NNegri Tarashi dan Negri Aylani || Full Episode!!!
Di belahan bumi nun jauh disana, Tersebutlah dua Negri yang sudah sejak lama saling memusuhi. Dua Negri itu bernama Negri Tarashi dan Negri Aylani. Nama negri itu di ambil dari nama Raja yang berkuasa disana. Negri Tarashi dipimpin oleh Raja Tara dan Negri Aylani di pimpin oleh Raja Ayla.
Negri Tarashi adalah Negri yang kuat dari segi militer. Mereka punya senjata paling mutakhir. Banyak negri yang tumbang di bawah kekuasaan Raja Tara. Sementara itu Negri Aylani adalah negri yang subur. Negri Aylani di karuniai kekayaan alam dan sumber daya yang melimpah ruah. Banyak pedagang yang mampir ke Negri Aylani untuk membeli stok barang yang pada akhirnya akan mereka jual kembali.
Kedua Negri ini sudah saling cekcok dan saling angkat senjata selama 32 tahun lamanya. Baik Raja Tara ataupun Raja Ayla tak ada yang mau menyerah. Mereka terus saja berperang dan saling bertengkar antar satu sama lain.
Raja Tara mempunyai 3 orang putri. Yang paling cantik adalah Si bungsu Malika. Yang kedua bernama Putri Hannah dan Putri sulungnya bernama Putri Ghaziyyah. Di antara ketiga putri Raja Tara, hanya Putri Ghaziyyah yang sering di kata-katai oleh para pelayan karena parasnya yang tak secantik Ibu dan kedua saudarinya. Ibunya adalah Permaisuri Malihah. Permaisuri Malihah adalah wanita yang cantik dan anggun. Dia dihormati dan berasal dari kalangan terpandang.
Raja Ayla mempunyai seorang putri yang cantik yang diberi nama Putri Syahlah dan seorang Pangeran bernama Pangeran Hasbi. Syahlah adalah anak pertama Raja Ayla. Ibunya adalah Permaisuri Zubaidah. Putri Syahlah terus mendampingi ayahnya yang berperang di medan laga. Putri Syahlah diam-diam menjalin persahabatan dengan Putri Ghaziyyah dari Negri Tarashi. Ia tak ingin ayahnya mengetahui hal itu. Karena jika ayahnya tau, hukuman yang akan ditimpakan padanya tidaklah seberapa. Terlebih dia adalah Putri Raja. Maka hukumannya akan dilipat gandakan.
Peperangan yang sudah berlangsung selama 32 tahun itu tak pernah membuat kedua belah pihak mengerti bahwa peperangan hanya akan menimbulkan kerugian. Pasalnya, kedua Negri ini berperang untuk merebutkan pertambangan emas dan permata yang terdapat di sekitar wilayah kekuasaan mereka. Negri Aylani berkeras tidak akan membagikannya pada negara apapun karena merasa bahwa mereka adalah negri yang paling baik mengelola sumber daya alam. Sementara itu Negri Tarashi yang memang tak cukup pengalaman mengelola pertambangan, tetap berkeras akan menguasai pertambangan emas dan permata itu. Jika tidak, mereka akan mengerahkan kekuatan mereka dan bertempur habis-habisan.
Suatu ketika, salah seorang mantan prajurit yang diusir Raja Tara karena bertindak ceroboh mencoba memberontak dan berkhianat. Namanya Qursta. Ia sudah muak dengan peperangan itu dan Maharaja Raja Tara. Atas perintah Putri Ghaziyyah, Qursta diam-diam pergi ke markas besar Negri Aylani di waktu malam. Ia menemui Raja Ayla yang masih sibuk memikirkan Rencana penyergapan dengan Para Penasihatnya. Qursta diizinkan masuk ke ruangan Raja Ayla.
Di kursi kebesarannya, Raja Ayla sedang memg-instruksikan rencananya kepada Para Penasihat. Si sampingnya, berdiri Putri Syahlah dengan setia. Raja Ayla menghentikan pembicaraannya saat melihat kedatangan Qursta. Raja Ayla meminta semua keluar dari ruangannya kecuali Putri Syahlah.
"Apa yang kau inginkan dariku, Wahai utusan?" Tanya Raja Ayla dengan tenang tapi tegas.
"Baginda Raja, sebenarnya saya bukanlah utusan. Melainkan seseorang yang akan menyampaikan sesuatu yang penting untuk yang mulia." Jawab Qursta.
"Apa itu?"
"Baginda Raja, dulu saya adalah seorang prajurit kelas bawah yang di gaji setiap bulannya oleh Raja Tara. Tapi suatu ketika, saya telat datang ke tempat latihan karena saya harus merawat adik perempuan saya yang sedang sakit. Raja Tara tak menerima alasan saya dan malah memecat saya. Alhasil, kini saya tak punya pekerjaan dan tak punya harta bahkan hanya untuk makan..." Kata Qursta menjelaskan.
