Entah mengapa, saya kurang tertarik untuk membahas hal-hal yang sedang buming. Misalnya, soal kelancangan siswa terhadap gurunya, soal pemilu, soal mahasiswa yang dapat IPK 4 dengan skripsi tentang ganti presiden, dan sebagainya.

Sampai saat ini, saya masih lebih senang menulis sesuai kata hati sendiri. Tidak ikut arus. Menentukan arus sendiri yang sesuai suara hati.

Memang sih, hal-hal yang saya tulis sekadar pengalaman dan remeh temeh lainnya. Tidak mengenai pembahasan yang teoritis dan berat-berat. Tidak rumit-rumit pula. Bukankah di tengah keruwetan urusan kehidupan ini, justru banyak orang yang butuh hal-hal ringan?

Saya kadang suka menulis hasil perbincangan atau pertemuan-pertemuan dengan seseorang. Alasannya sederhana, karena saya pelupa yang cukup akut. Menuliskannya dapat membantu saya mengingat kembali di hari-hari kemudian.

Memang sih, tidak semua pengalaman saya tulis. Waktunya tidak cukup juga. Apalagi setiap hari saya hanya menulis satu tulisan. Tapi, tidak apa-apalah. Setidaknya ada bagian-bagian hidup yang terekam.

Kadang saya merasa aneh, mengapa saya begitu pelupa. Ya, meski pelupa juga menguntungkan bagi saya. Misalnya, dengan pelupa, beban pikiran saya menjadi lebih ringan. Tidak mudah stres.

Tapi, sisi buruknya, saya sering lupa ulang tahun atau hari-hari penting bersama si doi. Padahal, lupa waktu ulang tahun bagi sebuah hubungan itu bisa menjadi bencana besar. Bisa dianggap tidak perhatian, tidak peduli, dan tidak tidak yang lain.

Hmm tapi, semoga saya tidak pernah lupa wajahnya. Khawatir nanti tertukar dengan tetangganya. Bisa tambah ruwet!

Surabaya, 13 Februari 2019