Syahida Amalina A'la

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Qonita dan Adiba #10 || Pengakuan Lala

Antara Qonita dan Adiba #10 || Pengakuan Lala

Dengan suara bergetar, Lala bercerita...

"Semua yang dikatakan Qonita dan Adiba tadi benar. Aku memang bersalah. Maafkan aku..."

"Apa maksudmu dengan ini semua?" Tanya Qonita garang.

"Sudah, Qonita. Tenang dulu. Biarkan Lala menjelaskan. Kan kamu sendiri yang pernah bilang, Dibalik perbuatan seseorang, pasti ada alasan yang terpendam. Gitu kan?" Kata Pak Hadi.

Qonita langsung diam. Lalu Lala melanjutakan ceritanya.

"Ayahku adalah salah satu orang yang memproduksi Cairan Penghilang Tinta itu. Kupikir ayahku sangat cerdas karena telah bisa menciptakan Cairan Penghilang Tinta yang luar biasa itu. Tapi sayangnya ayahku tidak memanfaatkannya dengan baik. Ia mempunyai banyak karyawan yang sangat jahat. Mereka juga bersikap kasar padaku. Karenanya, ayahku lantas mengajariku cara menggunakan Cairan Penghilang Tinta dan Cara memunculkan kembali tulisan yang telah hilang karena cairan tersebut. Aku sangat tertarik. Dan mencobanya untuk bermain surat-suratan dengan kakakku. Awalnya aku tak tau bahwa aku bisa merubah nilai yang tertera di kertas soal dengan cairan itu. Tapi kemudian aku mengetahuinya. Lalu aku mencobanya. Berhubung nilaiku tidak terlalu bagus, aku mencobanya pada nilai ku sendiri. Tapi ayahku bisa langsung mengetahui kalau aku menggunakan Cairan itu untuk nilaiku dengan menyemprotkan alkohol ke kertasku."

"Lalu apa alasanmu membuat nilai Adiba seolah-olah selalu buruk?" Tanya Qonita tak sabar.

Lala melanjutkan lagi sambil mengusap air matanya.

"Ayahku sangat marah padaku karena aku telah menipunya. Aku dipukuli olehnya. Aku juga dikurung dalam kamarku dan dijaga oleh karyawan ayahku yang jahat itu. Karenanya aku ingin orang lain juga merasakan hal yang sama denganku. Lalu aku mengincar teman-teman di kelas ini. Awalnya aku ingin agar Qonita yang aku jadikan korban. Tapi tidak bisa. Karena menurutku dia akan langsung bisa menyadari bagaimana cara memunculkan kembali tulisan yang telah hilang dengan cairan itu. Lagipula kalau Qonita tiba-tiba nilainya menurun, akan sangaf mencurigakan. Jadi aku mencari teman yang lain. Lalu aku mendengar bahwa Adiba adalah anak yang rajin belajar. Lalu aku mengamati hasil ulangan harian Adiba. Ternyata dari hati kehari, nilainya mengalami kemajuan. Aku lantas menargetkannya menjadi korban. Dan akhirnya aku melakukan nya sampai sekarang. Aku tak menyangka ada yang bisa memergoki aku. Tapi sekarang aku sadar, aku telah berbuat kesalahan. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi."

Adiba menatap Lala dengan kasihan. Jadi itu alasannya. Adiba tak sampai hati memarahi Lala yang telah berbuat tidak adil padanya. Karenanya ia mau memaafkan Lala dengan tulus. Di tersenyum pada Lala yang membalasnya dengan tatapan teduh.

Tapi Qonita masih belum puas. Ia tetap ingin mendengarkan kelanjutan kisah Lala.

Lala melanjutkan dengan lirih.

"Aku juga berbuat hal yang sama dengan Ghazi..."

"Hah? Kenapa aku?" Tanya Ghazi dengan sewot.

"Aku yang membuat nilaimu di Tray Out pertama jadi lebib tinggi dari Qonita." Jawab Lala.

"Jadi kamu ini mau mengincar siapa sih? Adiba, Ghazi, atau aku?" Teriak Qonita yang mengagetkan seisi kelas.

"Sasaran utamaku adalah kamu, Qonita. Tapi aku tak bisa melakukannya langsung kepadamu. Karena aku takut..." Jawab Lala dengan suara bergetar.

"Itu namanya pengecut. Aku tak suka dengan pengecut yang hanya bisa bersembunyi dari fakta dan menarget kan orang lain sebagai tumbal atas dosanya!" Kata Qonita dengan lantang.