"Kenapa kamu sampai tak punya harta bahkan untuk makan?" Tanya Raja Ayla.
"Karena Raja Tara menetapkan pajak yang sangat tinggi pada saya dan rakyat jelata lainnya. Jika kami tak bisa membayar pajak, maka Raja tak segan untuk memecuti atau bahkan membunuh orang yang tak membayar pajak tersebut. Terlebih sekarang sedang dalam masa perang. Sehingga semakin menyulitkan kami untuk mencari nafkah." Jawab Qursta.
"Lantas apa yang kamu inginkan dariku?" Tanya Raja Ayla.
"Saya hanya mengharapkan kemurahan hati paduka untuk mengizinkan saya dan keluarga saya untuk tinggal di Negri Paduka. Sebagai imbalan, izinkan saya untuk membantu paduka memerangi Negri Tarashi." Jawab Qursta.
"Hmm... Baiklah. Kau dan keluargamu kuizinkan menetap di Negriku tanpa di pungut biaya apapun. Sedangkan untuk makanan, kau bisa mengambil seperlunya di alun-alun. Disana banyak pedagang yang menyumbangkan sisa jualan mereka untuk di ambil gratis bagi orang yang membutuhkannya." Kata Raja Ayla sambil tersenyum.
"Terimakasih banyak, Paduka!" Kata Qursta.
Sementara itu Putri Syahlah yang sedaru tadi mendengar dan menyaksikan percakapan Qursta dengan ayahnya, hanya bisa tersenyum dalam hati. Kemarin malam, Putri Ghaziyyah mendatanginya untuk menyampaikan keluhan tentang keluh kesah rakyat di Negri Tarashi. Mereka kelaparan dan sengsara. Putri Syahlah mengetahui semuanya.
Kemarin malam...
"Ghaziyyah, kenapa kamu datang malam-malam? Sangat berbahaya bagimu dan bagiku karena ayah meningkatkan penjagaan di malam hari. Berhati-hati lah."
"Tidak, Syahlah. Aku kesini karena ingin meminta bantuanmu. Apakah kamu setuju dengan rencanaku yang akan aku katakan sekarang." Jawab Putri Ghaziyyah
"Katakan saja sekarang. Tapi jangan berisik. Nanti prajurit ayah mendengar. Kalau hal itu terjadi, keadaan kita bisa gawat." Kata Putri Syahlah.
"Rakyat Negri Tarashi datang padaku dan menyampaikan laporan. Mereka bilang, Ayahku menaikkan gaji tanpa meneliti terlebih dahulu apakah rakyatnya sanggup dengan itu. Aku sudah menyaksikan sendiri kekejaman ayahku pada rakyat jelata. Ia bertindak semena-mena. Rakyat yang tidak bisa bekerja hanya akan di telantarkan begitu saja. Makan 3 kali sehari seakan sudah menjadi kemewahan bagi mereka." Kata Putri Ghaziyyah mengawali ceritanya.
"Lantas bagaimana orang-orang Tarashi bertahan hidup tanpa makanan?" Tanya Putri Syahlah.
"Diam-diam, aku mengambil makanan dari gudang. Terkadang aku bilang pada penjaga kalau aku masih lapar atau ibuku menginginkan makanan lebih. Dengan cara itu, aku bisa mengambil makanan semampu yang bisa aku sembunyikan. Setelah itu aku menyamar sebagai rakyat jelata dan membagikan makanan itu pada mereka. Terkadang bahkan aku merelakan jatah makan siangku yang melimpah untuk Rakyat Tarashi. Tapi laparku tak seberapa jika dibandingkan dengan kelaparan penduduk Tarashi." Jawab Putri Ghaziyyah sedih.
"Kasihan sekali. Aku juga akan membantumu. Aku akan usahakan agar ayah mau mengizinkan sebagian Rakyat Jelata Tarashi tinggal di Negri kami. Disini, ada makanan gratis yang bisa diterima oleh orang yang membutuhkan. Ada rumah-rumah kecil tapi nyaman yang tak terpakai dan bisa di tinggali tanpa dikenai biaya apapun." Jawab Putri Syahlah.
"Memang itulah rencanaku, Syahlah! Terimakasih karena kamu mau setuju. Tapi besok, akan ada seorang mantan prajurit ayah yang akan datang menghadap ayahmu dan berusaha meminta perlindungan darinya. Itu sebagai permulaan. Jika nanti ayahmu mengizinkan dia tinggal di Aylani dengan nyaman, berangsur-angsur aku akan mengirimkan Rakyat Tarashi ke Aylani." Jawab Putri Ghaziyyah.
"Baik! Aku mengerti. Sekarang pergilah. Aku mendengar suara prajurit di seberang. Berhati-hati lah." Kata Putri Syahlah.
Putri Ghaziyyah pun pergi dan menghilang dibalik kegelapan malam yang menyelimuti langit Aylani...
Begitulah jadinya. Secara berangsur-angsur Rakyat Tarashi pindah ke Negri Aylani dengan sembunyi-sembunyi. Raja Ayla menyambut mereka semua dengan tangan terbuka. Dia tidak menaruh curiga dengan pendatang di negri nya karena setiap orang menyampaikan alasan yang sama. Yaitu kekejaman Raja Tara pada rakyat jelata di Negri Tarashi.
Suatu ketika, Jendral Ariana memergoki Rakyat Tarashi yang sedang pindah ke Negri Aylani di perbatasan. Saat itu, Rakyat Tarashi yang sedang pindah tak menyadari ada yang memergoki mereka. Karenanya, mereka bicara tanpa memelankan suara.
"Aku dengar dari Putri Ghaziyyah, di Negri Aylani kita akan di perlakukan seperti selayaknya warga. Aku sangat percaya pada Putri Ghaziyyah yang baik hati." Kata salah seorang dari mereka
"Semoga kelak di Negri Aylani kita mendapat perlakuan yang baik dari Raja Ayla." Ucap salah seorang yang lain.
Di balik semak-semak, Jendral Ariana hanya bisa memandang dengan heran. Banyak juga rombongan Rakyat Tarashi ini. Hendak kemana kah mereka? Apa maksudnya mereka akan pindah ke Negri Aylani dan mendapatkan perlindungan Raja Ayla yang telah menjadi musuh selama puluhan tahun lamanya?
"Aku harus memberitahukan ini pada Raja!" pikir Jendral Ariana.
Jendral Ariana segera berlari menuju Istana. Sesampainya disana, Raja Tara berdiri gagah di atas karpet merah kebesarannya. Di sekeliling Raja, berdiri lara pemasihat dan petinggi kerajaan. Sepertinya rapat besar sedang berlangsung.
Jendral Ariana membungkuk hormat di hadapan Raja Tara. Para penasihat dan petinggi kerajaan ikut membungkuk memberi hormat. Jendral Ariana menjelaskan pada Raja Tara apa yang ia saksikan dan ia dengar. Raja pun langsung memberikan penjelasan terperinci pada Jendral Ariana yang masih dihinggapi kebingungan mendalam.
"Sudah sejak seminggu yang lalu aku menaruh curiga pada Rakyat kita. Kemarin, aku mendatangi Rumah Pak Ilham untuk memungut pajaknya yang belum dibayar selama sebulan ini. Tapi bahkan 5 rumah di sebelahnya juga tak berpenghuni. Jadi aku menaruh curiga rakyat kita pergi dari Tarashi dengan diam-diam. Ternyata begitu rencana mereka! Pergi mencari pengadilam Raja Ayla yang bodoh!" Kata Raja Tarashi.
Keesokan Harinya, Raja Tarashi memerintahkan ratusan prajuritnya untuk mencegat Rakyat yang berusaha pindah dari Tarashi. Salah seorang warga berhasil ditangkap. Dia segera dibawa ke ruangan Raja Tara. Dengan kejam, Raja Tara menginterogasi warga tersebut. Karena merasa terjepit, akhirnya warga itu membocorkan rahasia dan rencana Putri Ghaziyyah.
"Ini adalah usul dari putri anda, Paduka. Putri Ghaziyyah yang rela bertaruh nyawa demi Rakyat Tarashi mengusulkan agar kami pindah ke Negri Aylani agar mendapatkan perlindungan Raja Ayla. Jadi inilah kami yang berusaha..."
"HAH! APA!? DARI MANA PUTRIKU TAU TENTANG KEADILAN RAJA AYLA PADAHAL IA TAK PERNAH KE NEGRI AYLANI?! JAWAB!!" Teriak Raja Tara.
"Hamba tidak tau, Paduka."
"JEBLOSKAN GHAZIYYAH KE PENJARA BAWAH TANAH!! AKU AKAN MENGINTEROGASINYA DI SANA!!" Teriak Raja Tara lagi.
Para prajurit langsung berpencar ke seluruh penjuru Negri untuk mencari Putri Ghaziyyah. Sementara itu, Putri Ghaziyyah sedang membacakan cerita untuk anahk-anak Tarashi. Mereka sangat senang dibacakan cerita oleh Putri Ghaziyyah. Para prajurit langsung menherubungi Putri Ghaziyyah dan anak-anak yang ketakutan. Anak-anak itu mulai menangis. Putri Ghaziyyah berusaha menenangkan mereka.
