Part 2
HILANGNYA VENUS DI GUDANG
Aku melihat muka Venus yang seolah-olah iri pada ku dan yang lain, sempat memikirkan apa isi hatinya.
“Aku sangat benci melihat mereka begitu gembira dan selalu bersenang-senang. Bagaimana pun caranya, aku harus menghancurkan persahabatan mereka” Serunya dengan suara kecil.
Aku yang mendengar seruan kecil Venus tersontak kaget.
‘Hah?! Dia berencana untuk menghancurkan persahabatan kami?’ Batinku.
Setelah itu, Venus langsung pergi entah kemana. Aku yang melihat Venus pergi terburu buru, berniat untuk mengikuti nya.
"Duh, guys, kayaknya aku harus ke toilet sebentar deh. Maaf yah, kalian duluan aja ke kelas" Seru ku agak sedikit berbohong.
"Kamu kebelet ya, Bin?" Tanya Pelangi kepada ku.
"Iya nih, aku duluan ya. Bye" Jawabku sambil berlari kecil mengikuti Venus.
Setelah beberapa menit mengikuti Venus. Dia pun berhenti di salah satu ruangan di sekolah. Dan langsung masuk ke ruangan tersebut, lalu menutup pintunya.
'Aku heran, kenapa dia berhenti di ruangan ini?' Batinku.
Tanpa berpikir dua kali, aku langsung membuka pintu ruangan tersebut.
'Hah?! Terkunci?' Seru ku dalam hati.
Ternyata Venus telah mengunci pintu ruangan tersebut. Ada apa ya di dalam ruangan? Dan kenapa Venus masuk ke ruangan itu? Ada perlu apa dia di dalam sana? Penasaran? Makanya baca ceritanya sampai tuntas ya, biar tahu deh endingnya kayak gimana. Hehe. Oke lanjut ke cerita.
Tak sengaja, Pak Jaka (penjaga sekolah) datang dan menyapaku.
"Adek, adek lagi ngapain disini?" Tanya Pak Jaka yang keheranan melihatku disini.
Aku yang takut ketahuan dengan Venus, langsung menarik tangan Pak Jaka secara perlahan untuk menjauh sedikit dari ruangan itu.
"Aku disini cuma kebetulan lewat aja kok, Pak" Jawabku dengan suara pelan. "Oh ya, Pak, itu ruangan apa sih?" Lanjut ku seraya menunjuk ruangan itu. "Oh itu, itu namanya gudang. Nama ruangan nya rusak, jadi engga ada tanda nama ruangan nya deh" Balas Pak Jaka.
'Gudang? Ngapain coba, Venus masuk ke gudang? Ada perlu apa dia di dalam sana?' Batinku penasaran.
"Memangnya kenapa? Kok adek tiba-tiba nanya kayak gitu?" Seru Pak Jaka yang sepertinya penasaran dengan pertanyaan ku tadi.
"Enggak, gapapa kok, Pak. Cuma mau tau aja" Lanjut ku.
Jujur, sebenarnya aku ingin bercerita tentang Venus yang masuk ke gudang secara diam-diam. Tapi, aku takut membuat Pak Jaka kebingungan dengan cerita itu.
"Apa adek mau masuk ke gudang?" Tanya Pak Jaka.
Aku hanya mengangguk pelan.
"Kalau mau, yuk bapak temani!" Ajak Pak Jaka.
Kami pun langsung mendekati gudang itu, lalu, Pak Jaka mengambil kunci gudang di sakunya dan langsung membuka pintu gudang tersebut. Setelah pintu gudang terbuka, kami langsung masuk. Aku melihat sekeliling gudang yang penuh dengan barang barang rusak penuh debu. Aku berharap menemukan Venus di dalam sini. Tapi ternyata, nihil, tidak ada Venus disini.
'Hah?! Hilang? Venus kemana? Kok bisa sih dia tiba-tiba ngilang gitu aja?' Beberapa pertanyaan yang muncul di dalam batinku. Sungguh mencurigakan.
Tak lama kemudian. Kringg...!!! Bel masuk sudah berbunyi.
"Pak, saya masuk ke kelas dulu ya" Seruku.
"Oh, iya dek. Silahkan" Ucap Pak Jaka.
"Permisi, Pak" Lanjut ku.
Sebenarnya aku masih penasaran soal Venus yang tiba-tiba ngilang dari gudang itu.
