Seri Muhammad Al Fatih (Bagian ke 3 Tamat) Kemenangan dan Kemuliaan
Seri Muhammad Al Fatih (Bagian ke 3 Tamat)
Kemenangan dan Kemuliaan
Oleh : Syahida Amalina A'la (Pelajar Kelas 6 SDIT Insantama Bogor)
Terdengar iring-iringan pasukan berkuda. Menciptakan debu yang beterbangan di udara. Beberapa dari mereka membawa bendera berwarna hitam dan putih. Di depan mereka, seorang ulama besar duduk di kudanya.
"Kita sudah sampai, Syaikh..."
" Terima kasih."
" Ksatria, tunjukkan padaku di mana tenda Sultan..." Pinta Syaikh Aaq Syamsuddin kepada salah satu prajurit yang berjaga.
"Baik. Ikuti aku, Syaikh..."
Sementara itu, Sultan sedang duduk termenung di tendanya. Pikirannya berbelit-belit seperti benang jahit yang diplintir. Pintu tenda di buka secara tiba-tiba, membuat Sultan terkejut. Kemudian memalingkan muka ke arah pintu tenda. Saat itu, masuklah sang guru, Syaikh Aaq Syamsuddin.
Dengan takzim, Sultan menceritakan permasalahannya. Syaikh Aaq Syamsuddin hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.
"Sultan, jika Anda izinkan, akan Kutunjukkan suatu tempat yang Aku sudah memimpikannya berulang kali." kata Syaikh Aaq Syamsuddin.
"Tamam [baik] Guru, Aku akan ikut denganmu." jawab Sultan Mehmed.
**
" Yang Mulia Kaisar datang..."
Serentak seisi ruangan menjadi sunyi. Semua yang hadir berdiri. Kaisar Konstantin berjalan dengan angkuhnya menuju ke tengah ruangan.
"Semuanya! sekarang Kita sudah melihat kekalahan ada pada Utsmani. Kita sudah melihat mereka kalah dua kali berturut-turut. Aku ingin mengundang kalian semua pada perjamuan makan malamku malam ini." kata Kaisar dengan berapi-api.
Suara riuh tepuk tangan menggelegar di dalam ruangan itu. Mereka semua merasa sangat senang. Tak hanya karena kekalahan Utsmani, tapi juga karena perjamuan makan malam Kaisar Konstantin, yang pastinya akan mewah dengan perjamuannya.
"Terimakasih, Yang Mulia Kaisar..."
**
Langkah kaki orang yang berjalan di atas rumput terdengar di dalam hutan. Bagian bawah jubah Sultan telah kotor oleh lumpur yang menghiasi sepanjang perjalanan. Agak lama berjalan, kemudian sampailah rombongan kecil yang terdiri dari Sultan Mehmed, Syaikh Aaq syamsuddin dan beberapa prajurit di sebidang tanah yang cukup luas.
"Mehmed, coba Kau gali tanah ini!" perintah Syaikh Aaq Syamsuddin.
"Baik Guru."
Sultan mulai menggali. Dibutuhkan waktu yang sangat lama sampai akhirnya Sultan menemukan sebuah batu dengan beberapa tulisan yang sudah memudar termakan usia.
"Apakah Kau tahu batu apa ini, Mehmed?" tanya Syaikh Aaq Syamsuddin.
"Batu apakah ini Guru?" Sultan yang keheranan bertanya balik.
"Ini adalah batu nisan dari salah seorang sahabat Rasulullah Saw. Sayyidina Abu Ayyub Al Anshari. Beliau dimakamkan di sini, saat perjalanan dalam usaha menaklukkan benteng Konstantinopel, yang dipimpin oleh Khalifah Yazid bin Muawwiyyah dari Dinasti Umayyah." Terang Syaikh Aaq Syamsuddin.
"Saat itu usia beliau sudah 80-an tahun. Tapi ketika beliau mendengar Khalifah Yazid hendak berangkat membawa pasukan untuk menaklukkan konstantinopel, tanpa memperdulikan usianya yang telah renta, beliau pergi menemui Khalifah dan meminta untuk menyertakan beliau ke dalam pasukan."
Alis Sultan berkerut. Dia terus berjalan di samping gurunya.
