Gadget (Chapter 1)
Tau gak, kalian, Gadget itu apa??
Nah, kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Gadget itu (disana, tertulis "Gawai"): peranti Elektronik/mekanik dengan fungsi praktis. Nah, kalau kalian lihat di Wikipedia, artinya sama dengan di KBBI. cuma lebih panjang-lebar penjelasannya.
Kalian rata-rata punya Gadget kah? Handphone? iPad? Laptop? Komputer? Tablet? Kamera? dan buanyak lainnya?? Punya?
Kalau aku, sih, aku sama sekali nggak punya. benar benar tidak punya satupun (Kadang aku iri sama kalian yang dipercaya buat pegang Gadget). Pakai Hp Ummi lah. Pakai iPad ayah-lah... Pakai Laptop Ummi lah. pakai HP ayah-lah... Iri banget deh, ma kalian.
...
"Kak Na, kalau menurut erita yang Mama baca, katanya Rasulullah itu sudah bekerja sejak kecil, loh! Sejak umur 12. Tapi, ada juga yang bilang kurang dari 12 tahun." Mama tiba-tiba menyikutku yang asyik membaca buku. berkata pelan sembari menggendong adik terkecilku, Zea.
"11 tahun, Ma." aku menjawab pendek. Tetap fokus pada halaman Buku. "Memang kenapa?"
Mama tersenyum kecil. "Mama pikir, kak Na perlu belajar bisnis juga, kan? Bekerja?"
Aku menoleh tak mengerti. Melipat dahi. "Maksud Mama?"
Mama lagi-lagi tersenyum. Namun, Zea digendongannya tiba-tiba menangis.
"Yaaahh, Maksud Mama, Mama mau kak Na berlajar jualan juga." katanya setelah tangis Zea mereda. "Seperti Bibi Nining? Bantu-bantu cuci piring, cuci baju, sapu Halaman. kalau kak Na menyapu dari lantai atas sampai bawah, bersih, klincong, Mama kasih uang 1,000. Gimana?"
Aku membucungkan mulut. 1,000?? "Gak mau! Nana maunya 5,000! Atau, hmmm,, 10,000!" seruku.
Giliran Mama mengerutkan dahi. "Mahal banget, itu. Bibi Ning saja 800 ribu per bulan. Masa' perlu tambah kamu lagi, 300? Habis lah, isi dompet Mama."
Aku tertawa kecil. "Nggak mau, Ma." menjawab pendek.
Mama diam sebentar. Terlihat berpikir.
Sedetik, dua detik, dua menit, empat menit, lime menit...
"Aha! Kalau Jualan, kamu mau, bukan?"
aku menoleh kembali. "Jualan? Jualan dimana? di Supermarketnya Tante Fida? Atau diwarung nya Bi Lia? Nana ogah kalau di warungnya Bi Lia." Aku ingat sekali. Ingat persis. Dulu, saat aku hendak membeli miinyak diwarung Bi Lia, tak sengaja, jajan jualan Bi Lia yang terpampang rapi di etalase jatuh berhamburan. Remuk. dan sialnya, kakiku menginjak Jajan-jajan tersebut. Remuk. Hancur. Jadilah, karena Banyak Jajan yang kuinjak dan juga Minyak yang jatuh--saat mengambil Minyak untuk dibeli, minyak yang berada disamping nya juga ikut terjatuh--aku diomeli panjang lebar oleh Bi Lia dan Mama. Dan keesokan harinya, hari Sabtu, aku diperintahkan membersihkan Warung Bi Lia yang sungguh, Masya Allah, kotornya. Kalian tau? Ada beberapa Tinja Tikus disela-sela lemari. Ewww!! Jijik sekali akunya!!!
Mama menggeleng.
"Dimana, dong, Ma?"
"Jualan Online." Kata Mama sambil tersenyum. menyeka anak rambut didahi.
"Online?" dahiku berkerut. "Tapi, pakai HP siapa, Ma? Nana kan, tak punya HP?"
Mama tersenyum lebar. "Kamu ingat, kan, HP Mama yang Xiomi? Yang dijatuhkan Faiq ituloh. Yang pecah? Tapi, HP itukan masih bisa dipakai. Nah, makanya. Kamu pakai saja HP itu, ya? Nggak dipakai Ayah lagian. HP nya kan banyak. 3 Hp, 2 iPad."
Mataku berbinar berkali-kali. HP? Yang benar?
"Yes! Yes!" aku melompat sennang. Bersorak.
"Eits." Suara Mama menghenntikan sorakan senangku. "Tapi, hanya untuk Jualan, loh, ya. Mama nggak akan kasih buat yang lain. Jualan!" kata Mama tegas. Senyumnya hilang. Menguap begitu saja.