"Prajurit! Cepat pergi dari sini. Anak-anak ini ketakutan dengan laras senapan yang kalian genggam." Kata Putri Ghaziyyah.
"Ha..ha..ha... Mana mungkin, Putri! Ayahandamu, Maharaja Tara yang meminta kami agar menjebloskanmu ke dalam penjara bawah tanah!! Ha..ha..ha..!!" Ujar salah satu prajurit sambil meletakkan ujung senapan di depan kening Putri Ghaziyyah.
"Apa maksud ayah ingin memenjarai aku?" Tanya Putri Ghaziyyah kebingungan.
"Kau akan tau nanti. Sekarang cepat tangkap Putri dan masukkan ke Penjara bawah tanah!" Kata prajurit itu lagi.
Putri Ghaziyyah diseret menuju Istana. Putri Ghaziyyah meronta sementara disekitar mereka warga yang penasaran mulai keluar. Mereka melempari para prajurit dengan batu, krikil, atau barang apapun yang sedang mereka pegang.
"Lepaskan Putri!!"
Putri ditempatkan di penjara bawah tanah yang pengap dan lembab. Pintu penjara di gredel dari luar. Sementara Raja Tara berjalan angkuh menuju ruangan penjara tempat Putri Ghaziyyah dikurung. Putri Ghaziyyah memandang ayahnya dengan hati berdebar. Apa yang ayahnya inginkan?
"Ghaziyyah, jelaskan apa maksudmu memerintahkan Rakyat jelata untuk pindah ke Negri Aylani!" Kata Raja dengan suara menggelegar.
"Apa maksud ayah?" Tanya Putri Ghaziyyah pura-pura tidak tau.
"Jangan berpura-pura!! Aku tau kau yang memerintahkan Rakyat Tarashi kita untuk pindah ke Aylani! Apa maksudnya itu?!" Tanya Raja Tara.
"Baiklah, Ayah. Akan aku beri tau alasanku melakukan hal itu." Jawab Putri Ghaziyyah pada akhirnya.
"Ya! Apa itu?!"
"Ayah, Negri Tarashi memang sangat handal dalam segi permiliteran. Tapi di sisi lain, semua itu berkat hasil jerih payah Rakyat Tarashi juga. Mereka lah yang harus bekerja lembur untuk membuat senjata-senjata itu. Sedang kan ayah hanya duduk sambil memerintah pata pekerja yang sebenarnya sudah sangat kelelahan dan kelaparan. Selain itu, ayah juga hanya memberikan gaji hanya pada mereka yang mau menuruti apa yang ayah katakan." Jelas Putri Ghaziyyah
"Tentu saja ayah hanya memberikan gaji pada mereka yang mau bekerja. Apa iya kita harus menghambur-hamburkan uang hanya untuk dibagikan pada Rakyat yang tidak mau tunduk padaku?!" Kata Raja Tara tidak sabar.
"Tapi apa ayah pernah memikirkan apa yang akan ayah lakukan jika semua kemudahan dan kekayaan ayah dicabut, lalu ayah menjadi seperti Rakyat jelata yang harus membanting tulang sampai kelaparan dan hanya diberi gaji sedikit? Apa ayah tak pernah mau melihat kebawah dan memperhatikan keadaan rakyat Tarashi yang sedang dalam masa sulit ini? Terlebih sekarang adalah masa perang, Ayah. Banyak prajurit kita yang mati terbunuh hanya karena hal yang sebenarnya masih bisa dituntaskan tanpa perang. Rakyat Tarashi saat ini tidak punya uang bahkan hanya untuk sekadar makan. Bahkan setiap seminggu sekali aku harus membagikan jatah makanku untuk mereka. Tapi itu belum cukup. Satu-satunya yang menghiburku hanyalah kenyataan bahwa Rakyat Tarashi mau bertahan. Mereka hanya makan sekali sehari untuk menghemat persediaan. Aku juga sering membelanjakan uangku untuk membeli bahan makanan yang pada akhirnya akan aku berikan pada Rakyat Tarashi. Mereka hidup terlunta-lunta, Ayah. Apa ayah tak mau mengerti?" Kata Putri Ghaziyyah menjelaskan dengan raut wajah sedih.
"Ayah juga menetapkan pajak terlalu tinggi. Itulah yang membuat Rakyat Tarashi tak bisa bertahan. Bahkan untuk sesuap nasipun mereka belum tentu punya. Tapi ayah dengan biadab tetap memaksa Rakyat untuk membayar pajak yang kian hari harganya semakin meninggi. Bahkan sering aku bertanya pada Rakyat Tarashi tentang seberapa banyak pajak yang ayah tetapkan. Setelah mereka menyebutkan nominalnya, aku mengambil uang ku sendiri dan tabunganku untuk kubagikan pada mereka. Itu adalah uang yang mereka gunakan untuk membayar pajak. Jadi pada akhirnya, uang yang ayah dapatkan dari rakyat Tarashi adalah milik keluarga ayah sendiri."
