Syahida Amalina A'la

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
All About PPKM

All About PPKM

All About PPKM

Hai hai... Aku Syahida. Sory yah, aku dah jarang banget bikin artikel lagi di sasisabu. Dan aku perhatiin, akhir-akhir ini kayaknya makin dikit aja yah, yang aktif di sasisabu. Oke lah, gak perlu dibahas. Lanjut aja ke inti. Muqaddimahnya jangan panjang-panjang. Hehe

Hmmm... Kalian tau kan, Pandemi Covid-19 ini semakin lama semakin parah? Ditambah lagi dengan PPKM yang membuat kita seolah jadi dilema dan gak bisa kemana-mana. Dirumah gak ada apa-apa. Mau kerja, disuruh balik ke rumah. Lah terus, kita makan apa dong? Ya kan?

Aku tau, PPKM ini dilakukan demi mengurangi penyebaran virus corona yang sekarang sudah bermutasi dan banyak ditemukan farian barunya. Hiyy... Ngeri.

Tapi nyatanya, PPKM justru membuat kita semakin sulit dalam menjalani hidup ditengah wabah ini. Terlebih rakyat golongan bawah. Hal ini justru kerap kali membuat kita gerah. Ingin rasanya pandemi ini segera berakhir. Tapi aku juga tau, hanya Allah yang bisa melakukan apa yang aku inginkan.

Sekarang, untaian kalimat Tarjim tak henti-hentinya tersiar memenuhi kolom chat, medsos, spanduk, dan masih banyak lagi. Entah sudah berapa nyawa yang melayang. Entah sudah berapa kali Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk membawa ruh hambanya.

Semakin terasa bahwa kita hidup di akhir zaman. Terbukti dengan banyaknya ulama dan pengemban dakwah islam yang gugur akibat makhluk kecil ini. Tak sampai hatiku menyaksikan negri tempatku lahir dan tumbuh kini porak poranda oleh dahsyatnya kekuasaab Allah. Terkadang aku tak bisa memejamkan mataku dikala malam untuk mengingat dan menganalisis setiap kejadian yang tersiar di berita. Tentang Corona tentu saja. Aku bahkan sampai harus menyingkirkan laman berita dari beranda medsos ku karena saking banyak nya berita covid yang tersiar.

Aku tau, dulu, saat orang-orang hidup sejahtera dalam naungan Amirul Mu'minin, pernah terjadi wabah Tha'un. Karena wabah itu pula menewaskan banyak orang. Khalifah yang saat itu telah mengetahui adanya wabah itu segera ambil tindakan. Dipanggulnya sendiri bahan pangan dan obat-obatan untuk rakyat yang kini menjadi amanahnya sementara untuk dirinya sendiri, bahkan sesuap rotipun tak sanggup dimakannya. Tak sampai hatinya menyaksikan rakyatnya sengsara dengan wabah yang melanda.

Apa bedanya dengan kita sekarang? Ummad Muhammad SAW yang hidup dalam kejamnya Sekularisme dan kapitalisme. Kita dibiarkan hidup sengsara dengan bekal harapan akan pertolongan tanpa adanya tindakan yang nyata. Sementara dulu, kuingat cerita Khalifah Ummar yang bahkan menangisi keledai yang jatuh akibat jalan yang rusak karena lalainya. Khalifah sendiri yang berjalan berputar-putar disekeliling Madinah ditengah malam buta yang dulu tentu gelap tanpa cahaya lentera. Bukan untuk memata-matai atau semacamnya. Tapi untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Diantarnya sekarung gandum dari baitul mal untuk seorang ibu yang memasak batu untuk anaknya. Dibantunya seorang wanita yang akan melahirkan ditengah malam. Didengarnya pembicaraan antara seorang ibu dan anak gadisnya yang terkenal akan kejujurannya. "Tidak, ibu. Meski Khalifah tidak melihat kita mencampur susu dengan air, tapi tuhan Amirul Mu'minin dan tuhan kita melihatnya" Bagitu kata nya. Pembicaraan yang membuat sang Khalifah ingin menikahkan gadis itu dengan anak lelakinya.

