Chapter Mujtahidah: Pilihan ialah Jalan
Assalamu’alaikum, ketemu lagi sama Nisa!
Sob, mau tanya dong, bolehkan yah?
Disini pasti ada yang udah mau lulusan SD kan?
Kalian mau pada lanjut kemana nih SMP nya?
Kalau ana... ana mau lanjut SMP ke Bogor. Tentunya ana mondok lagi!
Masa sih SD ana mondok, SMP nya ga mondok? Wkwkwkw:P
Ana sedang dalam proses persiapan!
Sobat-sobat pada kepo persiapan apa? Hehe, apalagi selain persiapan tes seleksi?... Ups, kok malah ngasih tau yah? Xixixi :D
*****
Nama aku Nisa.
Aku memiliki cita-cita sebagai penulis ideologis, sinemagrator dan tentunya Mujtahidah.
Aku selalu ingin bisa menjadi penulis yang bisa menghasilkan karya berupa bacaan.
Aku sempat menggapai itu. Tetapi Allah berkehendak lain untukku.
Semenjak aku menulis, aku selalu lalai dalam amanahku sebagai seorang santri. Aku selalu mementingkan menulis, padahal itu hal yang mubah, tiada dosa ataupun pahalanya. Tetapi masalah amanah, jika kita tinggalkan maka berdosa, tetapi selama kita menjalani amanah itu, maka pahala akan datang pada kita.
Di saat itu, aku tak pernah sadar tentang itu. Bahkan aku sampai saja menyepelekannya.
“Teteh kok disuruh ngerjain hal mubah mau? Tapi kalau amanah ditinggalin melulu!” tanya umi.
“Yah kan nulis itu seru” jawabku jika umi bertanya itu padaku.
“Harusnya kalau ngerjain idari (amanah) semangat!” kata umi.
Aku selalu tak menghiraukannya.
Setelah itu, aku memutuskan untuk setor hapalan al-Baqoroh juz 1 dalam satu kali duduk. Awalnya aku malas dengan semua itu. Tapi akhirnya ku tau apa targetku jika ingin menjadi Mujtahidah.
Aku berusaha melekat dengan al-Qur’an. Alhamdulillah, yang dulunya aku selalu dalam paksaan ketika disuruh hapalan atau muroja’ah. Kini aku sudah lengket denganya.
Di saat akhir perjuanganku membuat sebuah buku. Tinggal sedikit lagi penatku menulis bisa menghasilkan sesuatu, Allah berkata lain padaku.
Waktu itu, umi datang padaku dan menunjukkan sesuatu
“Teteh, coba sini lihat. Ada pendaftaran masuk Ma’had Syaraful Haramain loh!” ajak umi.
Aku penasaran dan segera menngambil handphone umi. Aku membaca teliti, dan saat aku membaca pada kata “harga”, aku terkejut.
“Hah, 15.000.000.00? Mahal dong mi!” protesku.
“Segitu mah murah teh...” jawab umi.
“Masa murah? Mahal begitu kok!” protes Hammam juga, adik pertamaku.
“Shhht... insyaallah murah!” nasihat abi.
Aku dan Hammam saling berpandangan, abi dan umi hanya tersenyum. Aku heran, semahal itu kenapa dikatakan murah.
Kebingunan itu akhirnya mendatangkan sebuah jawaban.
“Teteh tahu kenapa umi bilang kalau masuk KAH-MSH itu murah?” tanya umi.
Aku menggeleng.
“Karena kalau kita bilangnya mahal, maka nanti akan mahal beneran! Tapi selama kita mengatakan murah, Insyaallah akan Allah bantu!” jawab umi.
“Oooh” jawabku.
“Jadi yakinlah. Ga ada yang namanya mahal dimata Allah!” nasihat umi.
“Yap! Karena sekaya-kayanya Qorun, semua itu berasal dari Allah. Allah yang paling kaya di alam semesta! Bukan cuma di dunia!” seruku tersenyum.
Aku masih sedikit bingung dengan biaya sekolah, tapi aku memutuskan untuk fokus pada targetku.
Saat itu hari Senin.
Hari kedua aku bisa dekat dengan al-Qur’an walaupun hanya sekedar kebiasaanku saja.