"Tentu saja Khalifah Yazid melarang beliau ikut serta dalam pasukan. Karena takut merepotkan dan tidak ada yang bisa menjaga keselamatan beliau.
Khalifah Yazid berkata "Wahai Kakek, kembali pulanglah ke rumahmu. Biarlah anak-anakmu merawatmu. Sedang Kami, biarlah para tentara kami yang masih kuat yang ikut bergabung bersama kami."c
"Tidak wahai Khalifah. Aku ingin melaksanakan janji terakhirku pada Rasulullah sebelum beliau wafat." jawab Sayyidina Abu Ayyub Al Anshari.
"Apkaah itu wahai Kakek?" tanya Khalifah Yazid.
"Aku berjanji pada Rasulullah, bahwa Aku ingin mendengar derap kuda penakluk Konstantinopel." jawabnya lagi kemudian.
"Jika begitu, bergabunglah dengan kami, wahai Kakek." ujar Khalifah Yazid akhirnya.
"Maka berangkatlah Abu Ayyub bersama rombongan lainnya. Di tengah perjalanan, beliau menderita penyakit. Sebelum meninggal, beliau berpesan pada Khalifah Yazid agar memakamkannya di tempat yang paling dekat dengan Konstantinopel. Maka beliau dimakamkan di sini." lanjut Syaikh Aaq Syamsuddin.
"Sekarang, coba Kau resapi, Mehmed. Semenjak Rasulullah mengucapkan janji dari lisannya yang mulia, banyak komandan yang berusaha menaklukkan Konstantinopel. Namun belum ada salah satupun diantara mereka yang berhasil."
"Kau harus bangkit, agar menjadi harapan bagi kemenangan agama ini. Keputusanmu membawa pasukan ke gerbang tembok arogan itu adalah benar. Jangan Kau pedulikan apapun yang berusaha untuk menghalangi langkahmu, Anakku."
"Igatlah, bahwa ayahmu, Sultan Murad telah yakin bahwa Kaulah yang akan membawa kemenangan atas tembok itu, Mehmed. Setelah kakak-kakakmu meninggal, ayahmu tak punya harapan lain, selain dirimu. Kuatkan dirimu, Mehmed."
"Baik Guru, akan Kuingat." jawab Sultan.
**
Suara musik mengalir indah di ruangan nan megah itu. Di tengah ruangan, duduklah Kaisar Konstantin di hadapan mejanya yang sangat besar. Berbagai makanan mewah berlimpah tersaji di atas meja. Sungguh perbuatan yang mubadzir.
Sementara itu, para wanita bergaya di depan mereka dengan pakaian yang menggoda. Para wanita tersebut menebarkan syahwat dan maksiat. Senandung musik melenakan. Mereka terus berdansa sambil mabuk sepanjang malam. Sementara itu, para penjaga di luar telah diserang oleh rasa kantuk yang sangat.
"Mari Kita bersenang-senang sepanjang malam!" teriak Kaisar Konstantin.
Aekali lagi, sorak sorai terdenagr memenuhi ruangan.
**
"Sultan, apa yang akan kita lakukan berikutnya?" tanya Komandan Hassan.
"Aku punya rencana gila, Hassan." jawab Sultan.
"Apakah itu, Sultan?". tanya Komandan Hassan.
Sultan Mehmed lalu membentangkan sebuah peta dan mulai menjelaskan.
"Seperti yang Kita tahu, Kita takkan bisa menjalankan kapal-kapal melewati selat Tanduk Emas lantaran terhalang oleh rantai besi." jelas Sultan.
"Aku mempunyai sebuah rencana yang sepertinya hanya inilah satu-satunya jalan keluar Kita. Yaitu dengan memindahkan kapal-kapal kita melewati jalur Galata."
"Bagaimana mungkin Sultan?" tanya Halil Pasha yang selalu menentang keputusan Sultan Mehmed.
"Apakah Sultan lupa, Galata adalah bukit!"
"Apa Kau pikir aku bodoh, wahai Halil? Apakah Kau pikir Aku tidak mempertimbangkan semuanya?" sergah Sultan.
"Bukan begitu maksudku, Sultan. Aku hanya mengingatkanmu kalau rencana itu takkan berhasil, hanya akan sia-sia saja."