Raja Tara tampak termenung berusaha mencerna kata-kata Putri Ghaziyyah. Tapi sepertinya Raja Tara tak mau terlalu peduli dengan kata-kata putrinya. Ia hanya memandang Putri Ghaziyyah sesaat, setelah itu melenggang pergi meninggalkan Putri Ghaziyyah sendirian dalam kegelapan penjara bawah tanah...
Hari demi haripun berlalu dan tetap seperti itu. Semenjak Putri Ghaziyyah di penjara, Rakyat semakin banyak yang pindah dari Negri Tarashi. Mereka telah kehilangan satu-satunya harapan untuk bertahan hidup, yaitu Putri Ghaziyyah. Jadi mereka harus selekas mungkin meninggalkan Negri Tarashi.
Kepindahan Rakyat Tarashi tersebut membuat resah Raja Tara. Bagaimanapun, tanpa bantuan dari Rakyat jelata yang menciptakan senjata-senjata dan membayar pajak tiap minggunya, Raja Tara tak bisa berbuat apa-apa. Terlebih semakin banyak prajuritnya yang ia pecat hanya karena kesalahan kecil. Banyak juga prajurit yang memilih berhenti dan menjadi Rakyat jelata guna mempermudah kepindahan keluarganya menuju Negri Aylani. Raja Tara sangat heran kenapa Rakyat nya mau berbuat begitu.
Karenanya, pada suatu hari, Raja Tara meminta penasihatnya untuk mendandaninya menjadi seperti Rakyat Tarashi yang miskin. Penasihatnya kebingungan tapi tetap mengikuti apa yang Raja inginkan. Menyamar adalah salah satu bakat Raja Tara. Ia bisa berubah menjadi apa saja bahkan seorang wanita hanya dengan mengubah gaya dan penampilannya. Karenanya, tak sulit merubah tampilan Raja Tara menjadi seperti Rakyat jelata. Setelah selesai berdandan, Raja Tara meminta penasihatnya itu untuk berdandan seperti dirinya juga. Penasihatnya jadi bertambah bingung dengan apa yang raja inginkan.
"Apa maksud paduka kita harus berbuat seperti ini, baginda?" Tanya penasihatnya
"Kita akan menyamar menjadi rakyat jelata yang akan pindah ke Aylani. Aku hanya penasaran dan ingin memastikan kenapa orang-orang mau berbuat hal seperti itu." Jawab Raja.
"Jika seperti itu keadaannya, baik baginda." Kata penasihat raja.
Diam-diam, Raja Tara dan penasihat kepercayaannya. Tak ada yang tau tentang kepergian keduanya. Raja Tara dan penasihat nya menggunakan jalan Yang biasa digunakan Rakyat Tarashi untuk pindah ke Negri Aylani. Raja Tara menggabungkan diri dengan Rakyat yang sedang dalam proses pindah. Jarak dari Negri Tarashi dan Negri Aylani tak begitu jauh. Jadi sebelum matahari tenggelam, rombongan itu sudah sampai di Negri Aylani.
Mulai dari pintu masuk Negri Aylani pun, Raja Tara sudah sangat terkagum-kagum. Sungguh Negri yang tertata dengan baik. Negri Aylani sangat subur dengan pepohonan dan ladang-ladang mereka Yang hampir dalam masa panen. Rakyat Aylani terlihat sangat bahagia. Raja Tara sangat heran saat melihat berapa tenang dan bahagianya suasana di Negri Aylani.
Raja yang sedang menyamar beserta rombongan nya disambut dengan ramah dan hangat dan dipertemukan dengan Raja Ayla. Seperti biasa, Raja Ayla ditemani oleh Putri Syahlah yang setia. Hal itupun semakin membuat Raja Tara heran dan kagum. Selama ini tak ada satupun putrinya yang mau menemaninya. Raja Tara tau yang berdiri di sebelah Raja Ayla adalah Putri Syahlah karena dulu Raja Tara pernah menyandera Putri Syahlah agar ayahnya, Raja Ayla mau melepaskan 100 tawanannya yaitu para prajurit Negri Tarashi.
"Selamat datang di Negri Aylani, Wahai Tuan-tuan dan Nyonya yang terhormat. Aku tau maksud kedatangan kalian kemari. Karenanya kalian akan langsung di antar menuju kediaman kalian yang baru. Silahkan menetaplah di Negriku. Setiap pagi, kalian bisa mengambil makanan yang tersaji di Alun-alun secara gratis untuk makan kalian. Ambillah secukupnya saja." Kata Raja Ayla hangat.