Aku meminta abi untuk membangungkan aku tahajjud. Aku agak susah dibangunkan.
Mungkin sudah lama abi membangunkan aku, akhirnya aku bangun dan dengan mata mengantuk dan segera pergi ke kamar mandi untuk berwudhu.
Hari Senin ini hariku penuh dengan muroja’ah, Alhamdulillah aku tak merasa terpaksa membukanya apalagi membacanya. Tak terasa juga aku habis membaca juz 1 sebanyak 2 kali mengulang di hari ini.
Sorenya di hari Senin abi memanggilku.
Abi mengatakan bahwa abi akan mendaftarkan aku.
“Bismillah. Yah, udah di daftarkan!” seru abi.
“Masyaallah...” umi mengelusku.
Aku hanya tersenyum gembira karena akan di daftarkan kesitu. Karena aku baru dapat kabar sebelum daftar kalau teman halaqoh-ku, Mumtazah akan sekolah disitu. Tetapi juga ada rasa ingin kesana karena katanya disana tsaqofahnya bagus.
Hari selasa tiba.
Abiku masuk kamar dengan terkejut, aku ikut kebingungan dengan mata yang masih mengantuk. “Masyaallah, teteh belum dibangunin udah bangun!” seru abi.
“Hah? masa sih enggak dibangunin? Buktinya abi di dalam sini?” tanyaku tak percaya.
“Abi mau bangunin teteh... mau matikan alarm,” jawab abi.
Aku tak menghiraukan, segera ke km.
Biasanya aku daring jam setengah 10. Ini sudah jam 8 tetapi aku belum mandi juga...
“Teteh, sini, ada isian loh!” panggil abi.
Aku segera menghampiri abiku.
“Eeeh belum mandi? Mandi dulu sana!” perintah abi.
“Apa? Isian apa?” tanyaku tak sabar.
Aku mengisi isiannya dan abi mengirimnya.
Ketika aku usai pelajaran kedua dari jam 1-setengah 2. Umi dan abi memanggilku. Aku segera keluar kamar dan pergi ke kamar umiku.
“Teh. Pingin nerbitin buku yah? Tapi, biayanya itukan... ck... lumayan lah ya... terus teteh mau ke MSH. Kalau teteh di kasih pilihan, mau milih MSH dulu atau ingin nerbitin buku dulu?” jelas umi.
“Memang kenapa mi?” tanyaku.
“Kan teteh mau sekolah ke MSH, umi sama abi dukung teteh. Tapi di lain sisi, teteh juga ingin nerbitin buku... tapi, kita belum punya biaya yang cukup kalau langsung semuanya. Jadi, teteh mau uang yang ada sekarang untuk masuk MSH atau untuk nerbitin buku?” jawab umi.
“Aku... aku pilih masuk MSH aja mi!” jawabku percaya diri.
“Enggak mau nerbitin buku?” uji umi.
“Kan kata mang Ai, mang Ai punya temen yang bisa nerbitin buku... sementara ini, Aku mau mecapai cita-cita dulu! Aku mau masuk MSH dulu kalau nyatanya disana memang bagus! Kalau masalah buku. Menulis juga butuh ilmu Tsaqofah yang tinggi. Jadi selama Aku belajar disana dengan rajin, maka membuat buku jadi lebih mudah...
Banyak juga teman ku yang mau kesana! Jadi sekarang aku memilih yang terbai dulu mi...” jelasku.
Umi dan abi tersenyum.
Hari rabu.
Materi untuk tes sudah muncul. Katanya suruh hafalin surah al-Kahfi dan juz-juz yang sudah di hafal. Aku sangat semangat.
Tetapi qadarullah nya, Allah memberiku ujian dengan memberiku sesuatu (enggak perlu di jelasin yah)
Awalnya aku mau shalat dhuha, tetapi shalatnya libur dulu.
Aku bingung, kalau lagi begini kan enggak boleh baca al-Qur’an.
Walaupun aku sedang tidak diperbolehkan shalat, ngaji ataupun puasa. Abi dan umi terus membantuku dalam menhfalakan al-qur’an.
