Sintia Mutiara Dewi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bab 1 "pembohong buruk"

Hari yang cerah.

Pagi hari disebuah kota yang masih asri,matahari sudah menampakan wujudnya,burung-burung berkicau seolah bersenadung menyambut hari yang cerah ini.Di disebuah bangunan kecil terlihat seorang ayah dan anak yang sedanng terduduk di meja makan,di depan mereka terdapat secangkir,kopi,segelas susu dan sebuah roti.Anak itu terlihat lahap memakan roti yang berada didepanya seraya menantap sang ayah.

Sedangkan sang ayah menikmati secangkir kopi,seraya menatap putrinya yang tengah lahap memakan Roti yang telah ia siapkan,ia tersenyum melihat wajah putrinya yang penuh dengan selai kacang,dan susu di sudut-sudut bibirnya

Anak itu bernama Neri ia seorang anak perempuan berusia dua belas tahun,ia hanya tinggal di rumah kecil ini bersama yang ayah,lalu kemana sang ibu?sepertinya tuhan memanggil ibunya lebih cepat bahkan Neri belum sempat melihatnya,ia kehilangan ibunya ketika sang ibunya melahirkanya.

Meskipun begitu ia tidak merasa kesepian,karena ia mempunyai sang ayah yang sangat menyanyanginya,baginya ia bukan hanya seorang ayah yang hebat namun ia juga seorang ibu yang selalu memberinya kasih sayang.

Dia sangat bangga dengan sang ayah,menurutnya ayahnya adalah pahlawanya,ia tidak bisa membayangkan betapa besar pengorban sang ayah yang merawatnya dari kecil,yang selalu memeluknya dengan hangat hangat ketika ia masih kecil dan itu masih ia rasakan sampai sekarang.

Dan hal yang paling Neri sukai adalah melihat ayahnya memakai setelan orang kantoran karena menurutnya ayahnya sangat pantas memakainya.

Pukul 7:30

Perjalanan ke sekolah Neri tidak pernah merasa sepi,karena sang ayah setia menemaninya sampai berada didepan gerbang sekolah,Neri terlihat hari dengan seragam berwarna biru itu,begitu pula sang ayah ia terlihat rapi dengan setelah jaz kantor ya ia kenakan.Sesampainya Neri berada berada di gerbang ia berpamitan kepada sang ayah.

“Ayah,Terimakasih telah mengantarku,ayah tidak perlu repot-repot mengatarku,jika ayah terus mengantarku ayah bisa telat ketika berkerja”ucap Neri serasa mencium tangan sang ayah.

“Merepotkan?Ayah rasa Neri tidak pernah merepotkan ayah”ucap sang ayah seraya menatap putri kecilnya.Mereka berpamitan dan Neri masuk kedalam sekolahnya,sedangkan sanga ayah berjalan menjauh dari sana.

Hari ini,disekolah seperti biasanya Neri hanya akan terdiam di kelas tanpa ingin bermain dengan siapa-siapa,ia memilih menghabiskan waktu istirahatnya dengan memakan bekal yang telah dibuatkan sang ayah,teman?ah Neri adalah anak yang pendiam dan sulit untuk bersosial namun ia masih memiliki beberapa teman di sekolahanya.

Tidak ada yang ingin berteman denganya,namun Neri tidak memikirkan itu,selagi mereka tidak menganggunya ia akan baik-baik saja.Hari ini ia mempunyai keinginan untuk pergi berjalan-jalan bersama sang ayah ketika pulang sekolah,karena sang ayah alan mejemputnya.

Banyak orang mengira Neri anak yang manja,karena selalu di antar dan dijemput oleh sang ayah,namun sebenarnya Neri adalah anak yang sangat mandiri,ia akan melakukan apapun sendiri ketika berada di rumah.

Ayah Neri selalu mengatar,dan menjemputnya disekolah,karena jarak sekolah dan rumahnya yang jauh.jika mengunakan Kendaraan bisa memakan waktu 10 menit saja,namun jika berjalan kaki bisa memakan waktu 15 menit,namun mereka berjalan selama itu.

Pukul 2:30

Ting!ting!ting,bel pulang telah berbunyi tidak terasa Neri sudah berada di sekolahnya selama 7 jam setengah,kelas sudah dibubarkan dan Neri berjalan keluar serasa menatap sekitarnya untuk mencari sang ayah.Lama ia mengamati akhrinya ia melihat sang ayah yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolahnya.

“Ayah!”Neri berlari seraya memanggil sang ayah,dan ia berakhir dipeluakan sanga ayah,yang selalu ia dapatkan.Neri dan sang ayah berjalan dengan bergandeng tangan,Neri bercerita kepadanya tentang apa yang gurunya ajarkan di kelas tadi.

Sang ayah hanya mendegarkan serasa melemperkan pertanyaan-pertanyaan kecil kepada sang putri,ia mendegarkan apa yang putrinya bicarkan,lama ia berjalan Neri terhenti didepan sebuah toko ice cream.

