Tema 1 : “Si Bodoh“
Tema 1 : “Si Bodoh“
Suasana di ruang kelas, tetap seperti biasanya. Bu Guru Amala, sedang menjelaskan pelajaran matematika. Rama memandang papan tulis dengan tatapan kosong. Tak ada satupun yang ia mengerti.
Seperti biasanya setiap kali pelajaran, Bu Guru Amala akan menunjuk beberapa orang siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis di papan tulis. Jika si murid tak bisa menjawab, maka murid tersebut akan langsung disuruh keluar kelas sampai waktu istirahat tiba.
Bu Guru Amala mulai memanggil beberapa orang murid. Rama berdebar dan berharap semoga namanya tidak dipanggil. Ia ingat minggu lalu, saat Bu Guru Amala memanggilnya untuk menjawab pertanyaan, Rama hanya bisa berdiri dengan tangan dan kaki gemetar. Malu sekali.
“Rama, kamu maju!” sebuah suara menyadarkannya dari lamunan. Oh tidak, Bu Guru Amala memanggilnya lagi.
Rama hanya bisa menjawab, “Baik Bu, saya maju.“. Rama mulai berjalan ke arah papan tulis. Seperti dikomando, teman-teman Rama mulai mengejeknya lagi. Itu semakin membuatnya gugup.
Sesampainya di depan papan tulis, Bu Guru Amala menyerahkan spidol kepada Rama. Rama mengambilnya dan melihat soal di papan tulis. Apa maksudnya? Tanya Rama dalam hatinya. ‘’Uuh, apa ya jawaban dari akar pangkat 3 dari 7708?“ gumamnya pelan.
Karena melihat Rama hanya diam gemetaran, Bu Guru Amala mengerti, pasti Rama tidak tahu jawabannya. “Rama, kalau kamu tidak bisa menjawabnya, dengan sangat menyesal, Ibu akan keluarkan kamu dari kelas. Dan berdiri di situ sampai waktu istirahat tiba!” kata Bu Guru Amala sambil menunjuk ke luar kelas dengan sedikit teriak.
Rama hanya bisa pasrah. Saat pintu kelas dibukakan oleh bu guru Amala dan menyuruhnya keluar.
Rama tetap berada di luar kelas sambil berdiri mematung. Dia sudah terbiasa seperti itu. Karena sudah sering Rama tidak bisa menjawab soal yang di berikan oleh Bu Guru Amala. Pernah suatu kali, Rama menemui bu guru Amala dan memberikannya usul untuk memberikannya les privat. Namun, tentu saja Bu Guru Amala tidak menyetujuinya.
Rama juga pernah menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba, tanpa dia ketahui. Saat itu memang seharusnya Alif yang mewakili sekolah. Tapi Ia sedang sakit. Rama tetap ditunjuk sebagai perwakilan sekolah, karena dia sedang dihukum lantaran memecahkan gelas Bu Guru Amala saat sedang piket kelas. Lagi-lagi karena tak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan padanya.
“Kenapa waktu istirahat tidak datang juga sih? Lagi pula bagaimana aku bisa cerdas jika aku dikeluarkan dari kelas dan tidak boleh masuk. Bagaimana aku dapat menyimak pelajaran? Teman teman juga melarangku untuk melihat catatan mereka. Semoga saja belnya segera berbunyi.” Kata Rama dalam kesendiriannya.
Kriiiingg…
Belpun berbunyi. Rama senang sekali. Tak lama kemudian, Bu Guru Amalapun keluar dari kelas dan memanggil Rama ke mejanya. Lalu, Rama mengikuti Bu Guru Amala.
Sesampainya di depan meja Bu Guru Amala, Rama langsung dihujani dengan berbagai macam pertanyaan. Tentang kenapa dia tak bisa menjawab pertanyaan di papan tulis yang tadi diberikan oleh Bu Guru Amala. Rama sedikit kebingungan menjawabnya.
“Ibu tidak ingin melihatmu tidak bisa menjawab pertanyaan lagi. Setiap kali Ibu memanggil namamu untuk mengerjakan soal di papan tulis!” kata Bu Guru Amala kepada Rama.
“Bagaimanakah caranya Bu?” tanya Rama agak kebingungan. Orang tuanya sudah pasti pulang larut malam saat dia sudah tertidur pulas. Sedangkan teman-temannya tidak mau meminjamkan catatan mereka untuk dijadikannya pegangan belajar.
“Bolehkah Bu Guru Amala yang mengajarkanku, setiap kali aku tidak mengerti pelajaran yang Bu Guru sampaikan?” tanya Rama lagi.
Bu Guru Amala kaget dan langsung menggeleng dengan tegas. “Tidak, Rama. Ibu sebagai guru tentu punya pekerjaan lain yang harus ibu kerjakan. Jadi, berusahalah semampumu…” jawab Bu Guru Amala.
Setelah itu, Bu Guru Amala berlalu, meninggalkan Rama yang malang.
Akhirnya, waktu pulang sekolahpun tiba. Rama bersiap-siap untuk pulang. Dia merapikan buku-buku dan alat tulis miliknya. Setelah selesai dengan pekerjaannya merapikan peralatan sekolah dan buku, Rama mulai berjalan keluar kelas.
Namun, baru beberapa langkah, langkah Rama terhenti. Ada segerombolan temannya yang menghampirinya.
“Nah teman-teman, jadi ini ya, murid terbodoh di kelas. Dia yang tadi tidak bisa menjawab pertanyaan dari Bu Guru Amala?“ tanya Nila, salah satu teman Rama yang sering mengejeknya setiap kali Rama tak bisa menjawab pertanyaan di papan tulis. Sontak saja, teman-teman yang lainpun ikut ikutan mengejek Rama, “Si Bodoh".
Rama tak senang mendengarnya dan berteriak kepada mereka. “Kalian jahat sekali! Aku juga sangat ingin menjadi cerdas seperti kalian! Tapi aku tak bisa mendapatkannya. Kalian tak mau meminjamkan buku catatan kalian! Pokoknya kalian jahat!” Rama langsung berlari menjauhi teman-temannya yang terus tertawa mengejeknya.
Sesampainya di rumah, Rama menangis di kamar. Dia terus menangis, sampai akhirnya tertidur. Rama baru terbangun saat jam menunjukkan pukul 5 sore. Rama segera mandi, berpakaian dan langsung makan malam. Setelah selesai makan malam, Rama melakukan shalat maghrib, karena azan telah berkumandang.
Rama membuka-buka buku pelajarannya dan mulai berkonsentrasi untuk belajar. 30 menit sudah berlalu, Rama masih terus fokus pada bukunya. Rama membaca dengan teliti dan hati-hati. Bahkan dia sudah membacanya berulang ulang. Meskipun begitu, Rama tetap tidak mengerti pelajaran yang di tulis di buku.
Akhirnya, Rama menutup bukunya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya, agar bisa mudah memahami pelajaran. Rama pusing memikirkan pelajaran. Karena pusing, Rama jadi sulit untuk berjalan. Rama memutuskan untuk shalat Isya dan langsung pergi tidur.
Saat Rama berbaring di kasurnya, dia berharap agar hari yang melelahkan ini segera berlalu. Rama tahu, besok adalah hari yang sulit. Rama memejamkan mata hingga akhirnya tertidur. Rama tak tahu bahwa besok dia akan menghadapi situasi yang lebih sulit.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus sekali ceritanya Kak
Terimakasih...