Abi membaca penggalan ayat, aku mengulangi ayatnya hingga hapal. Dan malam kemarin, malam Jum’at. Abi terus menyetel murottal untuk aku muroja’ah.
Sampai malam, aku bisa mendengar murottal hingga juz 28. Walau masih banyak hapalan yang belum di setel. Segitu dah cukup, akupun tidur.
Di hari Jum’at ini, aku mengulang kembali al-Kahfi hingga ayat 15.
“Teteh baca al-Kahfi! Inikan hari Jum’at, baca al-Kahfi itu sunnah...” kata Hammam dan aku tersenyum.
*****
Yah, akhirnya pengalama ini bisa menjadi ceritaku, pegel banget guys...
Cuma bagi ana kalau mau berdakwah, enggak ada yang namanya capek!
Sekian kisah nyata dari ana. Pertanyaan ana, dimana kalian melanjutkan sekolah? Jawab di kolom komentar yah!
Babay, ilal liqo, sayuonara!
Wassalamualikum, jan lupa follow😊
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
nis, bingung lagi ya photo profilnya, xixixi... dari tadi aku liat ganti-ganti trus soalnya, wkwkwk
heeh. ana mau PAS dulu yh babay! oyah, ana wa anti tuh
nanti yh jawabnya, lagi ngerjain tugas aku juga, bukan PAS sih, disekolahku g ada PAS
oalah, ya udh. ana tinggal yh! babay:)
iya, lumayan seneng sekolah di rumah, ga ada ulangan sama sekali, xixixi
anti home scholling yah?
Wah, sudah hafal berapa juz?
Berapa yah? wkwkwk. sebenarnya udah pernah hapalin juz 30, 29, 28, 27, 26, 25, setengah juz 24. itu waktu masih di pesantren dulu. pindah pesantren ke Semarang dapet 1 juz, juz 1. alhamdulillah udah habis, tinggal setor satu kali duduk:)
Banyak ya. Itu ditargetkan oleh sekolahnya kah? Atau memang nargetin sendiri? Boleh dong, kapan² kasih tips hafalan Al-Qur'an.
hmm... udah pada lupa sih kak, soalnya jarang aku murojaah lagi.
karena di pondo sekarang murojaahnya dari juz 30 ke juz 1 sampai juz 5
Insyaallah aku bikin kalau udh ga sibuk yh.... mau PAS soalnya. ana bikin kalau liburan yh:)
BTW maaf udh lama ga aktif... soalnya ana kemarin habis tes seleksi
semangaat nisa....,kalau aku SMPnya gk mondok dulu tapi aku mau sekolah di tempatnya kakakku katanya disitu juga ada yg hafal 25 juz,Alhamdulillah juga aku sekarang melekat dengan Al-Qur'an,sekarang aku baru 2 juz
Hamasah ya Eza!
boleh minta nomor hp nya apa....??
maaf nih ya....,aku kurang tau bahasa jepang ,hamasah maksudnya apa ya...??
Hamasah bahasa arab... Btw ini Nisa pakai hp uminya... Hehehe. Kontak email ku dulu ya Eza, yg [email protected] itu
Hamasah berarti berjuanglah atau semangat. Setauku itu
oh...maaf,kalau bahasa arab dilatinkan saya kurang tau mungkin saya taunya seperti ana,anti,afwan ,syukron,ya...seperti itu
ya...,gpp
hehehe... santuy Za...
kalau Eza mau minta sesuatu ke ana ngomongnya di email aja yh:)
ok
Za
Minta nomernya dong. mau dimana? nomer mu...
tadi udah ku kasih diemail,kalau mau disini juga gak papa,No.083831561106 itu nomerku silahkan chat aja,insyaallah kujawab
okeh, nanti yh
baru tau teteh SD-nya mondok ._. emang teteh mondok dimana?
aku kelas 1 sekolah di SDIT Usamah Tegal. kelas 2 aku pesantren di Ma'had Nurussunnah Tegal. waktu kelas 5 aku pengin jauh lagi, jadi ke Ponpes Putri Baitusyakur Semarang. insyaallah SMP mau di KAH-MSH
Rai kalau disini panggilnya teteh Nisa yh. kalau wa baru nanti manggil ana pakai nama asli ana>< wkwkwkw