Antara Qonita dan Adiba #8 || Rencana yang Berani
Setelah itu Tante Nia mengajak Qonita untuk bercerita lagi. Qonita menceritakan tentang keanehan di sekolah tadi pada Tante Nia.
Malam hari, Qonita memikirkan cara untuk membuat Lulu mengaku tentang perbuatannya pada Adiba. Qonita berniat hendak menangkap basah Lala saat sedang melakukan perbuatan curang. Qonita sebenarnya masih ragu. Apa benar Lala yang selama ini merubah nilai Adiba dengan Cairan Penghilang Tinta? Ataukah ada orang lain yang melakukannya? Mau bagaimanapun juga Qonita pernah memergoki Lala yang sedang berbuat aneh-aneh di kertas soal milik Adiba saat kelas sedang kosong. Tapi Qonita bertekad akan mencoba rencananya itu meski ia harus mempertaruhkan harga dirinya. Karena apabila dia salah, hukuman baginya tidak setengah-setengah. Di sekolah ada peraturan tertulis yang menyatakan kalau ada siswa yang berani mengintip meja guru tanpa seizinnya, maka akan dikenai sanksi yang masih dirahasiakan oleh Kepala Sekolah.
Maka keesokan harinya saat jam istirahat sedang berlangsung, Pak Hadi, Guru Olahraga mengajak para siswa bermain kekuatan adu tim. Ada permainan lari tercepat, estafet, bermain bulu tangkis, sepak bola, dan bola tangab yang ditandingkan. Pak Hadi mengajak Qonita untuk ikut. Tapi dengan keras dan tegas Qonita menjawab kalau ia tidak tertarik. Katanya itu memang benar. Qonita punya 2 alasan. Yang pertama ia harus memeriksa kelas, yang kedua ia memang tidak menyukai pelajaran olahraga dalam bentuk apapun juga. Tapi anehnya badannya tidak pernah gemuk meski ia bisa dibilang Hampir Tidak Pernah berolahraga dan makannya banyak.
Karena Pak Hadi mengajak para siswa bermain bersama, kelas menjadi kosong. Diantara teman-teman nya, Qonita memang siswa yang paling malas saat jam olahraga. Qonita memasuki kelas yang kosong dengan hati berdebar. Setelah ia memastikan memang tak ada siapapun yang ada di dekat-dekat kelas, Qonita mendekati meja guru yang biasa dipakai untuk guru mapel. Disana ada setumpuk kertas soal persiapan Tray Out 2 milik Pak Imron. Qonita mencari kertas Adiba. Ada ditumpukan tengah. Dilihat nya kolom nilai. Belum ada nilainya karena Pak Imron belum sempat memeriksanya. Pak Imron baru sempat memeriksa setengah kertas siswa. Tapi Qonita punya siasat lain.
Di ambilnya pulpen berwarna merah seperti yang biasa dipakai Pak Imron saat menulis nilai. Qonita memang tak bisa menirukan tulisan angka Pak Imron. Tapi semalam ia sudaj berlatih selama 30 menit. Jadi ia lumayan bisa memgendalikan pulpen agar tampak mirip dengan tulisan tangan Pak Imron.
Ditulisnya angka 100 di kertas Adiba. Lalu ia bersembunyi di kolong mejanya. Karena letak mejanya ada di belakang, orang yang masuk ke kelas tidak akan bisa melihat ada orang di kolongnya. Tapi Qonita sendiri bisa melihat kalau ada orang masuk kelas dan mendekati meja guru. Qonita memilih tempat dimana ia bisa melihat dengan jelas ke arah meja guru. Itu tidak sulit karena mejanya memang menghadap ke meja guru.
Selama 5 menit setelah nya tidak ada yang memasuki kelas. Qonita sangat bosan. Ia juga agak lapar. Jadi dia mengeluarkan permen mint dari kantongnya dan mulai memakannya. Tak sampai 2 menit kemudian Qonita mendengar langkah kaki memasuki kelas. Dengan hati-hati dilihatnya orang tersebut. Ia berusaha agar tidak menimbulkan suaraa sedikitpun.
Ternyata yang masuk adalah Lala. Hati Qonita semakin berdebar. Saat lala sedang membuka tutup botol yang dibawanya, Qonita perlahan maju mendekati meja guru. Saat sudah tepat dibelakang Lala yang saat itu sedang berhati-hati menumpahkan Cairan Penghilang Tinta itu, Qonita langsung berteriak.
"NAH, KETAHUAN KAMU! AKU TAU APA YANG KAMU LAKUKAN! JANGAN JADI PENGECUT DAN TAMPAKKAN WAJAHMU PADAKU!" Suara Qonita menggelegar badaikan badai ditengah samudera.
Lala sangat kaget. Alhasil botol yang dipegangnya tumpah dan cairan didalamnya langsung mengenai seluruh kertas milik Adiba. Dan tentu saja tulisan-tulisan di atasnya langsung memudar dan akhirnya menghilang hanya dalam 2 detik. Persis seperti yang pernah di alami oleh Qonita dan Tante Nia.
Dengan tubuh gemetar dan dalam kondisi belum pulih dari kekagetannya, Laila membalikkan badan dan menatap mata Qonita yang terlihat setajam pisau. Tapi ia tak berani lama-lama menatap mata Qonita yang sedang memancarkan kemarahan. Lala menatap lantai dan menangis dalam diam.
Qonita sengaja membuat keributan dengan memarahi Lala dengan suara keras. Lala hanya bisa menatap lantai sambil menyembunyikan tangisnya. Tiba-tiba Adiba datang menghampiri dan melerai mereka.
"Sudah, Qonita! Memang Lala salah apa sama kamu?" Tanya Adiba sambil berteriak.
"Bukan sama aku, Adiba. Tapi sama kamu!" Jawab Qonita sambil berteriak pula. "Kamu kan tau Lala salah apa! Jangan pura-pura lupa dan membela orang yang bersalah, ah!"
"Iya aku tau. Tapi sekarang tenang dulu. Nanti teman-teman dan Pak Hadi datang ke sini lhoo..." Kata Adiba menyabarkan.
"Biar! Memang itulah maksudku berteriak-teriak tadi. Supaya teman-teman datang kesini!" Teriak Qonita masih dengan marah.
"Hey hey, Sudah. Ada apa ini?" Tanya Pak Hadi yang masuk kelas dengan bingung diikuti oleh teman-teman sekelas yang lain.
"Iya. Ada sih, Qon? Ribut banget kedengerannya, tau!" Timpal Ghazi yang mengagumi keberanian Qonita.
"Terserah kalian mau percaya atau tidak. Tapi aku akan ceritakan Kronologinya dari awal sampai akhir!" Kata Qonita dengan sangar.
"Yasudah. Cerita saja." Jawab Ghazi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Singkat dulu yah :)
Sory kalo aku ada salah ketik, Typo, dan lainnya...
Gpp kak,Typo cuman 2 kok,Yang Lulu sama Laila,Lanjut ya kak,Hamasah!,Bentar,Kakak Udh sembuh?
Oh gitu. Oke deh! Alhamdulillah, udah. Makasih buat doanya :) ♥
Sama sama kak,Kak afwan...,Ana manggilnya kak Idah apa kak Syahida?
Soalnya kakak sering nulisnya 'Idah',hehehe
lanjut kak semangat salam literasi bye kak semangat ya
Terserah kamu aja. Aku sih aslinya Syahida. Tapi suka dipanggil Idah sama temen deket :)
Oke, Rina! Makasih yah~
Okk,aku manggil kak Syahida aja ya,sama kayak Tesa
Hehehe
Okelah :)
tidak apa apa kok kak semoga kakak sehat selalu
Amiin... Makasih yah ♥