Tema 6 : Rama Lulus Dan Kata Katanya
Tema 6 : Rama Lulus, Dan Kata Katanya
Tak terasa, seminggu berlalu dengan cepat. Setiap sore, Rama selalu ke tempat yang ditunjukkan gadis dalam mimpinya. Tak pernah sekalipun Rama malas melakukannya. Selain itu, Rama juga terus belajar dengan teman kelompoknya, yang sekaligus juga sehabat-sahabatnya.
Pagi sekali Rama melangkah dengan penuh percaya diri. Rama yakin, dia akan bisa. Semalam dia sudah belajar dan berlatih semaksimal mungkin. Seandainya nanti dia tidak lulus pun, Rama tidak menyesal karena sudah berusaha.
Tak lama berjalan, Rama sudah tiba di gerbang sekolah. Ternyata, di lapangan sekolah sudah ada banyak stand yang menjual beraneka makanan, minuman dan mainan. Rama berjalan menuju kelasnya. Rama meletakkan tas di bangkunya. Setelah itu, berjalan menuju kelas ketujuh teman sekelompoknya.
Mereka berdelapan masih mengulang pelajaran yang pernah dipelajari bersama. Masih ada waktu, karena mereka datang lebih pagi. Akhirnya, bel berdering. Segera, semua murid masuk ke dalam aula sekolah. Di sana, anak-anak disuruh berkumpul dengan kelompoknya dan berbaris. Tak lupa, murid-murid membawa alat tulis.
Rama berkumpul dengan kelompoknya. Setelah itu, perwakilan setiap kelompok maju untuk mengambil selembar kertas yang berisi nomer antrian. Rama maju dan mengambil kertas itu. Saat dibuka, Rama hanya melihat soal matematika. Kepala Sekolah menjelaskan di depan para murid, bahwa soal matematika yang ada di dalam kertas antrian memiliki jawaban bilangan asli yang merupakan nomer antrian kelompok itu.
Kepala Sekolah meminta para murid untuk menyelasaikan soal itu. Hanya diberi waktu 7 menit untuk menyelesaikannya. Rama dan kelompoknya memperhatikan soal itu dengan teliti. Soalnya adalah 4/2 x 10/4 = … itu adalah soal pecahan.
“4/2 x 10/4 = 40/8.” kata Rama.
“Lalu, bagaimana cara mengubahnya menjadi bilangan asli?” tanya Emira.
“Mudah kok. 40/8 lalu dibagi dengan 8, karena 40 : 8 hasilnya adalah 5/1. Lalu 5/1 sama saja dengan 5.” jelas Syahida.
“Berarti kita kelompok 5?” kata Ariibah.
“Iya.” jawab Yasmin.
Waktu habis. Seluruh kelompok telah menemukan nomer antriannya. Pak Kepala Sekolah mulai memanggil kelompok sesuai urutan. Saat seleksi nanti, kelompok-kelompok yang sudah dibagi itu akan melewati pos-pos soal. Pos-pos tersebut berada dalam kelas.
Tibalah giliran kelompok 5. Itu adalah kelompok Rama dan ketujuh temannya. Mereka berdebar, tapi juga bersemangat. Seleksi tersebut sangat menarik karena disajikan dalam bentuk outbound yang menyenangkan. Bukan seperti ulangan yang membosankan.
Rama dan kelompoknya sangat berhati-hati dan teliti mencari kelas atau pos yang akan didatangi. Karena saat sebuah kelompok melewati satu pos, kelompok tersebut dilarang kembali ke pos yang sudah dilewati. Tak lama, Rama melihat tulisan dengan spidol merah di pintu kelas. Tulisan tersebut adalah “ POS MATEMATIKA 1“. Rama dan teman-temannya lalu memasuki ruang kelas tersebut.
Didalam kelas, ada Pak Ridwan guru kelas 6. Di depan pak Ridwan ada sebuah meja kayu. Di atas meja kayu ada sekitar 35 lembar kertas yang terbalik. Lalu kertas tersebut dibalik. Disana ada soal yang harus dipecahkan.
Pak Ridwan mempersilahkan kelompok Rama untuk memilih salah satu kertas. Di pos pertama, Rama yang harus mengambil soal tersebut. Rama ragu. Namun, Syahida mengingatkan bahwa di setiap pilihan yang kita ambil, pasti ada resiko yang harus kita tanggung.
Kemudian Rama mengambil kertas paling tengah. Rama membukanya dan melihat sebuah soal. Soalnya adalah 1/5 + 2/7 x 3/5 =…
“Pertama, kita menjumlahkan 1/5 + 2/7. Kita akan mendapat hasil 70/35. Lalu dikecilkan dengan di bagi 7. Hasilnya adalah 10/5.” kata Rama.
“Lalu 10/5 x 3/5. Kalau kita menggunakan metode coret, soalnya akan menjadi 2/5 x 3/1.” lanjut Syahida.
“Kita akan mendapatkan 6/1 sebagai hasil. Bisa juga ditulis 6 saja.” kata Kinar melanjutkan.
Mereka lalu menuliskan jawaban yang mereka dapatkan di kolom jawaban. Kemudian memberikannya pada Pak Ridwan. Kelompok Rama lalu mencari pos ke 2. Setelah berjalan sebentar, pos matematika 2 pun ditemukan. Mereka bergegas masuk.
Disana, ada Bu Guru Amala yang berjaga. Bu Guru Amala memberi Aliya secarik kertas yang berisi soal. Soalnya adalah “Sederhanakan bilangan 150/60 menjadi bilangan yang paling sederhana.”
“Pertama, 150/60 kita coret angka 0 nya. Hasilnya adalah 15/6.” kata Yasmin.
“Lalu 15/6 kita ubah menjadi pecahan campuran, karena pembilangnya lebih besar dari pada penyebutnya. Hasilnya adalah 2 3/6.” Lanjut Aliya.
Mereka lalu memberikan jawabannya pada Bu Guru Amala. Setelah itu, mereka melanjutkan untuk mencari pos ketiga. Pos ketiga adalah Pos IPA ke 1. Mereka pun masuk kedalamnya.
Tak ada siapapun di dalam pos tersebut. Tapi, saat Rama dan kelompoknya melihat ke papan tulis, ada tulisan “Ambil kertas soal di dalam kotak kardus di atas meja. Kemudian masukkan jawabannya ke dalam kotak kardus yang disebelahnya.”
Yasmin mengambil kertas soal dan menunjukkan pada yang lain. Soalnya adalah “Sebutkan 3 lapisan pada kulit!”.
“Soalnya lumayan sulit ya.” kata Emira memberi komentar.
“Ya, aku lupa. Ada yang ingat tidak?” tanya Aliya.
“Aku ingat. Lapisan pada kulit kita adalah Epidermis, Dermis, dan Hipodermis.” kata Ariibah.
Mereka bergegas menuliskan jawabannya dan memasukkkannya ke dalam kotak jawaban. Setelah itu, kelompok 5 menuju pos keempat. Pos keempat adalah pos terakhir sebelum mereka kembali ke aula. Di aula nanti, akan ada soal acak yang akan di berikan. Pos keempat sudah tampak. Ada tulisan Pos IPA 2 di sana.
Di dalam pos keempat, mereka diberi soal “Apa bagian tubuh manusia yang paling kuat?” bagian yang ini sangat mudah di jawab. Kata anak-anak serempak. Jawabannya adalah gigi. Rama dan teman-temannya tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawabnya.
Lega rasanya sehabis mengerjakan soal-soal yang ada di pos yang sudah mereka lewati. Kini, saatnya kembali ke aula dan menunggu soal acak diberikan. Walaupun saat di pos tadi setiap kelompok mendapatkan soal yang berbeda, namun di aula ini akan dibagikan soal yang samal dalam sebuah kotak pensil. Jika dapat menjawab soal dengan baik, tempat pensil itu akan menjadi milik orang yang bisa menjawabnya.
Pemenang dalam perlombaan ini ada dua kategori. Pertama adalah kategori kelompok yang paling banyak mendapatkan nilai. Dan yang kedua, adalah penilaian perorangan. Siapa saja yang berhasil menjawab soal acak di aula dengan nilai paling bagus.
Rama dan teman kelompoknya sudah sampai aula. Tetapi masih ada waktu untuk istirahat sebentar. Memang, para murid yang sudah selesai diperbolehkan untuk makan bekal yang di bawa dari rumah atau membeli jajanan di kantin atau di stand yang ada di lapangan sekolah.
Rama dan ketujuh temannya berjalan menuju kantin. Rama membeli kue brownies cokelat kesukaannya.
Tak lama kemudian, bel kembali berdering. Itu adalah tanda para murid diharuskan untuk kembali ke Aula. Rama, Aliya, Kinar, Syahida, Aisha, Emira, Ariibah dan Yasmin kembali ke aula sambil berlari.
Pak akepala Sekolah membagikan soal dalam kotak pensil. Rama mengeluarkan kertas di dalamnya dan membaca soalnya dengan hati hati. Ada 4 soal matematika dan 4 soal IPA.
Rama mulai mengerjakan soal matematika dahulu. “Ubah hasil dari 3/5 x 7/6 menjadi persen.” Itu adalah soal pertama matematika. Pertama temukan dulu hasil dari 3/5 x 7/6. Dengan metode coret, akan bertemu hasil 7/10. Lalu, ubah ke persen dengan di kali 10. Hasilnya adalah 70/100, atau 70%.
Soal nomer dua. “Ubah 7/5 menjadi desimal”. Dengan pembagian bersusun, maka akan ditemukan hasil 1,4.
Sekarang, soal nomer 3. "Jadikan pecahan 72/144 menjadi pecahan paling sederhana.” Untuk soal ini, hanya tinggal dibagi 12, menjadi 6/12. Setelah itu dibagi 2, dan dapat hasil ½.
Untuk soal matematika, hanya tinggal 1 soal lagi. Soalnya adalah “Berapa akar pangkat 3 dari 68.921?“. Untuk soal ini, kita buat tabel pangkat 3 dari 1 sampai 10 dulu. Setelah itu, lihat 3 angka terakhir, yaitu 921. Lihat tabel, manakah akar pangkat 3 yang angka belakangnya adalah 1. Yaitu, angka 1. Simpan angka 1 dan lihat 2 angka di depan yaitu 68. Manakah hasil akar pangkat 3 yang hasilnya 68 atau mendekati? Jawabannya adalah 4. Jadi, hasilnya adalah 41.
Rama melihat soal IPA. Soal pertama, yaitu “Apa fungsi dari sel darah putih?”. Rama mengingat ingat dan menemukan jawabannya. Fungsi sel darah putih adalah untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Soal IPA nomer 2. “Apa fungsi tulang manusia? Tuliskan 2!”. Rama tersenyum. Ini sih, mudah. Jawabannya adalah sebagai alat gerak pasif dan melindungi organ dan jaringan lunak.
Soal nomer 3. “Apa fungsi otot manusia? Sebutkan 2!”. Lagi-lagi, Rama tersenyum. Ini juga mudah. Jawabannya adalah membantu peredaran darah dan membantu untuk bergerak.
Tinggal satu soal lagi dan Rama akan selesai. Soalnya adalah “Bagaimana cara bunga teratai bertahan hidup?”. Kali ini, Rama juga tahu jawabannya. Teratai dapat bertahan hidup karena dia memiliki batang berongga, yang memungkinkannya untuk bernafas. Teratai juga memiliki daun yang lebar dan tipis, yang berfungsi untuk proses penguapan.
Akhirnya Rama bisa menarik nafas lega. Selasai sudah serangkaian seleksi lomba hari ini. Dengan langkah riang, Rama menemui Pak Kepala Sekolah dan memberikan jawabannya untuk diperiksa.
Ternyata, Aliya, Syahida, Kinar, Ariibah, Yasmin, Emira dan Aisha juga sudah selesai mengerjakannya. Setelah selesai, para murid diidzinkan untuk langsung pulang. Di luar, hujan deras mengguyur. Karena berada di pesisir pantai, saat hujan hawa di sekitar sekolah dan rumah Rama menjadi sangat dingin.
Rama dan ketujuh temannya nekat untuk berlari menembus hujan. Setelah sampai di rumah, Rama segera mengganti bajunya yang basah dengan pakaian yang kering. Setelah itu, Rama menyantap sup hangat. Setelah perutnya terisi, Rama segera mandi dengan air dingin. Segar sekali rasanya.
Karena Rama telah memeras otak untuk seleksi hari ini, Rama menjadi sangat lelah. Perlahan, kantuk datang menyerang. Ditambah lagi dengan hujan yang mengguyur. Hawa saat hujan memang benar-benar membuat mata mengantuk. Tak lama, Rama pun terbang ke alama mimpi.
Keesokan harinya, Rama berangkat ke sekolah seperti biasanya. Namun, ada yang tidak biasa. Banyak teman-teman yang berkumpul di depan mading sekolah. Rama tidak tertarik dan langsung menuju kelasnya.
Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, Rama merasa banyak orang yang meliriknya. Rama menjadi risih. Ia mempercepat langkahnya. Sesampainya di kelas, situasinya malah makin parah. Banyak teman-temannya yang berbisik di dekatnya. Rama membiarkannya. Ia malah menyibukkan diri dengan membaca buku. Namun, bisikan dan lirikan teman-temannya terus mengganggunya. Akhirnya, Rama penasaran. Ia berjalan menuju mading untuk melihat pengumuman yang ada di sana. Barangkali ada sesuatu. Pikirnya.
Rama berdesak-desakkan dengan teman-teman lainnya, demi melihat mading. Apa sih yang ada di mading? Pikiran itu terus berada dalam benak Rama. Namun, saat Rama akan mendongakkan kepalanya ke atas, bel berdering. Agak jengkel, Rama bergegas ke kelasnya.
Dalam kelas, Rama sukar berkonsentrasi karena rasa penasaran tentang mading. Akhirnya, ketika jam istirahat tiba, Rama berlari menuju mading. Namun, lagi lagi ada yang mengganggunya. Seseorang menyenggol Rama, sehingga ia hampir terjatuh.
Tanpa meminta maaf, anak yang menyenggolnya segera berlari menjauhi Rama. Rama tak mau ambil pusing. Dia berjalan santai. Tiba-tiba, Ia dikejutkan oleh teriakan Aliya dan Syahida.
“Rama, cepat kemari!”. Ujar mereka berdua.
Rama menghampiri kedua sahabatnya. Aliya dan Syahida tampak senang sekali. Rama semakin penasaran.
“Rama, lihat ini!” kata Aliya dengan antusias.
“Kita lulus lo, Rama!" seru Syahida.
“Iya kah?” tanya Rama tidak percaya.
Rama melihat ke mading. Ia menyusuri daftar kelompok yang lulus. Kelompok 5 ada di urutan kedua. Dan saat Rama melihat daftar siswa yang lulus, Rama melihat namanya tertulis di urutan ketiga. Rama hampir tak percaya. Ia melonjak-lonjak kegirangan. Akhirnya Rama bisa membuktikan, kalau dirinya bisa, asalkan berusaha.
Aliya dan Syahida memberikan selamat pada Rama. Rama berterimakasih. Kemudian merekapun berjalan riang menuju kantin. Rama akan merayakan kelulusannya dengan mentraktir ketujuh sahabatnya. Rama sudah membayangkan wajah sahabat-sahabatnya yang pastinya akan senang.
*
Keesokan harinya, pengumuman resmi kelompok dan siswa yang lulus diadakan di lapangan sekolah. Rama dan kelompoknya dengan bangga menerima sertifikat kelulusan dari Pak Kepala Sekolah. Saat nama Rama dipanggil, Rama kurang percaya diri. Kakinya bergetar, namun Rama tetap maju mendekati Pak Kepala Sekolah.
“Rama, coba berikan kata-katamu untuk teman-teman yang belum seberuntung kamu.” kata Pak Kepala Sekolah.
“ Baik Pak.” Rama menjawab.
“Teman teman, ini semua bukan karena diriku. Aku bisa seperti ini karena anugerah dari Allah SWT dan dukungan sahabat-sahabatku. Aku ingin mengucapkan terimakasih pada mereka. Terlepas dari semua itu, aku memaafkan kalian semua, apabila kalian mempunyai salah padaku.” Rama memulai.
“Aku ingin kalian juga tetap semangat belajar. Apapun yang terjadi, karena nilai bukanlah segalanya. Jangan menyerah karena Allah mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Jangan mengeluh, karena berusaha itu harus.”
“Aku tak tahu apa kehebatanku, tapi setidaknya aku mau berusaha. Setidaknya aku tidak menyerah. Yang bisa kulakukan hanyalah belajar dan belajar. Tak lupa, akupun berdoa meminta kepada Yang Maha Kuasa. Karena aku tahu, aku pasti bisa. Aku tahu, aku akan berhasil kalau aku mau. Aku ingin kalian bernasib lebih baik daripada aku. Jangan jadikan belajar adalah beban. Aku tahu kalian bisa.”
“Jangan pernah mundur barang satu langkahpun. Yakinlah, kalau kalian bisa, asalkan berusaha. Ilmu Allah itu luas dan tiada batas. Jangan merasa yang paling hebat, karena bisa jadi ada yang lebih hebat dari kita. Jangan sombong, apabila berhasil. Jangan merendahkan orang lain. Belum tentu orang yang kau rendahkan lebih buruk darimu.”
“Jangan kecewa. Sekali gagal, itu tak mengapa. Karena tiada orang yang berhasil tanpa pernah gagal. Jangan menyerah pada keadaan. Meski orang-orang terdekatmu tak mendukungmu. Yakinlah pasti ada seseorang yang mau membantumu. Setiap anak punya hak untuk berteman. Setiap anak berhak untuk bermain dan tersenyum. Majulah. Jangan ragu.”
“Sahabatku bilang, di setiap pilihan yang kita ambil, pasti akan ada resiko yang harus kita tanggung. Jadi, jangan ragu untuk menunjukkan siapa dirimu. Beranilah untuk menjadi diri sendiri. Orang menganggapmu aneh? Tak apa. Karena, kamu melakukannya karena kamu menyukainya, bukan untuk menjadi apa kata orang.”
“Terimakasih untuk mereka yang mendukungku. Dan maafkan diriku untuk mereka yang menganggapku bodoh, karena inilah diriku. Diriku yang istimewa. Diriku yang hanya ada satu di dunia. Aku mungkin tak bisa merangkai kata, aku mungkin tak bisa mencerna angka, aku mungkin tak pandai berbahasa. Tapi aku tahu aku punya kelebihan di balik kekuranganku.”
“Sekali lagi, terimakasih untuk guru guru, teman teman, dan sahabat-sahabatku. Kedepannya, kuharap aku bisa lebih giat belajar. Aku tak ingin mengecewakan kalian. Terimakasih.” kata Rama mengakhiri dengan menundukkan sedikit kepalanya dan tersenyum.
Semua bertepuk tangan mendengar kata-kata Rama. Bahkan, para gurupun ada yang sampai menangis. Ketujuh sahabat barunya, memeluk Rama dengan bangga. Inilah persahabatan sejati. Saling melengkapi. Saling mengokohkan. Rama Bahagia. Setidaknya, dia masih punya sahabat-sahabat yang menyayanginya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah sudah bisa kalian baca ya, tulisanku. Insya Allah masih ada kelaniutannya... Terimakasih sudah membaca
Semangat nulis terus syahida
>.<(•‿•)(。♡‿♡。)ᕙ( • ‿ • )ᕗw(°o°)w(^3^♪