'Apa aku cerita aja ya ke mereka soal Venus tadi? Eh, tapi, aku takutnya mereka gak percaya lagi. Dan ngira kalau aku cuma bercanda. Aku harus cari tahu dulu kenapa Venus hilang?' Batinku.
Dengan sedikit berlari, aku langsung menuju ke kelas.
Sesampainya di kelas, aku terkejut bukan main. Aku melihat Venus sedang duduk di kursinya. Kok bisa ya? Tiba-tiba dia ada disini? Dengan tatapan sinis, Venus menatapku. Aku balas tatapan itu dengan tatapan polos, seolah olah aku tidak mengetahui apa-apa. Aku gak boleh bikin Venus curiga. Semoga aja, Venus gak sadar saat aku mengikuti nya tadi.
"Bin, kamu habis darimana aja sih? Kok ke toilet nya lama banget?" Tanya Mentari.
"Emm.. Itu.. Biasalah, Tar, ada kemacetan di toilet, jadinya agak lama deh" Jawabku dengan perasaan agak gugup. Ini untuk kedua kalinya aku berbohong kepada para sahabat ku.
"Oalah, toilet nya macet toh" Balas Mentari sambil cekikikan kecil. Seperti nya Mentari tidak curiga sama aku. Syukur deh.
'Setelah pulang sekolah, aku harus membuntuti Venus lagi' Tekat ku.
"Oke anak anak, sekarang buka buku Matematika kalian dan kerjakan halaman 145 bab 1 dan bab 2. Harus selesai tepat pukul 10.30. Setelah itu, langsung kita koreksi bersama. Bagi yang tidak selesai tepat pada waktunya, akan ibu ambil paksa. Dan bagi yang mengobrol saat mengerjakan, akan ibu suruh untuk mengerjakan nya di luar kelas. Pokoknya selesai, tidak selesai, wajib dikumpulkan. Paham semuanya?!" Jelas pidato Bu Melati panjang kali lebar kali tinggi kali diameter pula. Hehe..
Kami para murid, hanya saling memandang satu sama lain setelah mendengar pidato Bu Melati. Duh, pusing dengernya.
Beberapa jam telah berlalu... Jam dinding kelas sudah menunjuk ke angka 10.30. Kini waktu pengerjaan soal Matematika sudah habis
"Oke, Anak-anak. Waktunya sudah habis, silahkan dikumpulkan!" Seru Bu Melati.
Aku, Bulan, Mentari dan Pelangi maju ke depan kelas untuk mengumpulkan soal Matematika yang telah kami selesai kan. Aku melihat temanku Bagas sedang kebingungan menengok-nengok ke buku teman yang lain seolah dia ingin mencontek jawaban teman yang sudah selesai. Andrea (atau yang biasa dipanggil Dea) sang ketua kelas melihat sikap Bagas yang berusaha mencontek ke teman teman yang lain. Dia langsung mengangkat tangannya.
"Bu Mel, Bagas pengen nyontek tuh, Bu" Cerocos Andrea.
Andrea memang anak yang sangat pintar. Dia rajin dan juga disiplin. Andrea sangat membenci dengan kata "nyontek" Dia tidak suka dengan anak yang suka mencontek. Oke, sekarang balik ke cerita ya. Kalau ngomongin soal Andrea mah gak bakalan ada habis nya. Hehe... Oke next.
Mendengar komentar Andrea, mata murid seluruh kelas 6B tertuju pada Bagas. Waduh, Bagas bisa jadi miss Indonesia nih, "karena semua mata tertuju padamu" Hehe... Eh lebih tepatnya Mr. Indonesia, karena kan Bagas itu cowok.
"Bagas, apa bener kamu nyontek?" Lanjut Bu Melati tegas. Tatapan matanya ke Bagas seperti hendak marah.
"Emm... Enggak kok Bu, Dea aja yang ngarang" Jawab Bagas.
"Apa ngarang?! Kamu pikir, aku gak punya mata apa? Jelas jelas tadi kan kamu mau nyontek ke teman yang sudah selesai" Seru Andrea agak kesal.
Keringat dingin Bagas kini mengalir deras, bagaikan air terjun, mata Bagas seperti tidak tenang melihat sekeliling dengan gerakan cepat, nafasnya tidak beraturan seperti orang ketakutan, jantung Bagas dag dig dug dengan cepat, raut mukanya seperti orang yang sedang khawatir.