"Apapun itu maksudmu, aku tak peduli! Hassan, mulailah persiapkan segalanya. Lapisi bagian bawah kapal-kapal Kita dengan lemak binatang dan minyak!"
"Baik, Sultan".
"Sultan, bukan maksudku menyakitimu, tapi itu hanya akan sia-sia" kata Halil Pasha lagi.
"Braak!" Sultan Mehmed telah habis kesabaran. Dipukulnya meja dengan tangannya, hingga menciptakan suara yang menggelegar.
"Jangan Kau katakan hal itu mustahil dan sia-sia jika Kau belum mencobanya! Berapa banyak rencana yang dianggap gila, namun ternyata itu berhasil. Apa yang membuatmu takut, wahai Halil? Apa Kau takut dengan banyaknya musuh yang akan Kita hadapi? Bukankah Allah bersama hamba-Nya yang senantiasa beriman kepada-Nya dan bersabar atas apa yang ditimpakan kepada-Nya?!" kata Sultan dengan berteriak karena marah.
"Maafkan Aku, Sultan"
"Zaghanosh, perintahkan pada para pasukan untuk melakukan puasa sunnah esok. Jangan lupa juga mengerjakan shalat sunnah. Meninggalkan yang dilarang oleh Allah serta senantiasa dekat pada Allah." perintah Sultan.
"Baik, akan Aku laksanakan, Sultan.."
"Allah, bantu kami..."
**
Malam telah larut. Kegelapan semakin mencekam. Sunyi telah menjadi teman. Di tendanya, Sultan Mehmed melakukan shalat tahajud dengan sangat khusyu'. Semenjak baligh, Sultan tak pernah meninggalkan shalat tahajud dan amalan-amalan sunnah lainnya. Karena ia yakin, untuk menjadi penakluk berarti dia harus dekat dengan Allah. Untuk menjadi penakluk, ia harus menjadi orang yang paling dekat dengan Allah. Tak lupa, setelah shalat malam, Sultan berdoa agar diberikan kemudahan dalam penaklukkan. Allah beserta orang-orang yang sabar, ia yakin itu.
Sementara itu, pasukan muslimin pun melakukan hal yang sama. Mereka shalat dengan sangat khusyu' kemudian berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Mereka yakin, tiada yang mustahil bagi Allah.
**
Pagi pun menyingsing, mentari menampakkan sinarnya yang indah dan hangat. Kegelapan telah sirna, ketakutan telah berakhir. Pasukan Janissari melakukan shaum sunnah serta menjauhi maksiat. Mereka yakin, semakin mereka mendekatkan diri pada Allah, semakin banyak pertolongan yang Allah berikan.
**
Malam harinya, gema takbir mengagungkan kalimat Allah bergema nyaring oleh pasukan Jannisari.
"ALLAHU AKBAR, LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADURRASULULLAH "
72 kapal Utsmani ditarik dari daratan melintasi bukit Galata. Allah selalu memberikan pertolongan untuk hamba-Nya yang berusaha menjaga kehormatan agama ini. Dalam waktu semalam saja, seluruh kapal yang ditarik melintasi bukit galata telah berpindah ke selat Tanduk Emas. Dengan suara yakin, Sultan Mehmed berkhutbah di depan seluruh pasukannya.
"Apabila penaklukan Konstantinopel terwujud untuk kita, maka terbuktilah salah satu hadist Rasulullah dan bisyarah (kabar gembira) nya. Akan menjadi sebuah keberuntungan bagi kita mendapatkan penghormatan dan pemuliaan dalam hadist ini. Karenanya, sampaikanlah kepada seluruh pasukan kita satu persatu, bahwa kemenangan yang akan kita raih akan menambah kemuliaan dan keagungan Islam. Setiap prajurit harus selalu meletakkan ajaran syariat agama kita di depan matanya. Jangan sampai ada seorangpun yang melakukan hal yang menentang ajaran ini. Hindarilah Gereja dan tempat-tempat ibadah, jangan sampai ada yang mengganggunya! Biarkanlah para Pendeta dan orang-orang lemah yang tidak berdaya yang tidak ikut berperang!"
