Berjaya karena Islam [Potongan 3. Dark Ages Eropa]

Bertolak belakang dengan kondisi peradaban Islam yang sedang ada di puncaknya, justru saat yang sama dunia Barat mengalami masa ‘the Dark Ages’. Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bone. Eropa berada dalam kondisi gelap. Tak satupun bidang ilmu maju bahkan lebih percaya tahayyul.

“Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulah Abbasiyah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah untuk penguasa Eropa. Penunujuk waktu yang setiap jamnya berbunyi disangka uskup dan para rahib bahwa di dalam jam itu ada jin sehingga mereka takut, karena dianggap benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, naik di belahan Timur Kristen maupun belahan Barat Kristen masih menggunakan jam pasir sebagai penentu waktu.”

Gambaran kegelapan Eropa yang dilukiskan oleh William Draper: “Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 bah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko buku, masjid-masjid dan istana banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan deterangi dengan lampu-lamu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu yakni abad 15 M, satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkah di ambang pintunya saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur.”

Amat wajar ya sob kalo ilmuwan sekelas Emmanuel Deutch berkomentar, “Semua ini memberi kesempatan bagi kami (bangsa Barat) mencapai puncak kebangkitan dalam ilmu pengetahuan modern.” (M. Hashem, kekaguman dunia terhadap Islam hlm. 100)

BERSAMBUNG...

.

.

.

Ini lanjutannya yah gaes. Tunggu potongan yang terakhir ya...

Thumbnailnya masjid nabawi gak papa yah. gak nyambung

.

.

.

Billahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum!