Starlet blue

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Outside Fact-finding Mission (prolog)

Suara pedang beradu terdengar jelas. Dua lelaki saling memperebutkan apa yang mereka mau. Salah seorang dari mereka adalah kaisar yang memimpin delapan negeri. Terutama, negeri para penguasa elemen bumi. Pedang sang kaisar terlempar, cukup jauh. Hendak mengambilnya, namun ia tidak berhasil. Tubuhnya tidak bisa digerakkan.

Suara tawa terdengar. Lawan yang kaisar hadapi, mendekatinya. “usaha yang sia-sia.”

Kaisar menatapnya, tajam. “apa yang kau inginkan, pengkhianat?”

“kau menyebutku pengkhianat? Kaulah yang pengkhianat!” Sahut lawannya. “Mengaku saja kalau kau kalah. Lalu serahkan anak perempuanmu dan kekuasaan.”

“apa yang kau mau dari anakku? Tidak cukupkah mendapatkan elemen cahaya yang kau inginkan?”

“aku bukan hanya menginginkan takhta dan elemen cahaya tingkat tinggi saja. Tapi, lambang yang ada dipergelangan tangan anakmu.”

“apa kau tahu? Kalau lambang itu kau ambil, nyawanya bisa terancam!”

Lawan itu tertawa. “aku tidak peduli. Yang hanya aku inginkan lambang itu.”

“aku tidak akan memberi apa yang kau mau!”

Kesal dengan jawaban kaisar. Lelaki itu melempar tubuh kaisar sangat kuat.

“inilah akibat membantahku!” Ujar sang lawan.

Seorang prajurit berzirah hitam datang. Ia bertekuk lutut kehadapan tuannya.” Tuan. Ada yang membuka portal di Blevzard.”

“kalau seperti itu, halang mereka! Jangan sampai mereka berhasil membawa anak itu!” perintah lawan.

Diwaktu yang sama…

“cepat kau masuk!”

“bagaimana dengan kaisar dan kalian?” balas seorang wanita.

“jangan khawatirkan kami! Cepat pergi, sebelum dia datang!” jawab seorang pria lansia. “kau harus selamatkan putri mahkota! Jangan sampai putri tertangkap!”

Wanita itu menatapnya. Ia ragu, tapi perkataan pria itu benar. “baiklah. Jaga dirimu baik-baik.”

***

“BERHENTI!”

Lyn terbangun dari tidurnya. Menatap sekitar. Ia menghela napas. “ternyata itu hanya mimpi buruk” ucapnya.

Menoleh kearah jam dinding. Baru pukul lima pagi. Ucap Lyn dalam hati. Remaja itu kembali terdiam. “kenapa mimpi itu selalu muncu?”

Ia beranjak dari kasur. Hendak pergi ke kamar mandi.

“Lyn. Apa kau sudah bangun?”

Gadis yang dipanggil, menoleh. “Aku sudah bangun,Bi.” Jawabnya.

“Ya sudah. Cepat mandi, lalu sarapan.” Titah Bibi.

“Baik.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post