Sungguh sebuah pemandangan yang mengerikan bagi pasukan musuh. Para penjaga yang baru saja terbangun dari tidurnya sangat terkejut melihat pasukan muslim yang telah berada di hadapan mereka. Apa lagi dengan ke 72 kapal yang telah sampai di Selat Tanduk Emas. Hal ini menyebabkan mereka tidak siap. Kaisar Konstantin yang marah, segera memerintahkan pasukannya untuk pergi ke garis depan. Meriam disiapkan kemudian isinya dimuntahkan beterbangan di udara. Ibarat bola raksasa yang terpental. Anak panah silih berganti melayang di udara dan mengenai target. Tiba-tiba dari balik tembok Konstantinopel yang megah, keluarlah Kaisar Konstantin dan mengajak Sultan Mehmed untuk bertarung. Mereka kemudian berduel dan Sultan Mehmed memenangkannya.
Kaisar Konstantin telah tewas. Hal ini membuat nyali pasukan musuh menjadi ciut. Sementara itu, melihat Sultan mereka telah berhasil membunuh Kaisar, pasukan muslim semakin bersemangat.
"Komandan Hassan, gantungkan bendera ini di puncak benteng Konstantinopel semampumu. Bunuh penjaga yang ada di puncak. Aku percayakan bendera ini padamu." teriak Sultan Mehmed diantara bisingnya suara di medan laga.
"Insya Allah, Sultan." jawab Komandan Hassan.
Bergegaslah Komandan Hassan memasuki gerbang benteng Konstantinopel. Di sana, tentu saja dia dihadang oleh sejumlah penjaga. Dengan kelihaiannya memainkan pedang, satu demi satu musuh tumbang di ujung pedangnya. Lorong demi lorong telah di masukinya. Sampai di puncak menara, Komandan Hassan tak melihat siapapun. Maka dia bertakbir dan menggantungkan bendera itu. Namun sayang, dia tak menyadari keadaan sekitarnya. Sekitar lima orang penjaga melemparkan anak panah ke tubuhnya. Kini, dia hanya tinggal mengikat satu simpul, dan selesai. Komandan Hassan yang telah berubah seperti landak akibat terlalu banyak anak panah yang menancap pada tubuhnya, mengucapkan dua kalimat syahadat, dan memandang wajah Sultan dari atas benteng. Sultan pun menatapnya dengan pandangan bangga namun sedih. Dia sempat melihat ke arah seluruh pasukan yang masih berjuang di bawah.
"Kons... ta..n...tin..nopel..." lirihnya. Itulah kata terakhir yang diucapkannya sebelum tubuhnya jatuh dengan memegang bendera kemuliaan Laa Ilaha Illallah.
Kemenangan sudah di depan mata. Pasukan muslim terus bergerak maju. Akhirnya, alhamdulillah pasukan Muhammad Al Fatih meraih kemenangan atas izin Allah.
Kemenangan ini tentu saja membawa rasa syukur dan haru bagi Sultan dan pasukannya. Betapa tidak, bisyarah nabawiyyah akhirnya terwujud setelah 800 tahun sejak diucapkan oleh lisan mulia Rasulullah Saw. Sebaik-baik komandan dan pasukan adalah komandan dan pasukan yang menaklukkan Konstantinopel. Masya Allah. Sultan mehmed beserta pasukannya langsung melakukan sujud syukur atas kemenangan yang telah diberikan oleh Allah Swt ini. Dengan mengucapkan bismillah, Sultan mulai melangkah kedalam Gereja Hagia Sofia. Di dalam, telah berkumpul rakyat Konstantinopel yang berlindung dalam ketakutan.
"Pulanglah kalian ke rumah kalian masing-masing. Sejak hari ini, Kalian aman dan bebas. Nyawa kalian, harta kalian akan kami lindungi. Kami tidak menindas orang yang lemah dan mencari perlindungan kepada Kami." kata Sultan dihadapan seluruh rakyat Konstantinopel.
(Tamat)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Baguus.. Oya. aku kirim email ke kamu! please jawab ya:)
Iya◉‿◉ʘ‿ʘ
Terimakasih sudah membaca. Semoga menjadi inspirasi untuk kita semua. Amiin...
Amiiin ya rabbal alamin...
Alhamdulillah tamat
Iya, Alhamdulillah
Yey ada lagi
Iya dong...