"Oke begini saja. Bagas, apa tugas kamu sudah selesai?" Tanya Bu Melati.
"Emm... Anu, Bu... Belom selesai tugasnya" Balasnya.
"Oke, aturan tetap aturan dan hukuman tetaplah hukuman. Bagi yang belum selesai menyelesaikan tugas Matematika, langsung ambil bukunya dan mengerjakan soalnya di luar kelas." Seru Bu Melati tegas.
Bagas, Ridwan, dan Alvin pergi ke luar kelas. Mereka memang sekelompok anak-anak yang tidak patuh pada aturan guru. Mereka sangat iseng, sombong, dan selalu gak mau ngaku kalau mereka berbuat kesalahan. Selain itu, mereka juga suka bikin onar di sekolah. Selalu gendang-gendang meja pas Bu Melati gak ada. Dan mereka juga yang udah bikin kelas kita disebut kelas paling berisik di sekolah. Pokoknya mereka bertiga itu super duper zuper nyebelin banget deh.
"Oke, anak-anak. Sekarang kita koreksi bareng-bareng ya soal Matematika tadi. Andrea dan Pelangi tolong bagikan buku nya, ya. Tapi jangan ke orangnya." Perintah Bu Melati.
"Siap, Bu" Seru Andrea
"Oke deh, Bu" Balas Pelangi.
Setelah dibagikan, ternyata, aku mengoreksi buku Vina. Wah, Vina itu murid di kelasku yang tulisannya rapi banget. Aku beruntung, pasti bacanya gak sulit. Hehe...
"Kita mulai ya. Coba baca dari Elin dulu ya, dari paling kanan. Abis Elin kemudian Arya dan seterusnya" Jelas Bu Melati.
"1. Sebuah lingkaran dengan jari-jari 7 cm. Berapakah luas lingkaran tersebut?" Seru Elin seraya membaca soalnya.
"Ada yang tau, apa jawabannya?" Tanya Bu Melati.
Bulan langsung mengangkat tangannya.
"Rumus luas lingkaran adalah πr². Jadi luas lingkaran tersebut adalah 22/7 × 7 × 7 = 154" Jawab Bulan.
"100 buat Bulan. Jadi jawabannya adalah 154" Balas Bu Melati.
Selanjutnya soal ke 2, ke 3, ke 4, ke 5 dan seterusnya.
Beberapa jam kemudian... Kringg... Suara bel istirahat ke 2 samar samar terdengar. Murid murid SDN Kebon Pala 11 Pagi dari kelas 1 sampai kelas 6 berhamburan keluar kelas bagaikan semut semut kecil yang keluar dari sarangnya. Aku, Bulan, Mentari dan Pelangi berjalan ke kantin. Di kantin, kami duduk di sebuah meja dengan empat kursi di sampingnya. Kami berempat memesan nasi goreng. Sambil menunggu nasi gorengnya datang, kami berempat mengobrol tentang hal hal yang terjadi di kelas tadi.
"Eh, tadi di kelas seru banget deh" Seru Pelangi memulai obrolan.
"Iya seruuu banget" Balas Mentari.
"Kalian ini kenapa sih? Kok seru-seru?" Tanya Bulan bingung.
"Iya dong, Lan. Aku tuh happy banget ngeliat the trio nyebelin itu dihukum" Jawab Pelangi.
The trio nyebelin itu adalah sebutan untuk Bagas, Ridwan dan Alvin yang kami buat sendiri.
"Iya bener tuh, Lan. Gregetan banget deh ngeliat tingkah nakal mereka. Rasanya pengen aku bunuh tuh mereka bertiga" Lanjut Mentari.
"Ya ampun, Tar. Serem amat deh aku dengernya. Psikopat banget kamu. Hehe" Canda Bulan.
"Hehe, Bulan bisa aja nih," Timpal Mentari.
Aku hanya diam seribu bahasa. Yang ada di pikiran ku cuma tentang Venus yang tiba-tiba hilang di gudang. Sahabat ku saling bertatap muka, seolah mereka bingung kenapa aku daritadi bengong aja.
"Bintang" Seru Pelangi.
Aku tersontak kaget.
"Eh, Pelangi. Kenapa ya?" Balasku.
"Kamu ini aneh ya, kamu bengongin apa sih? Sampe serius begitu" Tanya Pelangi.
"Iya nih" Timpal Mentari.
"Bintang kamu kenapa? Ada masalah?" Lanjut Bulan penasaran.