"Sudah, Qonita! Aku sudah memaafkan Lala kok." Kata Adiba dengan lantang juga.

Qonita memandang Adiba. Masih dengan kesal. Setelah itu dia berjalan ke mejanya dan membaca bukunya. Seisi kelas hanya bisa menatapnya sambil geleng-geleng kepala. Tapi menurut Pak Hadi, Qonita memang harus dibiarkan masuk dalam dunianya sendiri dulu saat emosinya sedang meletup-letup.

Tiba-tiba, bel berdering. Waktunya kembali ke pelajaran. Kali ini, Pak Imron yang mengajar. Pak Imron melihat Qonita yang masih asyik membaca buku selain buku pelajaran dan tanpa memedulikan sekitarnya. Pak Imron mendekati Qonita sambil membawa setumpuk kertas. Qonita sangat terkejut Pak Imron menjatuhkan kertas-kertas itu di depan Qonita.

Pak Imron menatap Qonita dengan pandangan galak. Qonita membalasnya dengan bingung. Lalu ia melayangkan pandangannya ke kertas itu. Ah, sekarang Qonita faham kenapa Pak Imron melihat nya dengan galak. Gelak tawanya pun meledak. Pak Imron dan teman-teman di kelas berpaling dan melihat Qonita dengan bingung.

"Aduh, maaf Pak Imron. Tapi aku tau kok kenapa kertas-kertas ini menghilang tulisannya." Kata Qonita masih dengan tawa kecil.

"Bapak bukan mau dengar alasan kenapa tulisan-tulisan ini menghilang. Tapi bagaimana cara mengembalikan tulisan-tulisan itu." Kata Pak Imron dengan galak.

"Gampang kok. Sebentar ya. Aku akan segera kembali." Kata Qonita sambil bangkit dan mulai berlari keluar kelas.

Belum sempat Pak Imron melarangnya, Qonita sudah menghilang dari pandangan. Pak Imron hanya bisa berdiri mematung. Muridnya yang satu ini memang luar biasa. Tindak tanduknya tak bisa ditebak. Tapi Pak Imron sangat sulit untuk merasa kesal dengan Qonita karena Qonita selalu bisa mengelak dari situasi sulit yang dialaminya dengan cara yang tidak disangka-sangka. Lagipula Qonita sudah sering membuktikan bahwa ia memang pantas dihormati. Semua guru di sekolah sangat kagum dengan kemampuannya itu.

Tak Sampai 2 menit, Qonita sudah kembali dengan membawa sebuah botol berisi alkohol. Di jajarkannya kertas-kertas yang tulisannya menghilang di mejanya. Dengan hati-hati dituangkannya alkohol di atas kertas-kertas tersebut. Perlahan, tulisan tulisan dalam kertas kembali muncul. Pak Imron memandangnya dengan kagum.

Pak Imron melihat kertas Adiba dengan kening yang hampir bertaut. Pak Imron menihat ada dua nilai yang saling bertumpuk di situ. Yang satu 100 dan yang satu 78. Qonita langsung menjelaskan apa yang terjadi sedangkan Pak Imron mendengarkan dengan serius.

Setelah mendengar keseluruhan cerita Qonita, Pak Imron melihat nilai milik Ghazi. Sebuah ide terlintas di benaknya. Pak Imron berjalan kembali ke depan kelas.

"Anak-anak, setelah bapak mendengarkan cerita Qonita, bapak memutuskan untuk mengadakan pertandingan uji coba untuk Adiba, Qonita, dan Ghazi. Kita akan beri mereka soal-soal sulit. Yang paling banyak menjawab pertanyaan dengan benar, berarti memang dialah yang berhak masuk ke peringkat pertama! Nilai dari Tray Out kemarin tetap akan bapak simpan dan tidak akan dirubah. Tapi untuk ketiga siswa ini ternyata ada tindak kecurangan yang terjadi. Jadi kita uji coba siapa yang sebenarnya berhak mendapatkan posisi peringkat pertama dikelas ini. Dan untuk 2 siswa lainnya akan tetap masuk ke 5 besar. Kalian semua Setuju?" Kata Pak Imron dengan berwibawa.

Sontak seisi kelas menjawab,

"SETUJUUUU!!!"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada yang ke 11 gak ?

13 Aug
Balas

lanjut kak...!semangat!

14 Aug
Balas

Lanjut kakk,Seru bangettt,Semangatttt

10 Aug
Balas

Aaaaa... Thank you~ ♥

10 Aug



search

New Post