Suci Alifah Nafirah Aini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Covid-19 Bukan Penghalang

Covid-19 Bukan Penghalang

Covid-19 Bukan Penghalang

Desember 2019 menjadi awal pandemi Covid-19, dunia diporak-porandakan dari kehadirannya. Seluruh negara sudah terinfeksi oleh virusnya. Lockdown, satu kata yang telah dilakukan manusia. Untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Berdiam diri, dan mengurangi aktivitas diluar. Kehidupan manusia telah berubah, yang tadinya tanpa masker dan jaga jarak, sekarang semua orang memakai masker, jaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Maret 2020, Covid-19 menjangkit Indonesia. Awalnya hanya dua orang, sekarang menjangkit hampir seluruh masyarakat. Korban meningkat dengan cepat. Skala perkembangan Covid-19 menjadi tidak tentu. Terkadang naik dan kemudian turun. Sebagian masyarakat hampir tidak peduli dengan bahaya yang timbul dari virunya. Walaupun virusnya berukuran kecil bisa membuat manusia mengalami gejala yang hampir sama dengan demam atau pilek.

Dunia pendidikan juga mengalami perubahan, para pelajar dirumahkan. Saya sendiri juga belajar di rumah. Terkadang saya merasa belajar di rumah itu kurang efektif. Tugas daring yang diberikan oleh guru-guru mapel, lumayan banyak. Sehingga saya merasa kesulitan mengerjakannya. Saya juga hampir lupa mengerjakannya. Harusnya belajar itu menyenangkan, dengan momen-momen yang luar biasa. Saya dan teman-teman ingin dunia kembali normal, seperti sedia kala. Saat bisa saling tertawa, belajar, dan melakukan aktivitas di sekolah bersama sebelum wabah Covid-19 ini terjadi.

Saat ini belajar daring dilakukan, dunia pendidikan mencoba bangkit dari keterpurukan. Mencoba mencari jalan keluar, untuk para pelajar yang sedang berusaha menuntut ilmu. Awalnya belajar daring membuat saya senang, tetapi lama-kelamaan jenuh juga belajar daring. Bukannya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, saya terkadang membuka medsos atau terkadang saya bermain game offline. Mengurangi rasa bosan yang sedang menghampiri saya. Diluar sana banyak yang terkendala dengan gawai, internet, ataupun hal lainnya, yang menghambat kegiatan belajar daring. Salah satunya teman saya, ada yang gawainya rusak, sehingga dia bergantian dengan saudaranya. Sungguh miris melihatnya, saya harus banyak bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan kepada saya. Belajar daring membuat saya, sulit memahami maksud dari tugas atau materi yang diberikan. Terkadang teman-teman ada yang bertanya maksud dari tugas yang diberikan, saya bingung menjelaskannya. Karena tidak diizinkan untuk bertemu secara langsung.

Terkadang saya merasa belajar daring itu membosankan. Lelah menghadapi layar gawai selama berjam-jam. Biasanya saya mengerjakan tugas hingga malam menanti. Rasanya ingin keluar saja dari zona ini dengan kebebasan yang saya harap. Daring, membuat saya ingin menutup telinga sebentar. Saya hanya ingin belajar normal. Memahami setiap materi yang diberikan dengan keikhlasan. Bertemu teman di sekolah seperti biasa. Membahas bersama materi yang belum paham. Hati saya sangat sedih ketika mendengar ada yang terjangkit Covid-19 dari anak sekolahan. Saya rindu dengan teman-teman smp, saat dunia masih normal. Keadaan ini membuat saya sedikit kecewa, dan sedih.

Haruskah saya bertemu dengan mereka?, tetapi jumlah kasus dan korban semakin meningkat dengan pesat. Membuat saya merasa khawatir dengan itu, tetapi biarlah dulu, saya akan belajar dengan semangat walalupun itu daring, dengan begitu saya menjadi kuat menghadapi wabah Covid-19 dengan ikhlas dan tabah.

Setelah berbulan-bulan, akhirnya saya bisa bertemu dengan teman-teman smk, namun masih menerapkan protokol kesehatan. Satu minggu masuk sekolah dan minggu selanjutnya belajar daring, begitu seterusnya sampai sekarang. Ada saja masalah yang timbul, akibat dibagi menjadi bagian A dan B. Terlebih lagi, ketika ada kesalahpahaman antara A dan B. Salah satunya ada yang tersinggung akibat permasalahannya. Alhamdulillah masalahnya terselesaikan dengan kekeluargaan.

Dari sudut pandang saya Covid-19 ini membawa kebaikan, Tuhan memberikan wabah ini untuk mengingatkan manusia agar saling menjaga satu sama lain, dan tetap bersyukur dengan keadaan. Saya menjadi semangat menggapai cita-cita, walaupun masih ada covid-19.

Penulis ini bernama Suci Alifah Nafirah Aini, lahir di Tanjungpandan, Belitung 18 Septermber 2004. Tercatat sebagai siswi SMKN 3 Tanjungpandan, jurusan Tata Boga. Memiliki hobi melukis dan membaca buku. Penulis bisa dihubungi, di nomor WA: 087896425033, dan email: [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post