“ayah,maukah membelikanku ice itu?aku menginginkanya”Neri meminta kepada sang ayah seraya menujuk ice cream yang ia inginkan,”tentu saja,ayah akan membelikan ice itu untuk putri kecil ayah”ucap ayah Serasa masuk kedalam toko tersebut.

Ayah Neri masuk kedalam toko dan membelikan ice cream yang putrinyainginkan,sedaangkan Neri hanya mentap sang ayah dari luar,Ia merasa senang karena keinginanya terpenuhi,Setelah Nari menghabiskan ice cream miliknya,ia teringat bahwa ia menginginkan berjalan-jalan dengan sang ayah.

“ayah,maukah berjalan-jalan?kita sudah lama tindak melakukanya”ucap Neri dengan tatapan memohon kepada sang ayah, “ayah,harus melanjutkan perkerjaan ayah”namun ayah Neri menolaknya karena ia harus melanjutkan pekerjaanya.

“baiklah ayah,aku akan menunggu lain kali saja”ucap Neri dengan senyuman manis yang tercetak lebar di wajahnya,ia bisa memahami kesibukan sang ayah.

Sesampainya di rumah,Ayah Neri hanya mengatarkan putrinya,ia tidak masuk kedalam rumahnya.Neri berjalan masuk kedalam kamarnya dan menganti pakainya,ia terlihat mengeluarkan buku gambar dari dalam tasnya,dan ia mulai mengambar di buku tersebut.

Sedangkan di lain tempat,terlihat seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan,memakai topi lusuh,menyapu daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon di pinggir jalan,ia tidak hanya menyapu,namun juga mengumpulkan sampah-sampah yang berada disana,ia juga mengganti plastik-plastik di tong sampah dengan yang baru.

Perlahan keringat menetes dari dahinya,dan rasa haus menyerangnya,namun ia tidak memperdulikanya,ia hanya melanjutkan pekerjaanya seraya mengelap keringat di dahinya,yang berada di kepalanya saat ini hanyalah cepat menyelesaikan pekerjeaanya dengan baik.

Namun,tiba-tiba langit berwarna gelap,awaan-awan terlihat mendung pertanda akan turunya hujan,dengan cepat-cepat ia menyelesaikan perkerjaanya,namun hujan tidak kalah cepat turunya,akhirnya pria itu mengehntikan aktivitasnya dan tubuhnya basah karena hujan

Di sisi lain,Neri memandang keluar jendela kamarnya,hari sudah mulai gelap,dan hujan turun dengan derasnya namun sang ayah belum kembali kerumahnya,biasanya ayahnya akan pulang jam 5 sore namjun sekarang hampir jam 6 sore.

Neri hanya berdoa,semoga ayahnya baik-baik saja,ia hanya melanum membayangkan apa yang sedang ayahnnya lakukan sampai-sampaj belum kembali kerumah,ia hanya melamum menatap hujan yang semkain deras.

sampai akhirnya lamuanya buyar oleh ketukan pintu,ia sudah yakin bahwa yang mengentuk pintu tersebut adalah ayahnya,dan benar saja yang berada di balik tersebut adalah sang ayah yang datang.

Dengan semangat Neri berlari ke arah pintu depan untuk membuka pintu untuk sang ayah,setelah membukakan pintu tersebut ia terkejut melihat ayahnya yang basah kuyup dan pakainya setelan jaz yang dikenakan terlihat lusuh karena hujan.

“kenapa ayah tidak memakai payung?”Neri bertanya kepada sang ayah, “ayah lupa membawanya”ucap ayah Neri, “ayah bisa berteduh terlebih dahulu sembari menunggu hujan berhenti turun,ayah harus selalu membawa payung kemanapun,karena sekrang cuaca sulit untuk ditebak”Neri berkata panjang karena kuatir dengan ayahnya.

“ayah tidak membawa payung,karena ayah kira tidak akan turun hujan,tadi siang sangat panas,dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan”ucap Ayah Neri seraya mentatap putrinya,”baiklah ayah”ucap Neri.

Keesokan harinya,seperti biasanya ayahnya akan bangun terlebih awal dari dirinya,dan sekarang ayahnya tengah berada di dapur,semenjak istrinya tiada,ia sendiri yang mengurus pekerjaan rumah bahkan memasak.

Terlihat ia sangat lihai berada di dapur karena ia sudah lama melakukan itu,pagi ini ia hanya akan memasak makanan sederhana untuk putrinya,sepertinya ia menyiapkan nasi gorang,segelas susu putih dan secangkir teh untuk dirinya sendiri.

Sedangkan dilain tempat,Neri terlihat sedang bersiap-siap dengan keperluan untuknya berangkat kesekolah,ia memakai baju putih berlengan pendek,dan sebuah rok selutut berwarna biru yang terlihat pas di tubuh kecilnya itu.

