Syahida Amalina A'la

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tema 2 : Rama Mendapat Tugas

Tema 2 : Rama Mendapat Tugas

Tema 2 : Rama Mendapat Tugas

Rama bangun pagi-pagi sekali. Ia melakukan rutinitasnya seperti biasa. Orangtuanya sudah pergi bekerja. Kemudian Rama bersiap pergi ke sekolah. Ia cukup dengan berjalan kaki saja untuk tiba di sekolah. Jarak antara rumah Rama dan sekolah cukup dekat, sehingga Rama lebih memilih berjalan kaki dari pada menumpangi angkot.

Sesampainya di sekolah, Rama menyiapkan segala sesuatu untuk dipakai belajar hari ini. Baru saja Rama selesai menata alat tulis dan buku-bukunya, Bu Guru Amala memanggil dan menyuruhnya pergi ke ruang Kepala Sekolah secepatnya. Rama mengikuti perintah Bu Guru Amala walaupun dia masih bingung.

Dengan jantung yang dag dig dug, Rama memegang knop pintu dan mendorongnya. Dengan kaki yang sedikit gemetar, dilangkahkannya kaki menuju tengah ruangan, di mana seorang pria duduk di belakang kursi.

“Bapak memanggilku?“ tanya Rama dari jarak yang agak jauh.

“Kemarilah, Rama! Jangan takut. Mendekatlah! aku akan memberitahukan masalahnya padamu.“ Jawab Pak Kepala Sekolah.

Rama memberanikan diri untuk maju dan duduk di kursi yang telah disediakan Pak Kepala Sekolah untuknya.

‘’Rama, Bapak sudah tahu apa yang teman-teman dan para guru sering lakukan padamu. Makanya sekarang, Bapak memanggilmu untuk memberikan sebuah tugas. Tugas yang mungkin agak berat.” Lanjut Pak Kepala Sekolah.

Rama masih kebingungan. “Tugas apa itu Pak?“. Tanya Rama.

Pak Kepala Sekolah tersenyum dan menjawab, “Bapak curiga di sekolah ini ada salah satu murid yang suka mencuri. Belakangan ini, sudah lebih dari 12 kasus kehilangan. Dan kemarin, Nila, teman sekelasmu mengatakan kalau uang dan pensilnya hilang saat akan pulang sekolah. Bapak tidak tahu, apakah tugas ini cocok atau tidak denganmu. Tapi Bapak percaya, kalau kamu bisa memecahkan kasus ini. Kalau ada sesuatu yang harus didiskusikan dalam memecahkan kasus ini, datanglah ke Bapak. Sekarang, kamu boleh kembali ke kelas. Ingat, jangan beri tahu siapapun apa yang barusan kita bicarakan.”

“Baik, Pak.” Jawab Rama.

Kemudian Rama berjalan kembali ke kelas. Hatinya bimbang. Bisakah dia memecahkan kasus pencurian di sekolah ini? Rama belum yakin. Tapi, Rama bertekad akan berusahan dengan sungguh-sungguh.

Sesampainya di kelas, pelajaran sudah dimulai. Rama Kembali ke kursinya. Saat jam istirahat tiba, teman-teman Rama mengerumunginya. Mereka penasaran, masalah apa yang telah dibicarakan oleh Pak Kepala Sekolah. Sesuai janjinya, Rama hanya diam tidak menjawab. Karena bosan menunggu dan tidak mendapatkan jawaban, teman-temannya pun lalu pergi.

Siang harinya, saat waktu makan siang tiba, Rama mendekati meja tempat Nila makan dengan teman-temannya yang lain. Belum sempat Rama mengatakan sepatah kata, teman-temannya sudah mulai mengejeknya lagi.

"Hai si bodoh“ sapa mereka sambil tertawa-tawa. Rama menjadi kesal dan mengurungkan niatnya untuk menemui Nila.

Sepulang sekolah, Rama langsung mengerjakan tugas Sekolah. PR yang diberikan Bu Guru Amala banyak sekali. Untunglah pelajarannya cukup mudah, sehingga Rama juga lebih mudah mengerjakannya. Namun iba-tiba Rama teringat kalau dia belum bertemu dengan Nila. Rama bergegas menuntaskan tugas sekolahnya dan bersiap pergi ke rumah Nila.

Rumah Nila hanya beberapa kilometer dari rumahnya saja, sehingga Rama bisa berjalan kaki kesana. Di tengah perjalanan, Rama melihat laut yang sedang tenang sore itu. Rama melihat matahari hampir tenggelam di cakrawala. Indah sekali.

Rama mempercepat langkahnya agar lebih cepat untuk sampai ke rumah Nila. Akhirnya, setelah sekitar 20 menit berjalan kaki, Rama sampai di rumah Nila. Rama mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Pintu terbuka. Nila tampak berdiri di hadapan Rama. Nila agak terkejut melihat kehadiran Rama.

“Lho, Rama! Kenapa kamu ada di sini?“ tanya Nila.

“Bukan apa-apa kok. Apa aku boleh masuk?“ Rama balik bertanya.

“Tentu saja, masuklah!“ Jawab Nila.

Nila mengajak Rama ke kamarnya yang nyaman ber AC. Rama memutar pandangannya ke sekeliling ruangan. Ada banyak sekali benda yang terpajang di dinding. Juga terlihat banyak sekali lemari di kamar Nila. Rama memandang sebuah kotak berwarna putih di atas sebuah lemari. Dia penasaran apa isinya.

“Nila, kotak itu isinya apa?“ tanya Rama sambil menunjuk ke kotak berwarna putih itu.

“Ah, bukan apa apa. Hanya kotak perhiasanku saja.” Jawab Nila.

“Boleh aku melihat isinya?” tanya Rama.

“Jangan, Rama! Aku takut perhiasanku di dalamnya hilang. Minggu lalu, Nia bermain di sini dan membuka kotak itu. Setelah dia pulang, perhiasanku tidak ada. Saat aku bertanya pada Nia, dia tidak membawa apapun.” Jawab Nila.

Rama lalu fokus pada tujuannya datang kesini. “Nila, aku titip dompetku sebentar ya.” Pinta Rama.

“Ya, taruh saja.” Jawab Nila.

Rama lalu pergi ke luar rumah dan langsung berlari pulang. Sudah gelap diluar. Rama merasa ada yang aneh dengan Nila. Tapi, Rama masih kurang yakin.

Sesampainya di rumah, Rama menelpon Nila dan meminta maaf karena pulang terlebih dahulu. Dia meminta Nila mengembalikan dompetnya besok di sekolah. Setelah telpon ditutup, Rama lalu menelpon Pak Kepala Sekolah. Rama merasa ada yang aneh pada Nila. Saat Bapak Kepala sekolah bertanya, Rama mengatakan yang sedari tadi ada dipikirannya.

“Aku merasa ada yang aneh pada Nila, Pak“ kata Rama.

“Apa itu? “ Tanya Pak Kepala Sekolah disebrang telpon.

“Saat di Sekolah, Nila selalu menjelek-jelekkan aku di depan teman-teman yang lain. Tapi tadi saat aku pergi ke rumahnya, dia berlaku sopan sekali. Aku tidak tahu kenapa. Aku hanya merasa aneh.“ Jawab Rama jujur.

“ Oh, begitu. Baiklah, besok Bapak akan menanyakannya pada Nila.“ Jawab Pak Kepala Sekolah.

“Baik, Pak “ Jawab Rama. Kemudian panggilan telpon pun terputus.

Rama lalu melakukan rutinitas malamnya. Dan tentu saja Rama tidak lupa untuk belajar. Setiap malam, Rama selalu menggadaikan waktu malamnya untuk belajar. Rama ingin seperti teman-teman lainnya yang lebih unggul dalam mata pelajaran.

Tiba-tiba telepon berdering. Rama mengangkatnya “Halo?“.

“Rama, ini Mama. Kamu sudah makan malam?” kata suara dari seberang telepon. Ternyata adalah mama Rama.

“Sudah kok, Ma. Ah ya, Mama kapan pulang?“ tanya Rama pada mamanya.

“Hari ini Mama dan Ayah pulang labih cepat. Mungkin sekitar jam 8 malam, Mama sampai. Rama sedang apa sekarang?“ tanya Mama lagi.

“Rama sedang belajar, Ma. Ini sudah mau selesai kok. Hanya tinggal beberapa soal yang belum Rama tulis.“ Jawab Rama.

“Oh, baiklah. Semangat belajar ya.“ Kata Mama menyemangati.

“ Iya, Ma. “ Jawab Rama.

Rama menutup telepon dan memandang jam. Masih jam 19.15. Berarti masih ada 45 menit sebelum Mama dan Ayah pulang. Rama melanjutkan pekerjaannya. Hanya tinggal 5 soal lagi. Rama mempercepat belajarnya.

Rama selesai belajar pada pukul 19.50. Harusnya 10 menit lagi. Karena tak tahu apa yang akan dikerjakan, Rama membuat secangkir teh hangat dan mengambil sekaleng biskuit. Rama lalu duduk di sofa, menikmati camilan sambil membaca.

Saat Rama sedang asik membaca, pintu rumah diketuk dari luar. Itu pasti Mama dan Ayah. Dengan semangat, Rama berlari ke pintu depan dan membuka pintu. Benar. Itu Mama dan Ayah. Mereka berdua menyapa Rama lalu melangkah masuk.

Saat mereka bertiga duduk di sofa sambil menyeruput teh dan biskuit, ayah Rama berjalan ke luar. Rama heran tapi dia diam saja. Tak lama, Ayah datang sambil membawa bingkisan berwarna biru dongker. Itu warna kesukaan Rama.

Ayah duduk kembali di sofa. Ayah kemudian membuka isi bingkisan. “Nah, Rama. Ini punya kamu. Tadi saat di jalan, Ayah bertemu Paman Andri. Paman menyerahkan bingkisan ini pada Ayah dan meminta agar diberikan pada Rama. Sekarang, ayo buka bingkisannya!" kata Ayah.

Rama menggeleng, karena tidak mau membukanya sekarang. Supaya jadi kejutan katanya. Ayah mengangguk membolehkan. Setelah berbincang sebentar, mereka bertiga pergi tidur agar besok tidak terlambat melakukan rutinitas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post