"Baginda, apakah keamanan kami terjamin? Apakah kami akan bisa mendapatkan pekerjaan di Negri Baginda?" Tanya salah seorang dari Rombongan Negri Tarashi.
"Tenanglah, Wahai Tuan. Selama kalian belum mampu bekerja, semua kebutuhan kalian akan terpenuhi. Aku juga menyediakan lapangan kerja yang luas untuk kalian. Kami memiliki beberapa pertambangan dan pengeboran sumur yang masih kekurangan pekerjaan. Selain itu kami juga membutuhkan pelayan baru, Tukang bersih-bersih, petani, prajurit, dan Juru Tulis. Jika Tuan ingin, Tuan bisa memilih satu pekerjaan yang paling cocok untuk Tuan. Gaji yang akan Tuan terima, akan sebanding. Sedangkan untuk keamanan sudah aku pastikan bahwa kalian akan aman. Pondok yang nanti akan kalian tinggali letaknya terlindung dari kekejaman Raja Tara di Negri Tarashi. Akan aku tempatkan setidaknya satu orang prajurit untuk menjaga satu pondok." Jawab Raja Ayla menjelaskan.
"Bagaimana dengan pajak?" Tanya seorang wanita tua.
"Tenanglah, Wahai ibu. Aku tidak akan menetapkan pajak jika kalian memang tak sanggup untuk itu. Tapi aku akan tetap menetapkan pajak untuk kalian. Tapi tentu tak akan terlalu tinggi. Jika kalian hanya mampu memberi pajak sedikit, aku takkan menghukum kalian seperti yang biasa dilakukan Raja Tara. Aku akan mengusahakan agar kalian mendapatkan penghasilam yang cukup ubtuk memenuhi kebutuhan hidup kalian." Jawab Raja Ayla.
"Terimakasih banyak, Paduka yang terhormat.." Kata seluruh rombongan sambil membungkukkan badan.
"Syahlah, tolong bawa rombongan ini ke kediaman mereka Yang baru. Beri mereka pakaian dan makanan yang cukup. Jangan sampai ada yang kelaparan dari mereka. Aku percayakan tugas ini padamu, Putriku." Kata Raja Ayla dengan lembut pada putrinya.
"Baik, Ayah. Aku akan meminta Hasbi membantuku." Jawab Putri Syahlah sambil melangkah mundur.
Putri Syahlah dan adiknya, Pangeran Hasbi mengantarkan seluruh rombongan ke pondok di samping hutan. Raja Tara sangat terkesima dengan apa yang ia lihat. Raja Tara mengakui keadilan yang ditampakkan Raja Ayla kepada Rakyat yang kesulitan. Tapi rasa gengsi di hatinya membuatnya masih menganggap Raja Ayla sebagai musuh.
Raja Tara semakin terguncang hatinya saat melihat bagian dalam Pondok yang akan ditinggali oleh Rakyat Tarashi. Pantas saja Rakyat nya memilih untuk pindah ke Negri Aylani. Sebaik inikah sambutan yang dilakukan oleh Raja Ayla? Putri Syahlah menunjukkan ruangan demi ruangan dalam pondok itu dengan pembawaannya yang riang.
"Semoga anda merasa nyaman tinggal disini, Tuan." Kata Putri Syahlah sambil melangkah pergi.
Raja duduk di kursi yang sangat nyaman. Pandangannya tertuju ke langit-langit. Penasihatnya melihat hal tersebut dan mulai bertanya.
"Bagaimana perasaan paduka di Negri Aylani ini, Baginda?"
"Penasihat, sungguh aku kagum dengan pemyambutan yang diberikan Raja Ayla. Sangat berbeda dengan penyambutan yang selama ini aku lakukan untuk pendatang baru. Tapi keputusanku tetap. Besok pagi kita kembali ke Tarashi. Tapi malam ini aku akan menemui Raja Ayla dan memberinya beberapa pertanyaan." Jawab Raja Tara.
"Baik, Baginda." Kata Penasihatnya.
Malampun tiba dan kegelapan menyelimuti Aylani. Diam-diam, Raja Tara yang masih dengan samarannya berjalan menuju Istana sekaligus kediaman Raja Ayla di bawah sinar rembulan. Ia diizinkan Prajurit penjaga untuk masuk ke ruangan pribadi Raja Ayla. Raja Ayla memberikan sebuah tempat duduk yang nyaman untuk Raja Tara yanf kala itu sedang menyamar. Raja Ayla tak tau bahwa yang sedang berada di hadapannya adalah Raja Tara, musuh bebuyutannya sejak lama. Terlebih, Raja Tara sangat pandai menyamar dan mengubah gaya penampilan. Raja Tara juga bisa merubah suara nya menjadi suara orang lain.