“putri ayah,apakauh kau sudah selesai bersiap?”ayah Neri bertanya kepada Neri dari ruang makan, “sebentar ayah’,ucap neri “cepatlah,ayah sudah menyiapkan sarapan untuk”ucap ayah neri kembali.

Setelah nereka selesai bersarapan,seperti biasanya neri akan berangat kesekolah dengan di berjalan kaki di antar oleh snag ayah,setiap berjalan mereka terlihat bersenandung ria dengan senyum terlihat di wajah masing-masing.

Sekolah.

Neri berjalan ke arah kelas setelah berpamitan dengan sang ayah,namun langkahnya terhenti didepan papan pengumuman,ia meliat selembaran bertuliskan lomba mengambar,ia sedikit tertarik untuk menngikutinya,di samping itu ia yang pandai mengambar.

Neri akhrinya melanjutkan jalanya ke arah kelas,sesampainya dikelas ia di sambut oleh suara mariam,mariam adalah teman baik Neri,mereka sudah kenal sangat lama, “Neri!apakah kau sudah membaca pengumumam lomba mengambar?”ucap mariam, “aku sudah membacanya dipapan pengumuman”balasan neri, “apakah kau berniat untuk mengikutinya?”ucap mariam kembali, “aku akan memikirkanya”jawab Neri, “ikutlah,aku tau kau pandai mengambar”ucap mariam dengan tatapan memberi semangat kepada Neri.

“akanku usahakan” jawab Neri,mereka asik berbincang satu sama lain,sampai-sampai percakapan mereka terhenti dikala bel kelas sudah berbunyi pertanda bahwa kelas akan segera di mulai.

Sepanjang didalam kelas Neri hanya memikirkan apa yang akan ia gambar untuk lomba tersebut,mungkin ia bisa menanyakan itu kepada sang ayah,karena sang ayah juga menyukai seni.

Sepulang sekolah,seperti biasa Neri dan ayahnya berjalan sambil bercerita, “ayah,bolehkah aku mengikuti lomba mengambar?”Neri bertanya kepada sang ayah, “tentu saja”jawab ayah, “namun aku tidak tau apa yang harus ku gambar”ucap Neri,

“ayah akan mencoba menyarikan apa yang cocok untuk putri ayah gambar”ucap ayah neri serasa menyetuh rambut Neri, “Terimakasih ayah”ucap neri dengan tulus kepada ayahnya.

Hari semakin sore,matahari mulai menegelamkan wujudnya,dan semburat-semburat jingga menghisaj langit sore,buruk-buruk berterbangan dengan rapi,Neri dan ayahnya mempercepat jalanya karena tidak ingin terlalu petang untuk sampai dirumah mereka.

Sesampainya dirumah,ayah Nari berjalan menuju kamarnya,ia terlihat membuka lemari dan mencari sesuatu disana,ia terlihat sibuk dengan tumpukan-tumpakan kertas.

“Ayah sedang mencari apa?”neri datang secara tiba-tiba dari pintu kamar membuat sang ayah terkejut, “ayah sedang mencari sesuatu”ucap ayah neri seraya memalingkan wajahnya ke neri sebentar, “bolehkan aku membantu?”tanya Neri kepada ayahnya, “tentu saja”ucap ayah Neri.

Mereka terlihat sibuk mencari sesuatu,menit ke meni mereka masih saja sibuk sampai akhirnya ayah Neri menemukan apa yang mereka cari,sebuah buku diary dengab cover barwarna biru tua, “akhrinya ketemu”ucap ayah Neri dengan senyum tipis, “ayah sudah menemukanya?”tanya Neri,dan ayah Neri tidak menjawabnya ayah neri hanya mengangguk sebagai balasan.

Mereka sekarang sedang terduduk diruang tengah,ayah Neri membuka lembar buku diary tersebut,didalam buku diary tersebut terdapat sebuah bunga dengan dua belas warna, “lihatlah,ini gambar ibumu ketika ia masih remaja”ucap ayah Neri sedangkan Neri hanya mendegarkan apa yang ayahnya ucapkan.

“ayah ingin kamu mengambarnya untuk perlombaan”ucap ayah Neri, “namun bukankah ini terlihat sangat sederhana ayah?”neri kurang setuju dengan ucapan ayahnya, “tidak biasahkan hal yang sederhana menjadi istimewah?kau akan terkesah ketika mengetahui arti bunga tersebut”ucap ayah neri menasehati putrinya.

“apa arti bunga itu?”tanya Neri, “cobalah untuk mencarinya sendiri”ucap ayah Neri, “bagaimana aku harus mencarinya?”ucap Neri, “kau bisa mencarinya di buku perpustakaan sekolahmu, bunga ini mempunyai nama ‘Takashi Murakami flower’,catatlah artinya ketika kau sudah mengetahuinya”ucap ayah Neri, sedangkan Neri hanya mengangukan kepalanya sebagai balasan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus kak, tetap semangat ya

22 Jul
Balas

Terimaksih ya

23 Jul
Balas



search

New Post