Review Buku Abdul Hamid Ghazi
Judul Buku : Abdul Hamid Ghazi, Benteng Terakhir Khilafah Islamiyah
Penulis : Sayf Muhammad Isa
Penerbit : Ghazi Publishing
Beylerbeyi Sarayi (Istana Beylerbeyi), Tepian Selat Bosphorus,
Istanbul, 1917
Seorang Sultan tua sedang melakukan shalat di kamarnya. Hanya kamar itu yang tersisa baginya. Istananya tak lagi miliknya. Negaranya bukan lagi dalam kuasanya. Andai kau tahu apa yang ada di lubuk hatinya yang paling dalam. Hatinya tercabik-cabik. Tak jarang air mata terurai dari pelupuknya. Dia tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada negeri yang menjadi tanah airnya.
Sultan Abdul Hamid telah renta. Tubuh tuanya tak lagi berdaya melawan kekuatan besar yang terus saja menghalangi dakwah dan kepemimpinannya sebagai seorang Khalifah. Dirinya terkurung bahkan dalam istananya sendiri. Tentara menjaga bahkan di depan pintu kamar pribadinya.
Beberapa tahun silam, terbesit dalam benaknya. Sebuah impian untuk tanahnya yang telah dibentuk beratus tahun lamanya. Di bawah panji hitam dan putih yang menggetarkan musuh. Ditambah bulan sabit dan sebuah bintang berlatar merah. Tentang negara yang kelak akan terus jaya. Nyatanya realita berkata tidak. Pedang tak lagi tajam. Laras senapan tak lagi berisi. Bom dan granat tak lagi terisi. Senjata senjata keluaran terbaru dimasa itu tak lagi dapat memadamkan kecamuk yang berkobar dihatinya.
Dipandanginya panorama halaman istana indah itu. Tidak ada lagi yang membuatnya tertarik di sana. Kosong. Hanya kekosongan belaka yang tampak di sudut matanya. Abdul Hamid tak buta. Semuanya jelas di hadapannya. Kekacauan setelah jabatannya sebagai Khalifah dipermalukan. Inggris dengan teganya mengibarkan bendera mereka di sepanjang jalan. Memalukan!
Andai seluruh dunia tahu apa yang selalu dia pikirkan. Tak ada lagi yang dapat dijadikan teman untuk berbagi rahasia. Mengapa kaum muslimin banyak yang tak ingin lagi berjuang membela agama mereka? Apakah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW berabad-abad yang lalu sebagai buih di lautan adalah pemandangan yang dia lihat di negeri yang dia pijaki tanahnya? Itulah yang selalu ada dalam pikirannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus bangettt aku nggak bisa lho bikin kayak gini
Aihh... itu juga aku masih ada yang salah lho...
Tp bagus bangettt
dulu umi jualan buku itu. tp gk tau sekarang masih atau enggak. gpp kok pake bahasa sunda. aku juga orang sunda kok. hehe
Idah suka buku beginian nih...hehe
Iya. Hehe
kabita euy (pingin ih) maaf pakai bahasa sunda, maklum orang sunda
beli dimana ih? meuni sae atuuh
iya, kabita nya ><
Itu umili dulu jualan ><