Assalamualaikum, om swastyastu, salam sejahtera. Yang pertama saya ucapkan terima kasih dan rasa syukur kepada Tuhan Maha Kuasa. Dan selawat tetap selalu melingkupi Sang Nabi, Muhammad saw.

Buku ini merupakan buah tangan pertama penulis sewaktu SMA. Berisikan sekitar 50 puisi: sajak-sajak yang berbicara tentang segala pernik urban perkotaan, dan sajak-sajak lainnya. Penulis sengaja mengambil topik perkotaan sebagai induk dari keseluruhan isi buku, sebab berbagai fragmen yang menyangkut perkotaan sering sekali muncul di media sebagai sebuah berita dan cerita, walaupun sampai titik tragisnya.

Ucapan terima kasih saya utarakan pertama kepada segenap karyawan, pengurus, dan pembimbing program Sasisabu yang diadakan selama bulan Juni. Mungkin karena proyek besar inilah, penulis pada akhirnya memiliki satu karya yang dilegalkan dengan sebutan buku. Selanjutnya penulis berterima kasih kepada keluarga tercinta, guru-guru, dan yang lain—yang tak bisa penulis sebut satu per satu—dengan teramat sangat.

Satu bulan bukanlah sebuah jangka waktu yang sempurna bagi penulis untuk mengarang sejumlah sajak. Berhubungan karena agenda utama program ini adalah satu buku untuk satu siswa, maka penulis agaknya tidak terlalu fokus terhadap kualitas karya sastra (puisi) yang diterbitkan, yang selalu menunggu analisa dari pembaca. Maka, penulis selalu membuka wewenang lebar-lebar kepada pembaca, kritikus, dan siapa saja yang ingin membahas dan melakukan analisis terhadap isi buku ini.

Kota yang Merekam Sejarah Kesunyiannya sebagai judul buku penulis, penulis sebenarnya hanya mendapat semacam ilham dari salah satu lukisan Alphonso Osbert yang bertajuk “La Solitude du Christ” tahun 1897.