Aku menoleh kaku. Mengangguk. "Ya, Ma." Walau sebenarnya, aku sangat ingin menggunakan HP Mama sebagai alat Main. Menonton. Main Game.
"Nah, sekarang, bersihkan Kamarmu. Mama yakin sekali kamarmu sangat Kotor. Buku berantakan dimana-mana. Pensil warna bertebaran dibawah Meja. Tadi, sewaktu melihat kamarmu, Mama sudah perintahkan pada Bi Ning agar Kamarmu tidak dibereskan. Khusus. Istimewa untukmu."
Aku membucungkan bibir. Menyeringai pelan, setelahnya. Apanya yang istimewa?
"SEGERA! Atau perlu Mama tendang seperti Mama menendang Alif?!" Mama mengancam. Mama adalah orang paling rajin dirumah ini. Mulai dari Papa, aku, Alif, Faiq, hingga Zea yang berumur 3 tahun, malas semua! Papa selalu bangun kesiangan. Tidur pukul 3, bangun pukul 5, sholat, eh, malah tidur lagi sampai pukul 10. Aku paling susah diatur. Bangun pukul 6 pagi. Kamar berantakan. Buku dimana-mana, Pakaian tergantung dibelakang pintu--padahal sudah kotor. Dan Alif, lebih susah diatur lagi. Bangun pukul 7--aku jadi telat sekolah karena dia. Mandi seperti siput--malah mungkin, siput lebih cepat dari dia. Makan harus pilih-pilih.
Kalau Faiq? Dia paling cepat Marah, Pemirsa. Eh, tapi, lebih galakan Alif sih. Kalau Alif marah, seluruh kamarku dibongkar olehnya. Dan pada akhirnya, Jajan simpananku--yang kusimpan ditempat paling tersembunyi--terlihat, dimakan olehnya. Faiq sih, marahnya hanya biasa. Ketika ku bilang 'Faiq jelek', dia menoleh sambil berseru marah. Lalu, kubilang 'Canda', dia berbalik meninggalkanku. Kalau Alif, wiiihhhh, langsung menggunakan kepala bantengnya! Bahkan pernah, dia menyeruduk kepala Papa sampai patah! Bayar jutaan!!! Dan Faiq juga paling berantakan lemarinya. seperti kapal pecah.
Zea? Hm... dia paling suka bermain keluar. Malas disuruh Mandi. Malas disuruh Tidur. Kalau nggak Main, paling main HP melulu tuh anak. Makanya lupa Tidur. And, kalau makan apalagi, paling lahap sedunia, mbok! Perutnya besaaaarr! Hamil deh, kayaknya. Hehehe.
Jadi, wajar kalau Mama paling rajin diantara kami. Mama selalu bangun lebih pagi. Pukul 4. Siap lebih awal. Selalu mengomel jika Papa tidak mengerjakan tesisnya. Mengomel ketika kamarku seperti kapal pecah. Bersungut-sungut saat Alif susah bangun pagi. Marah ketika melihat lemari Faiq berantakan minta ampun. Dan bersungut-sungut tiap malam, tak bisa tidur, mendengar suara nyanyian Ramadhan nya 'Aishwa Nahla' yang selalu diputar ribuan kali oleh Zea. Mungkin, dialah yang paling banyak menonton video Aishwa Nahla.
Aku ingat sekali, saat Mama marah. Menendang Alif karena marah gak jelas. Tau apa alasannya Marah? Alasan sepele. Karena tidak dikasih main HP.
Dan jadilah. Dia ditendang Mama dengan tendangan mautnya. Kami semua tau, walau Mama berbadan gede (gak gede-gede amat), dia pernah ikut Bela Diri. selama sepekan lebih, Pipi Alif bengkak. sekepalan tangan Papa mungkin. dan Mama menangis melihat apa yang diperbuatnya.
"SEGERA!"
aku terkaget. sadar dari lamunan. melihat Mama yang sudah menyilangkkan tangan. Menatap. Melotot.
Lariii!!!!!
...
Ini kisah asli. Selamat membaca. Aku blm tau judul ceritanya. jadi, simpel aja. Gadget. Dann Covernya blm ada. Bingung. Kejar waktu dan dikejar waktu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya... bagus banget.. ini lanjut kan?
Hmmmm. Entah. Aku isengĀ² buat Krn ga ada kerjaan
O gitu... oke!
Lanjutin dong cerita nya
Duhhh, aku gak sempat. Kebanyakan nonton Harry Potter (nyesel Abis baru nonton sekarang)
Oo begitu, harry poter tuh cerita nya tentang apaan sih?
Penyihir. Good banget. Wajib baca and Nonton. Eh, aku blm baca bukunya sih... Ntaran pas di Airlangga