"Eh, enggak kok, Lan. Gak ada masalah apapun. Everything is okay" Jawabku.
"Bener? Tapi kenapa keliatannya kamu kayak orang gelisah dan kebingungan gitu sih, Bin?" Seru Bulan bertanya lagi.
"Aku gak ada masalah apa apa kok guys, suwer deh" Balasku meyakinkan kepercayaan mereka.
"Bingung, kalau ada masalah, cerita ya ke kita. InsyaAllah kita pasti bisa bantuin kamu kok" Lanjut Pelangi.
"Iya, Bin. Jangan di sembunyiin gitu. Kalau ada apa apa cerita aja ya. Pintu curhat aku, Bulan dan Pelangi akan selalu terbuka buat kamu selama 24 jam" Timpal Mentari
"Aaaaa... Perhatian banget sih kalian. Jadi terhura, eh maksudnya terharu" Seruku.
Tak lama kemudian.
"Siapa nih yang pesen lima nasi goreng?" Tanya Mba Rani sambil membawakan lima porsi nasi goreng.
"Aku, mbak" Jawab Mentari bersemangat.
"Lho, mbak Rani, kok nasi gorengnya ada lima? Kan pesannya cuma empat" Tanya Pelangi bingung.
"Hehe, aku yang pesannya dua" Jawab Mentari sambil tersenyum kecil.
"Astaghfirullah, kamu gak kenyang kalau cuma makan satu?" Lanjut Bulan.
"Enggak lah, makanya aku pesannya dua" Balas Mentari.
"Yaudah, yuk kita makan. Eits, tapi jangan lupa berdoa dulu ya" Seruku.
"Oke deh, Bin" Timpal Pelangi.
Kami memakan nasi gorengnya dengan lahap. Setelah makan nasi goreng, rasanya aku ingin buang air kecil. Mungkin karena aku minum terlalu banyak.
"Aku ke toilet dulu, ya. Pengen buang air kecil" Seruku kepada para sahabatku.
"Oke, deh, Bin. Jangan lama-lama ya" Balas Mentari.
"Sip" Lanjut ku sambil mengacungkan jempol.
Dengan sedikit berlari, aku langsung menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai buang air kecil, aku hendak kembali ke kantin. Namun, tiba-tiba, secara tidak sengaja aku melihat Venus. Muncul niatku yang ingin mengikuti nya dan mencari tahu kenapa dia bisa hilang secara tiba-tiba.
'Itu kan Venus. Dia mau kemana?' Batinku.
Aku berjalan hati-hati mengikuti Venus. Kami berdua menelusuri lorong sekolah. Dan sama seperti tadi, lagi-lagi Venus berhenti di depan gudang. Dia pun langsung masuk ke dalamnya dan mengunci pintunya. Aku langsung mendekat ke gudang. Aku menempelkan telingaku di pintu gudang, berharap aku mendengar sesuatu. Tapi ternyata, aku sama sekali tidak bisa mendengar apapun.
'Kenapa ya, Venus masuk ke dalam gudang?' Seruku bertanya dalam hati.
Setelah pulang sekolah, aku berniat untuk mengikuti Venus lagi. Dan mengungkap rahasianya. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak melihat anak itu. Lalu aku mendapatkan sebuah ide.
'Kalau Venus mengunci pintu gudang, berarti kunci pintu gudang ada sama dia. Aku harus ambil kunci pintu gudangnya' Batinku.
Setengah berlari, aku langsung menuju gudang. Belum sampai di gudang, aku melihat Pak Jaka sedang menyapu lantai koridor sekolah. Aku langsung mendekatinya dan bertanya.
"Permisi, pak" Sapaku.
"Eh, Tiara, ada apa ya?" Balas Pak Jaka.
"Mau tanya, kunci gudang ada berapa?" Tanyaku.
"Sebenarnya ada dua, tapi salah satunya hilang gak tahu jatuh dimana" Jelas Pak Jaka.
'Berarti salah satu kunci pintu gudang itu, ada di Venus. Aku harus menemukan kuncinya. Gak salah lagi, ternyata selama ini Venus yang udah mengambil kunci gudang itu' Seruku dalam hati.
"Oh gitu, makasih ya, Pak" Lanjut ku.
"Iya dek, sama-sama" Balas Pak Jaka.
Saat di kamar, aku sibuk mencari cara supaya aku mengetahui misteri hilangnya Venus di dalam gudang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar