Tema 3 : Mimpi Rama
Tema 3 : Mimpi Rama
Adzan berkumandang dan langit masih berwarna ungu pucat. Kegelapan masih mencekam dan kabut masih menyelimuti kegelapan. Rama bangun dan langsung berwudhu. Dia memekai mukenanya dan mengerjakan shalat shubuh.
Rama kembali ke Kamarnya dan menyadari ada yang berbeda dari kemarin. Rama memandang berkeliling. Ia menyadari orang tuanya tidak ada. Pasti Mama dan Ayah sudah berangkat kerja lagi. Begitulah pikir Rama. Karena tak mau terlambat, Rama bergegas pergi ke kamar mandi.
Airnya dingin sekali saat Rama mandi tadi. Tapi sekarang, rasa dingin itu sirna setelah Rama mulai sarapan. Saat Rama sedang makan, tiba tiba telephone berdering. Rama berlari untuk menjawabnya. Saat telephone sudah berada di telinganya, suara yang sudah tak asing lagi baginya berbicara.
“Rama, ini Bu Guru Amala. Bergegaslah ke Sekolah. Ada yang ingin Ibu katakan. Jangan lupa membawa alat tulis lengkap dan lembar ulanganmu minggu lalu. Ingat, jangan terlambat ya.“ kata suara di seberang.
Sebelum Rama ingin menjawab “ Baik, Bu“, telephone terputus. Rama berjalan kembali ke maja makan. Berbagai macam pertanyaan muncul di benaknya. Rama bergegas menyelesaikan makanannya, lalu mengambil tasnya.
Rama berjalan cepat menuju sekolah agar tidak terlambat. Seharusnya memang Rama belum terlambat. Namun, Bu Guru Amala memintanya untuk bergegas. Tak lama, Rama telah sampai di Sekolah.
Rama segera menyimpan tasnya, kemudian mengeluarkan benda-benda yang disebutkan oleh bu guru Amala di telephone tadi. Rama berjalan ke ruangan Bu Guru Amala. Sampai di ruangannya, Bu Guru Amala sudah ada, sedang duduk di belakang mejanya. Bu Guru Amala menoleh ke arah Rama saat Rama membuka pintu.
Bu Guru Amala menyuruh Rama duduk di kursi yang sudah disiapkan, lalu menyerahkan papan jalan pada Rama. Bu Guru Amala menyerahkan selembar kertas padanya dan memperlihatkan isinya.
“Rama, karena nilaimu yang melebihi batas wajar, Ibu ingin kamu mengulangi ulangan yang minggu lalu. “ kata bu guru Amala. “Perbaiki saja yang salah di lembar yang ini. Waktumu sampai bel berbunyi. Setelah itu, Ibu tidak memberimu kesempatan kedua.”
Rama hanya bisa mengangguk dan menerima kertas yang diberikan Bu Guru Amala. Ternyata itu adalah kertas soal ulangan IPA minggu lalu. Memang, Rama hanya mendapat nilai 50 saat ulangan tersebut. Tapi, saat itu Rama tidak peduli. Dan pada malam harinya, Rama menghabiskan 3 jam hanya untuk mengerjakan soal yang sejenis dengan soal ulangan tersebut.
Rama memandang soal IPA tersebut. Lalu mulai mengerjakannya. Tak disangka, ternyata lumayan mudah. Itu mungkin karena dia sudah belajar minggu lalu, dilanjut dengan latihan soal malam tadi. Saat bel berbunyi, Rama telah mengerjakan hampir semua soal. Hanya dua yang belum. Bu Guru Amala menarik kertas ulangan Rama dan menyuruhnya untuk segera kembali ke kelas.
Rama berlari kembali ke kelas. Rama mengikuti pelajaran dengan cukup baik. Saat jam istirahat, Rama ingat kalau dia punya janji pada Nila. Dia berjanji untuk mengambil dompetnya yang sengaja ditinggal di rumah Nila kemarin.
Rama berjalan menuju tempat biasanya Nila berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Namun saat Rama sudah berada di sana, Rama hanya melihat Karin, Liya, Luna dan Rani saja. Nila tidak ada diantara mereka. Rama bertanya pada mereka berempat, kemana Nila pergi.
