Kebaikan Dalam Kejahatan #6 || Surat yang aneh
Asma diseret masuk lagi ke mobil. Di mobil, tangannya diikat kebelakang. Mulutnya di sumpal. Sementara para penculik membawanya kembali ke gedung berterali itu. Ternyata, pintu gerbang sudah berhasil mereka buka. Karenanya, mobil melaju dengan kecepatan penuh. Asma memperhatikan sekitarnya. Ia tak mengenali tempat ini. Terlihat olehnya sebuah bangunan tinggi dan besar yang gelap tanpa disinari rembulan. Saat itu malam bulan purnama. Tapi awan menghalangi cahaya bulan sehingga keadaan menjadi benar-benar gelap. Tak ada penerang yang terlihat dari gedung itu yang membuatnya menjadi semakin terlihat mencekam...
Asma dimasukkan ke sebuah kamar dalam gedung itu. Tempat itu bisa dibilang sangat nyaman. Ada ranjang empuk dan nyaman lengkap dengan bantal, guling, dan selimut. Ada sofa di pojok, meja kayu yang besar, dan lemari yang berisi selimut bertumpuk-tumpuk. Tapi diatas itu semua, Asma tetap ketakutan. Ia semakin merasa tidak nyaman.
Para penculik itu menguncinya di kamar yang nyaman itu. 30 menit kemudian, Asma mendengar langkah kaki mendekati kamarnya. Asma mendekatkan diri ke pintu. Tiba-tiba, didengarnya suara orang bercakap-cakap. Asma menjadi semakin ingin tau. Di letakkannya telinganya di daun pintu.
"Siapa gadis yang kamu kurung itu?" Tanya suara pertama.
"Namanya Asma" Jawab suara kedua.
"Kamu tau dari mana?" Tanya suara pertama
"Dulu aku juga punya adik perempuan bernama Asma. Saat aku bergabung dengan kalian, aku semakin mempertanyakan keberadaan adikku dan keluargaku. Jadi aku berusaha mencari keberadaan keluargaku dengan melakukan pekerjaan ini." Jawab suara kedua.
"Oo, baiklah. Semoga berhasil, kawan!" Kata suara pertama.
Setelah itu, hanya kesunyian dan langkah kaki yang di dengar Asma. Kakinya sudah terasa sangat pegal. Karenanya, Asma segera berbaring di ranjang. Tapi tak lama kemudian, ia sudah bangun lagi karena pintu kamarnya di dobrak dari luar. Asma kaget dan cepat-cepat bangun. Dilihatnya salah seorang penculik membawa sekendi air.
Tanpa mengatakan apa-apa pada Asma, ia meletakkan kendi berisi air itu di meja lalu melenggang pergi begitu saja. Meski begitu, Asma yakin ia adalah salah seorang penculik yang tadi membawanya ketempat menyeramkan seperti ini.
Karena haus, Asma mengambil kendi berisi air itu dan menuangkannya di gelas yang tersedia di meja. Tapi, Asma malah terdiam. Ia melihat sesuati didasar meja yang tertutup kendi. Selembar kertas yang terlipat!
Asma meletakkan kendi di atas meja dan mengambil lipatan kertas itu. Dengan gemetar, dibukanya kertas itu dan dibentangkan di atas meja. Didalamnya, ada tulisan yang terukir rapi. Dengan mudah, Asma bisa membaca tulisan itu.
"Namamu memang Asma kan? Itu bukan nama palsu dan sebagainya? Apa kamu pernah mendengar cerita tentang kakak laki-laki mu? Atau apakah kamu anak tunggal? Kamu tak perlu tau siapa yang menulis ini. Tapi tolong jawab tulisan ini. Di lemari dalam kamarmu, ada selembar kertas dan sebatang pena. Ambil dan tulis jawabanmu di kertas itu lalu selipkan jawabannya melalui celah dibawah pintu besok pagi jam 8!"
Asma mendongak mencari jam dinding. Ah, itu dia! Ternyata sekarang sudah sangat larut. Jam setengah satu malam. Asma kembali menatap kertas yang terbentang di didepannya. Apa maksud tulisan ini? Itulah yang ada di pikiran Asma yang sedang kacau...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar