduk .
Di kelas Bu Ani memberi tahu apa yang terjadi keseluruh kelas. Aku mendengar kabar Naira sudah sadar dan sedang dirumah sakit sekarang. Setelah pengumuman itu seorang anak perempuan bangun dari kursinya mendatangi kursiku dengan wajah marah.
" Alika! apa yang kamu lakukan kepada sahabatku!," teriaknya.
" Ini salahku," aku terus berkata itu.
" Iya aku tahu ini salahmu! tapi apa yang kamu lakukan!,"
" Aku tidak tahu.. tapi tolong biarkan aku sendiri,"
Bu Ani dan seisi kelas melihat kami yang sedang berdebat. O-oh ternyata Naira juga merahasiakan kalo dia punya sahabat. Siswi itu terus berteriak aku terus menangis . Suasana kelas pagi ini membuatku muak. Bu Ani terus melerai kami. Bu Ani terus berkata bahwa ini bukan salahku ini kecelakaan! sudahlah hentikan. Bu Ani menarikku ke luar kelas dan aku dipisahkan sementara ke kelas sebelah dan di izinkan keluar siang ini untuk melihat keadaan Naira bersama Bu Ani. Di siang hari kelasku digantikan gurunya dengan guru lain . Aku dan Bu Ani pergi kerumah sakit denga motornya.
" Untuk kejadian yang tadi pagi sebaiknya kamu lupakan," ucap Bu Ani setelah beberapa menit kami tak saling bicara,
" Iya bu, aku akan melupakannya," tapi ini terus membekas seperti noda minyak di baju.
AKu sampai di depan ruangan dimana Naira dirawat sementara. Aku mengetuknya dan masuk. Naira menyapaku seolah-olah kejadian kemaren tak terjadi.
" Hei Alika!! maaf ya sudah membuatmu khawatir," ucap Naira.
" Tidak apa-apa bagaimana keadaanmu?,"tanyaku.
" Hmm... sudah baikan kok... ," jawabnya.
" Apa yang terjadi kemarin?,"
" Aku sedikit lupa tapi ada mobil menabrakku, sudahlah... tak perlu dilanjutkan,"
Ruangan senyap seketika.
" Naira aku minta maaf sola yang kemarin,"
" E-ehhh gak usah nangis gitu ... ini juga salahku menanyakan hal itu. Kmau juga akhirnya tahu tentang hal itu?kan?," Naira tersenyum kearahku sambil mengelap air mataku yang terus berjatuhan.
Bu Ani meninggalkanku berdua dengan Naira.
" Kamu memang sahabat yang baik,"
*******************
HIyeyyy nanggung ya...
aku potong ahhh kepanjangan soalnya...
BTW aku gak tahu besok upload ga
Jadi tunngu aja
Baeklahhh
Sayooonaraaa...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut yaw