Bukannya menjawab pertanyaan Rama, mereka berempat malah menertawakan Rama. Rama lalu pergi. Rama berjalan kembali ke kelas. Di dalam kelas, Rama bertemu dengan Nila dan Nisa. Rama segera menghampiri Nila dan bertanya tentang dompetnya.
Nila hanya menatap wajah Rama. Nila tak berkata apapun. Rama hanya bisa menghela nafas. Akhirnya, Rama Kembali ke kursinya.
Waktu pulang sekolahpun tiba. Rama lelah sekali hari ini. Dia berganti baju, makan siang, dan shalat dzuhur. Rama lalu kembali ke kamarnya untuk membaca buku pelajaran. Tapi, Rama hanya membacanya, tidak mengerjakan soal didalamnya, seperti biasa. Rama memandang deretan angka di buku dengan tatapan kosong. Tanpa disadari, Rama tertidur.
***
Angin laut berbau khas bersemilir menerpa wajah Rama, mempermainkan khimar yang dikenakannya. Nun jauh di sana, mentari sore berwarna jingga terbenam menjadi lembayung di ujung cakrawala. Ombak pantai menerpa pasir pasir di pesisir meninggalkan ribuan pasir. Di sepanjang pesisir, tumbuh pohon kelapa, yang bisa dipetik buahnya oleh siapapun. Daunnya yang lebar, memberikan keteduhan bagi orang yang duduk di bawahnya.
Rama melangkahkan kaki di atas pasir yang lembut. Air laut sedang tenang. Rama duduk dibawah salah satu pohon kelapa. Rama menghadap ke arah barat sambil menyaksikan mentari sore yang tenggelam. Sekali lagi, angin berhembus. Sejuk rasanya.
Rama menyaksikan mentari semakin tenggelam seolah menghilang di balik laut. Bersembunyi entah di mana. Rama menikmati pemandangan tersebut dengan damai. Seolah segala sesuatu yang menghantuinya selama ini sirna oleh keindahan sang mentari.
Rama memejamkan mata, lalu menghirup udara pantai yang segar. Rama dapat merasakan pasir yang beterbangan tertiup angin. Rama juga dapat merasakan air laut yang terbawa oleh ombak. Ombak pecah di karang, menghasilkan bunyi yang khas.
Tiba tiba, Rama merasakan ada yang mengusiknya. Sebuah suara. Ya, suara. Seperti ada yang berjalan diatas pasir. Sangat dekat dengan tempatnya berada. Padahal, Rama yakin, saat dia datang tadi, tak ada seorangpun di pantai.
Rama menoleh. Tak ada siapapun. Apakah ia bermimpi? Tidak, Rama tak bermimpi, tapi…
Tiba tiba, seorang anak perempuan muncul di depan Rama. Seperti datang begitu saja. Rama menatapnya. Gadis itu tersenyum. Tanpa basa basi, gadis itu menarik tangan Rama dan mengajaknya berlari. Semakin lama, semakin jauh ke barat. Larinya kencang sekali. Rama hampir terjatuh ditarik oleh gadis itu.
Gadis itu berhenti di depan sebuah pohon kelapa yang lebih besar daunnya dari pada yang tadi Rama kunjungi. Gadis itu menyuruh Rama untuk duduk. Rama menurut saja. Dia duduk berhadapan dengan gadis tersebut.
Tiba-tiba, gadis itu berbicara di tengah suara deburan ombak yang memecah karang.
“Rama, Aku tahu kamu ingin cerdas seperti teman-temanmu yang lain. Tapi, kamu harus tahu kalau Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Allah tahu yang terbaik untuk kita. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Jadi, jangan bersedih. Aku mau memberimu sebuah cara yang aku gunakan untuk menjadi seperti sekarang.” Gadis itu berkata.
Rama terkejut karena bagaimana mungkin gadis itu tahu Namanya dan keinginannya. Rama belum pernah bertemu dengannya sebelum ini. Bertemu saja tidak pernah, apalagi menceritakan keinginannya selama ini.
“Apa itu ?“ tanya Rama.
“Lihat lembayung itu, Rama. Mentari yang hampir tenggelam itu indah bukan? Dan lihat pasir pantai ini, juga daun pohon kelapa ini. Semuanya begitu serasi. Semuanya terikat satu sama lain. Semuanya bekerja sama membangun satu kesatuan yang indah. Bayangkan kalau pantai tanpa ketiganya? Apa yang akan kamu lakukan tanpa keindahan ketiganya?” jelas gadis itu.
“Rama, Mentari itu menghangatkan. Pasir itu melembutkan. Daun pohon itu memberikan naungan. Ketiganya bekerja sama membangun sebuah keindahan. Mereka bekerja sama dengan baik. Bayangkan kalau pasir bekerja sama dengan langit. Pohon kelapa bekerja sama dengan karang, apa yang akan terjadi? Tak ada keindahan yang bisa kita saksikan saat ini. Jadi, kalau kamu tidak mendapatkan seseorang yang bisa diajak bekerja sama denganmu di kelasmu, kenapa tidak mencarinya di kelas lain?” lanjutnya.
Rama baru tersadar, kalau selama ini dia tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya. Andai gadis itu tidak memberitahunya, entah apa yang akan Rama lakukan, karena ia terus tenggelam dalam kebodohannya. Bukankah Rama memiliki cukup banyak teman dari kelas lain? Ya, Rama memilikinya.
“Rama, carilah dan bekerja samalah dengan mereka. Teman tidak harus hanya yang selalu bertemu denganmu bukan? Cobalah dulu, karena kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika kamu terus mencoba. Ingatlah, tiada yang mustahil di dunia ini, andai Allah telah berkehendak. Ingatlah Rama, bahwa kita diciptakan berbeda itu untuk bersatu dan menciptakan satu kesatuan yang indah. Aku yakin, bahwa kamu pasti berhasil” gadis itu berkata lagi, sambil tersenyum. Senyumannya serasi dengan lembayung yang semakin rendah.
Rama membalas senyuman dari gadis di hadapannya, yang sudah memberikan motivasi dan dorongan padanya. Rama ingin pagi cepat datang, sehingga dia bisa bertemu dengan teman-teman yang tidak sekelas dengannya. Ya, dia ingin memulai persahabatan dengan mereka.
“Rama, mulai saat ini pergilah ke pohon ini setiap lembayung terlihat. Bawalah buku catatan dan penamu. Tulislah dengan hatimu, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu lihat dan apa yang ingin kamu lakukan. Andaikan saja kamu adalah pahlawan ilmu pengetahuan.“ kata gadis itu tiba-tiba.
Rama bingung, tapi dia menjawa, “ Baiklah!”
Lalu gadis itupun pergi meninggalkan Rama yang duduk sendirian di bawah pohon kelapa. Gadis itu pergi, berjalan semakin jauh ke barat dan semakin tak terlihat dari pandangan. Dia menghilang bersamaan dengan mentari.
Rama bangkit dan berjalan Kembali ke rumah dengan pikiran yang pasti, bahwa dia harus mengatakan apa yang disarankan gadis itu.
Bruk.. Rama terjatuh dari kursi belajarnya. Lumayan keras suaranya. Rama tersadar, kemudian berusaha berdiri. Lengannya agak sakit, karena teratuk lantai saat terjatuh tadi. Rama duduk kembali di kursinya sambil termenung dan berkata dalam hati. “Apakah aku hanya bermimpi?”
Rama masih tidak yakin kalau itu adalah mimpi belaka. Rama melihat jam di dinding kamarnya menunjuk angka 4. Pukul 4 sore. Rama segera ke kamar mandi untuk berwudhu dan shalat Ashar. Setelah shalat, Rama mandi dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk berangkat sekolah besok.
Saat Rama selesai merapikan alat tulisnya, Rama melihat jam lagi. Sudah pukul 5 sore. Rama teringat akan mimpinya. Kemudian dia mengenakan gamis dan kerudungnya. Rama lalu melangkah ke luar rumah, lalu segera berjalan ke pantai. Rama mengingat lagi mimpinya tadi siang. Dia hanya perlu berjalan agak jauh ke barat. Tak lama, Rama menemukan pohon seperti yang dilihatnya dalam mimpi.
Rama duduk, dan mulai merasakan sesuatu yang aneh. Saat Rama melihat burung camar yang terbang berputar, Rama memperhatikan sayap burung itu dan mulai penasaran. Kenapa burung bisa terbang menggunakan sayapnya? Kenapa manusia tidak diciptakan memakai sayap? Tak disangka, Rama akan tahu jawabannya sebentar lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sama2
ʘ‿ʘ◉‿◉(✷‿✷)(≧▽≦)
Terimakasih sudah membaca...
Terimakasih sudah membaca...