"Ada perlu apa engkau kemari, Wahai Tuan? Apa ada sesuatu yang belum aku siapkan?" Tanya Raja Ayla.
"Tidak perlu, Paduka. Aku hanya ingin bertanya sesuatu kepada Paduka." Jawab Raja Tara dengan suara mirip dengan salah satu pengawalnya.
"Apa itu?" Tanya Raja Ayla lagi.
"Begini. Kenapa Paduka bisa berbaik hati mengizinkan kami tinggal di Negri Paduka padahal kami adalah Rakyat dari Negri yang selama ini Paduka perangi?" Tanya Raja Tara balik.
"Semua itu adalah Cara memperlakukan Rakyat yang tertindas dengan benar. Rakyat tak punya kekuasaan dan kekuatan sebaik pemimpin atau penguasa nya. Itulah sebabnya aku memperlakukan Rakyat Aylani dengan perlakuan yang paling baik." Jawab Raja Ayla.
"Jika kami tak bisa membayar pajak, apa yang akan paduka lakukan pada kami?"
"Aku akan mengusahakan kalian memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak. Tapi jika memang masih tak mencukupi, aku akan membiayai hidup kalian." Jawab Raja Ayla.
"Darimana Paduka memperoleh uang dan harta untuk membiayai hidup kami?" Tanya Raja Tara.
"Dari hasil pertambangan, perdagangan, sumbangan mandiri dari orang-orang terkaya di Negri ini, Kekayaan pribadiku, Harta Rampasan Perang, dan masih banyak lagi." Jawab Raja Ayla.
"Apakah Rakyat Aylani ikut mendanai peperangan dengan Tarashi?" Tanya Raja Tara.
"Tentu saja. Dan mereka melakukannya tanpa keterpaksaan. Itulah yang membuat negri kami sulit ditaklukkan. Mereka membantuku dengan sepenuh hati. Mereka juga ikhlas melepas keluarga mereka untuk ikut berperang bersamaku."
Raja Tara terdiam. Selama ini ia sadar telah melakukan kesalahan. Padahal selama ini Rakyat Tarashi lah yang paling banyak berkontribusi dalam peperangan. Raja Tara pamit undur diri pada Raja Ayla. Kini tak ada lagi dendam di hatinya pada Negri Aylani. Perlakuan baik Raja Ayla telah menyentuh hatinya.
Keesokan Harinya dengan diam-diam, Raja Tara kembali lagi ke Negri Tarashi. Masih tetap dengan penyamarannya, Raja memasuki gerbang Negri Tarashi. Disana ia dicegat oleh para penjaga.
"Apa kau mendapatkan izin dari Paduka Raja Tara?" Tanya salah satu penjaga dengan galak sambil menodongkat senapan di depan wajah Raja Tara.
"Iya. Aku mendapatkan izinnya." Jawab Raja Tara dengan suara aslinya.
"Anda kah itu, Paduka? Maafkan hamba. Hamba tidak tau anda ini paduka Raja." Kata penjaga itu sambil tergagap.
"Tidak mengapa. Sekarang izinkan aku masuk." Jawab Raja sambil tersenyum.
Para penjaga membuka pintu gerbang lebar-lebar. Masih dengan terkejut dan heran, Para penjaga itu mulai berbisik satu sama lain.
"Aku tak menyangka Raja Tara bisa bersikap seramah itu."
"Iya. Aku juga tak menyangka."
"Aku harap Raja Tara bisa berubah menjadi Raja yang baik dan adil dan Putri Ghaziyyah bisa dibebaskan dari penjara."
Raja Tara melepaskan samarannya di ruang pribadinya. Semua orang merasa tak acuh dengan kepergian Raja Tara yang mendadak itu. Tapi kini, Raja Tara bertekad akan meluruskan sikapnya pada Rakyat Tarashi.
Raja pergi ke penjara bawah tanah dimana Putri Ghaziyyah sedang berada. Raja Tara membebaskannya dan mengajak putrinya ke Ruangan Pribadi nya. Putri Ghaziyyah sendiri merasa keheranan tapi tetap mengikuti instruksi ayahnya.
"Ghaziyyah, apa sebelumnya kamu pernah ke Aylani?" Tanya Raja Tara
"Ya, ayah! Bahkan sering. Demi keselamatan Rakyat Tarashi, hampir setiap hari aku mengunjungi Aylani." Jawab Putri Ghaziyyah memberanikan diri.
"Dengan siapa kau mengunjungi Aylani?"
"Dengan Syahlah." Jawab Putri.
"Putri Raja Ayla?"
"Ya! Memang nya kenapa, Ayah?" Tanya Putri Ghaziyyah.
