Antara Qonita dan Adiba #1 || Adiba Butuh Bantuan
Antara Qonita dan Adiba
Adiba memasuki ruang kelas dengan murung. Hatinya berdebar. Keringat dingin mengalir di keningnya. Langkahnya gemetar. Pandangannya tertunduk ke bawah.
Dibukanya pintu kelas dan ia berjalan menuju bangkunya. Langsung dikeluarkannya buku pelajaran. Saat itu, hari masih sangat pagi. Masih ada waktu 45 menit sebelum bel berbunyi. Dikelas, baru ia sendiri yang hadir.
Dengan jemarinya, dibukanya lembaran kertas dihadapannya. Hari ini ada Tray Out. Meski semalaman ia belajar, Adiba tetap tak yakin akan mendapatkan nilai yang maksimal. Bagitu terhipnotis ia dengan untaian kata dan barisan rumus didepannya. Huuuh...
Perlahan, kelas mulai penuh oleh siswa yang baru datang. Adiba masih tetap menekuni buku didepannya. Akhirnya, belpun berdering. Pak Imron masuk ke dalam kelas. Pak Imron terkenal adalah guru yang sangat memperhatikan kedisiplinan. Karenanya, dia hanya memberikan waktu terlambat 10 menit setelah bel. Lebih dari itu, akan ada tugas tambahan untuk murid yang terlambat.
7 menit setelah Pak Imron masuk ke kelas, pintu kelas di buka. Qonita. Ia terlambat lagi. Tapi karena ia hanya terlambat 7 menit, ia diizinkan masuk. Setelah itu, kelas menjadi hening. Hanya suara Pak Imron saja yang terdengar.
"Kumpulkan buku-buku dan tas kalian di depan. Yang ada di meja kalian hanya alat tulis dan air minum saja!" kata Pak Imron.
Seluruh siswa segera meletakkan tas dan buku mereka didepan dan langsung duduk kembali di meja masing-masing. Setelahnya, Pak Imron segera membagikan kertas ulangan yang harus dikerjakan.
"Waktu mengerjakan adalah 120 menit untuk 50 soal!" Kata Pak Imron
Adiba tersentak. Sebelumnya, ia tak pernah mendapat soal sebanyak itu. Tapi dia berusaha tenang dan mengendalikan pernafasannya. Baiklah! Hadapi dan jangan lari!
10 menit berlalu. Tapi baru 2 soal yang berhasil dijawab Adiba. Akhirnya, setelah 30 menit berlalu, dia berhasil menjawab 15 soal. Lumayan.
Dimenit-menit terakhir, Pak Imron mengingatkan,
"Waktunya tinggal 10 menit lagi. Tetap tenang dan fokus ya..."
Adiba berusaha semaksimal mungkin. Tangannya semakin bergetar. Tapi akhirnya, ia berhasil menyelesaikan semuanya. Seketika, ketenangan mengalir dalam tubuh Adiba.
Waktu istirahatpun tiba. Adiba bermain bersama Annisa. Seperti biasa, mereka bermain petak umpet. Dan saat Adiba sedang bersembunyi, tak sengaja, dilihatnya Qonita yang sedang duduk di bangku taman sambil membaca buku. Kelihatan tenang sekali. Adiba tau buku apa yanv dibaca oleh Qonita. Pasti Buku Novel. Qonita sangat suka membaca buku novel.
Adiba termenung. Ia merasa sudah sepantasnya Qonita menjadi bintang kelas. Karena selama ini prestasi nya yang selalu berhasil membuat semua guru kagum padanya. Disetiap perlombaan, hampir semua ia menangkan. Adiba berpikir, mungkin saja Qonita menjadi sangat cerdas semenjak lahir. Karena ia tak pernah melihat Qonita membaca buku selain novel. Padahal kan, supaya kita lebih cerdas, mestinya harus baca buku pelajaran dong. Sedangkan Adiba, selama apapun ia belajar, sepertinya nilainya tetap biasa-biasa saja.
"Nah, ketahuan kamu! Lagi ngapain siih?" tanya Annisa yang tiba-tiba muncul.
"Astaghfirullah! Jangan kagetin aku dong, Niss" Jawab Adiba karena kaget.
"Ya lagian salah sendiri. Dari tadi aku ngawasin kamu lho. Ngapain sih? Melamun terus kamu dari tadi? Hayoo... Mikirin siapa?" tanya Annisa menggoda.
"Enggak kok. Aku cuma mikirin tentang Qonita." jawab Adiba.
"Oh, dia. Aku tau kok. Dia itu kayaknya pantes kalo disebut Ratu Kelas. Drama banget soalnya. Tapi kadang, Qonita bisa jadi berani banget. Kayak singa jantan yang kelaparan." kata Annisa.
"Maksudnya apa?" Tanya Adiba.
"Kemaren itu, aku lagi jalan-jalan di taman. Tiba-tiba aku di ganggu in sana adek kelas. Aku di kata-katain gendut lah. Uh.. Macem-macem deh. Nah, tiba-tiba Qonita muncul. Dia teriak-teriak ke adek kelas itu kalau gak boleh berkata kasar. Bahkan Qonita mengancam akan mengadu pada guru kalau aku masih juga diganggu. Qonita menyuruhku menjauhi adek kelas itu. Dan yah... Sekarang aku gak digangguin lagi deh." Jawab Annisa panjang lebar.
"Iya. Aku iri sama Qonita. Kalau aku sih, gak akan berani. Yang ada cuma bingung mau ngapain." Kata Adiba.
"Dah lah. Kita main lagi." Jawab Annisa.
Keesokan hari nya, Adiba masuk kelas seperti biasa. Dan ia datang paling awal lagi. Tak lama, Qonita masuk ke dalam kelas. Tak biasa nya dia datang tepat waktu. Qonita menyapa Adiba.
"Hai, Dibaa. Kamu deg-deg an enggak sama hasil TO kemaren?"
"Jelas dong. Masa enggak? Oh iya. Ngoming-ngomong, aku yakin kamu pasti dapet nilai tertinggi lagi." Jawab Adiba
"Ah. Belum tentu. Akhir-akhir ini nilaiku sering di ungguli oleh Ghazi. Mungkin aku yang kedua. Hehe" Kata Qonita.
"Masuk 10 besarpun masih untung. Kalau aku sih, biasa-biasa saja. Paling dapet 80 kebawah. Paling besar juga 85." Kata Adiba.
"Gak papa. Kalau terus berusaha, pasti nilaimu bisa lebih baik." Kata Qonita menyemangati.
"Tapi aku gak yakin..." Jawab Adiba dengan lirih.
"Kalau aku bisa, kamu pasti juga bisa, Adiba." Jawab Qonita sambil mengedipkan mata.
Akhirnya, hasil TO pun diumumkan. Pak Imron mengumumkan nilai dari 10 terbaik. Terbaik pertama adalah Ghazi, sesuai dugaan Qonita. Seisi kelas menyambutnya dengan tepuk tangan.
"Dan terbaik kedua adalah... Adibaa!! Selamat yah, Adiba. Kali ini kamu sudah berusaha keras. Nilaimu banyak meningkat. Pertahankan!" Kata Pak Imron.
Adiba terkejut. Apa?! Bahkan dia lebih baik dari Qonita, teman yang sangat dipuja olehnya? Seisi kelas langsung sunyi. Rupanya semua terkejut saat tau bahwa kali ini Adiba mendapatkan kehormatan dengan nilai terbaik kedua. Suara Pak Imron memecah kesunyian.
"Terbaik ketiga adalah... Qonitaa!! Selamat Qonita..."
Adiba tetap tak menyangka. Tangannya kembali bergetar. Adiba masih merasa seisi kelas menatap ke arahnya. Setelah pengumuman nilai usai, waktunya istirahat. Teman-teman Adiba mengelilinginya dan bertanya perihal nilainya dengan pandangan menyelidik. Adiba hanya menjawab, bahwa setiap malam dia belajar. Tapi ternyata banyak temannya yang tidak percaya. Mereka menyangka Adiba telah berbuat curang. Mereka menyangka Adiba telah berbuat hal yang tidak seharusnya. Tapi Adiba berusaha menyadarkan mereka.
"Tidak, teman-teman. Aku jujur. Setiap malam aku selalu menyempatkan diri untuk belajar."
"Aku gak percaya! Qonita aja masih kalah dari kamu. Masa iya kamu bisa mengungguli Qonita yang jadi bintang kelas?!" Jawab salah seorang temannya.
"Aku juga gak percaya."
"Aku juga!"
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seru gak nih?
Seru banget kak
mangtaps. pokoknya lanjut idaaah!
Aku lagi buat lanjutannya :)
sip sip ditunggu yak. nnt di share ke grup oke
seru banget kak! lanjut ya kak,semangat!
Makasih yaah ~
cepet ya lanjutannya..udah gk sabar :)
Hehe. Lagi aku buat lanjutannya. Ini juga sembari nugas dari pondok :)