Syahida Amalina A'la

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Semua Karena Corona

Semua Karena Corona

Semua Karena Corona

Jum'at Siang, 13 Maret 2020

"Banyak yang bawa permen. Jadi pengen", kata Aisha sahabatku.

"Oh, permen itu. Besok aku mau beli. Kalau mau, boleh aku belikan buat kita semua", jawabku.

"Asyik! Kalau boleh, aku mau", kata Aisha lagi.

"Oke deh", jawabku enteng.

Keesokan harinya aku berdiri di depan rak permen. Aku baru saja selesai les matematika. Setelah selesai, aku langsung menuju ke kantin.

"Hmmm... Beli berapa ya? 6.000 cukup!", batinku sembari mengambil permen dari toples. Aku bergegas menuju kasir. Kantin ini memang menyenangkan. Tanpa AC pun udaranya sudah sejuk.

Setelah membayar, aku melangkah pulang. Sembari berjalan, aku membayangkan raut wajah teman-temanku saat kubagikan permen ini. Tak sabar untuk bertemu mereka lagi di sekolah.

Minggu Sore, 15 Maret 2020

"Lockdown?", kataku dalam hati.

Aku sedang menggunting kardus di teras depan rumah saat telingaku menangkap pembicaraan Umi, Abi dan Nenek di dalam.

"Dikarenakan adanya virus Corona yang saat ini telah semakin menyebar ke seluruh Indonesia, maka untuk sementara waktu seluruh siswa harus melakukan pembelajaran daring selama sekitar tiga pekan", kata Umi melanjutkan membaca pengumuman di grup chat kelasku.

Aku hanya mengangkat bahu dan bersikap tak peduli. Kulanjutkan kembali aktivitasku menggunting kardus. Menurutku pembelajaran di rumah menyenangkan juga. Dengan begitu aku tak perlu terburu-buru untuk bersiap ke sekolah. Tapi, bagaimana dengan teman-temanku? Ah.. Nantilah kupikirkannya.

Malam harinya Abi bilang, besok aku dan adikku harus tetap bangun pagi seperti biasa dan mulai belajar dari rumah. Aku mengangguk.

Senin, 16 Maret 2020

"Tugasnya udah ada ya, Kak. Jangan ditunda, nanti malah ketumpuk sama tugas yang lain", kata Umi

"Iya", jawabku.

Aku mengerjakan tugasku dalam hening. Rasanya aneh. Biasanya kalau sedang mengerjakan tugas, aku selalu berdiskusi dengan teman-teman. Aneh rasanya tanpa mereka.

Hari demi hari berlalu. Sebulan berlalu, aku mulai merasa 'gerah' mendekam terus di rumah. Akhirnya kumulai iseng-iseng mengutak-atik komputer Abi. Awalnya, aku mencoba membuka Microsoft Word. Meskipun aku baru bisa mengetik dengan dua jari telunjuk, aku tetap menikmatinya.

Setelah aku bisa mengetik di MS Word, aku memberanikan diri untuk belajar microsoft office yang lainnya. Aku tertarik pada MS Power Point. Walaupun awalnya tidak tahu, namun setelah diberi sedikit penjelasan oleh Umi, aku dan adikku mencoba membuat gambar sederhana di sana. Gambar pertama kami diberi judul "Kedai Es Krim".

Kemudian aku juga mulai tertarik pada aplikasi Youtube. Tentu saja, dengan pengawasan ketat dari kedua orangtuaku. Aku mulai belajar mengedit foto dan video. Kemudian mengunggahnya di channel pribadiku. Wah, ternyata sungguh mengasyikkan. Selain menyalurkan hobi, juga bisa berbagi. Tentu saja, channel youtubeku berisi konten yang positif.

Setelah melewati 1 tahun di rumah saja, aku menyadari bahwa kehadiran virus Corona ini tidak hanya berdampak negatif tetapi juga positif. Allah pasti punya maksud yang indah di balik musibah ini. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Seperti aku misalnya, sebelum adanya virus corona, aku belum tertarik dengan hal-hal yang berbau teknologi seperti belajar komputer dan editing video. Tapi sekarang, aku sangat suka memainkan banyak aplikasi yang ada di laptop dan handphone. Walaupun untuk handphone, orangtuaku hanya membolehkan whatsapp, youtube dan web komunitas menulisku. Dan berkat adanya corona pula, aku bisa menghasilkan sebuah novel dan sebuah buku antologi, hasil dari pelatihan sasisabu. Alhamdulillah nikmat yang tiada terkira.

Tapi tetap saja, bagaimanapun aku rindu teman-teman. Aku ingin kita bisa berdiskusi bersama, main bersama dan membuat kejutan bersama. Aku jadi sedikit lupa bagaimana rasanya berkumpul bersama teman-teman. Lupa bagaimana rasanya saat saling berbagi makanan, lupa bagaimana rasanya bermain bersama.

Yaa.. Liburan yang tak ada akhirnya memang seru sih. Tapi aku butuh kawan-kawan yang mengajakku main. Aku juga sudah amat merindukan guru-guruku yang baik.

"Corona, cepatlah pergi dan jangan pernah kembali lagi!", itulah harapanku saat ini. Semoga Allah mengabulkan doaku.

Biodata Penulis

Perkenalkan, namaku Syahida Amalina A'la. Panggil saja Syahida. Usiaku saat ini 12 tahun. Aku bersekolah di SDIT Insantama Bogor, kelas 6. Aku lahir di Bogor, 16 Januari 2009. Hobiku adalah membaca, menulis dan membuat kerajinan. Cita-citaku ingin menjadi guru dan penulis. Doakan ya.

Kalau kalian ingin tahu lebih banyak tentangku, bisa berkirim email ke [email protected] atau di nomor 081381897232.

Terima kasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Berarti aku manggil nya Kak Syahida kan..

10 Mar
Balas

Terserah kamu aja (´∩。• ᵕ •。∩`)

16 Mar

Bagus idahhhh!!!!

09 Mar
Balas

Makasih, Bitaaa

16 Mar



search

New Post