Kini. Kita menjerit dalam keputus asaan di tengah pandemi yang semakin dipersulit dengan adanya PPKM. Siapalah yang peduli? Pemimpin kita yang seharusnya menaungi rakyatnya, justru malah semakin membuat kita marah sampai ke ubun-ubun. Sementara kita dibelenggu oleh perintah PPKM yang membuat kita harus mendekam kelaparan dan ketakutan, justru para pemimpin itu membuka lebar-lebar jalan masuknya orang asing dari luar negri yang entah punya peringai seperti apa. Bermimpikah kita? Boro-boro Indonesia maju. Nyatanya sekarang, negri kita tak tau bagaimana nasibnya. Hutang miliaran dollar. Pandemi yang semakin sangar. Ya Allah... Apa ini??

Allah, aku tau kau takkan menciptakan racun tanpa penawar. Kau takkan menciptakan penyakit tanpa obat. Kau takkan menciptakan pandemi tanpa solusi. Aku percaya atas kuasamu atas segala sesuatu. Apapun itu yang menapaki bumimu, ada dalam genggamanmu.

Rasanya tak heran apabila banyak orang yang melanggar aturan PPKM. Mereka yang membutuhkan harta untuk hidup, tak punya solusi lain selain membuka gerai dipinggir jalan. Tapi itu tak bertahan lama. Sebab puluhan tentara dengan sebilah senapan dengan semena-mena menyuruh mereka untuk pulang. Quarantine katanya. Dengan dalih pandemi yang akan teratasi dengan diberlakukannya PPKM. Oh...

Okelah. PPKM emang gak buruk kok. Aku juga sadar itu mungkin satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran virus corona. Tak masalah jika kita harus mendekam dalam rumah. Tak masalah jika kita tak izinkan kemana-mana. Tapi setidaknya cukupilah kebutuhan hidup kami. Setidak-tidaknya cukupilah Sandang, Pangan, Papan, Keamanan , kesehatan orang yang ada di negri ini. Mereka bukan bebek yang akan mau patuh jika digertak. Merekalah yang kelak akan menemui Allah saat penghisaban dengan segunung dosa dan tanggung jawab yang telah dilalaikan oleh para pemimpin masa ini.

Maafkan aku yang sampai harus berkata begini. Bukan mauku. Tapi gemuruh yang berkelebat di dadaku. Sesuatu yang mengalir dalam darahku. Yang membuatku bergadang semalaman. Allah...

Kuharap PPKM ini tak lama. Aku tau itu kedengaran mustahil. Kuakui memang sulit dan mustahil. Tapi bukan tidak mungkin kan? Lagipula apalah yang sulit untuk Allah? Dialah yang atas kuasanya menurunkan wabah ini ditengah kita. Maka apa sulitnya bahwa dengan kuasanya wabah ini ia angkat. Aku pernah dengar abi bilang, kalau corona mungkin kelak hanya akan menjadi penyakit biasa seperti batuk dan pilek. Kupikir, itu tidak salah. Tapi benar juga tidak. Aku percaya, Allah tak akan berbuat semena-mena pada hambanya yang senantiasa teguh membela agamanya. Dialah yang akan memutar balikkan keadaan. Dialah yang memberikan jutaan hikmah dalam satu kejadian.

Aku tak tau PPKM ini akan berjalan berapa lama? Mungkin sampai besok, atau lusa, atau minggu depan, atau bulan depan, atau tahun depan, atau bahkan sampai bertahun-tahun.

Meski kini kita harus menjalankan perintah PPKM, jangan lupa untuk tetap berdakwah. Itu adalah kewajiban. Sampaikanlah barang hanya se ayat yang kamu bisa. Jangan takut. Kebenaran pasti akan menang...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah, bagus benget tulisannya kak

19 Jul
Balas

Makasih, Kall~

22 Jul

idah semangat terus!

22 Jul
Balas

pencepet ketemu ih

22 Jul

Thank you, Nis~

22 Jul

Iya nih. Tapi masih PPKM :(

22 Jul

you're welcome. beneran eh gak sabar cepet-cepet ke MSH

24 Jul

Tapi aku belum siapin barang buat ke sana. Kalo kamu, Nis?

24 Jul



search

New Post