"Putriku, aku sekarang tau kenapa Rakyat Tarashi pergi meninggalkan Negri ini. Aku terlalu kejam dan keras pada mereka padahal aku lah yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan mereka." Kata Raja Tara.
"Kalau begitu, kenapa ayah tak melakukan perubahan?"
"Aku ingin melakukannya. Tapi aku tak tau bagaimana caranya."Jawab Raja.
"Aku tau caranya, Ayah." Kata Putri Ghaziyyah.
Keesokan Harinya, Putri Ghaziyyah pergi ke Negri Aylani secara terang-terangan. Ia pergi menghadap Raja Ayla yang dengan senang hati menerima kedatangan tamu sekalipun itu adalah Putri dari musuhnya sendiri.
Putri Syahlah yang berdiri di samping ayahnya amat terkejut dengan kedatangan sahabatnya, Putri Ghaziyyah. Seketika wajahnya dipenuhi peluh dan jantungnya berdebar keras. Ia khawatir Putri Ghaziyyah dipaksa untuk membuka rahasia bahwa ia berteman dengan Putri Syahlah. Tapi dari kilatan mata Putri Ghaziyyah, Putri Syahlah yakin bukan dengan maksud itu sahabatnya datang.
"Selamat datang, Putri. Apa yang membuatmu kemari?" Tanya Raja Ayla dengan ramah.
"Aku hanya ingin menyampaikan keinginan ayah lada Paduka." Jawab Putri Ghaziyyah.
"Apa itu?"
"Ayah ingin agar Rakyat Tarashi dipulangkan kembali ke Negri nya. Ayah kini sadar dengan kesalahannya dalam mengayomi Rakyat Tarashi. Aku harap Paduka mau mengerti dan bersedia memulangkan kembali Rakyat Tarashi yang berada di bawah perlindungan Paduka." Kata Putri Ghaziyyah.
"Tapi mereka sudah merasa aman dan nyaman tinggal di Aylani. Aku akan memulangkan mereka dengan berat hati. Selama ini mereka banyak membantu aku. Tapi ingat! Kalau nanti aku mensengar keluhan Raja Tara menyakiti Rakyat nya lagi, aku takkan segan mengeluarkab perintah perang!" Jawab Raja Ayla tegas.
"Dengan senang hati, Paduka." Kata Putri Ghaziyyah sambil membungkuk.
Akhirnya, Rakyat Tarashi yang sudah berada di Negri Aylani pun kembali ke Negri Tarashi. Dalam hati, mereka sangat takut dengan ancaman dan hukuman Raja Tara. Tapi mereka lebih mempercayai Putri Ghaziyyah. Karena Putri Ghaziyyah yang memerintahkan mereka untuk pulang, maka dengan senang hati, mereka melakukannya.
Sesampainya di Negri Tarashi, mereka disambut oleh Raja dengan sambutan yang sangat luar biasa yang belum lernag dilakukan Raja Tara sebelumnya. Raja Tara memberikan mereka segala hal yang di butuhkan untuk bertahan hidup di masa peperangan. Lambat laun, Rakyat Tarashi menjadi sayang dengan Rajanya. Mereka kini dengan senang hati mau membantu Raja Tara.
Raja Tara juga memberikan surat damai pada Raja Ayla Yang isinya ajakan untuk menyudahi perang berkepanjangan itu. Peperangan yang telah terjadu selama 32 tahun itu di nama kan Perang Tambang karena berlokasi di atas bukit pertambangan yang menjadi biang keladi dari peperangan.
Raja Ayla setuju dengan isi surat damai Raja Tara. Akhirnya kedua Negri itu hidup berdampingan layaknya saudara. Kini kedua negri itu menjadi kuat dengan menggabungkan dua kekuatan tempur mereka dan takkan ada yang bisa menaklukkan kedua Negri tersebut Karena saat salah satu Negri diserang, Maka Negri yang lain akan datang membantu.
Suatu Sore, Putri Ghaziyyah dan Putri Syahlah sedang berjalan-jalan di padang rumput yang luas. Kini mereka merasa aman menjalim persahabatan didepan Ayah mereka.
"Aku senang kini kedua Negri bisa bersatu dan peperangan berhasil dibatalkan." Kata Putri Syahlah.
"Ya. Kuharal kedepannya kita akan menjadi lebih baik." Jawab Putri Ghaziyyah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
aaakk akhirnya ada yang full episode ><
Kamu nunggu yang Full Episode? ><
iyaaaaa hehe
Kok Typonya ngikut kak?
Hehehe
Maksudnya apa?
Typo,aku sebutin 1 aja ya,"Ya. Kuharal kedepannya kita akan menjadi lebih baik." Jawab Putri Ghaziyyah.nah kata Kuharal itukan kuharap,bener ga?
Iyak, bener ><