Petang Menuju Senja
Panggil saja Alin, panggilan kesayangan dari kedua orang tuanya, saat ini usia alin 6 tahun. Alin tinggal bersama nenek semenjak 1 tahun yang lalu. Pasti temen2 bertanya bagaimana bisa alin tinggal bersama neneknya? Sejak kejadian itu. Alin tidak pernah lagi ketemu sama mereka. Dan tak akan pernah. Kejadian itu membuat alin merasa terpuruk dan berada pada kehidupan yang kelam.
Alin adalah anak yang paling beruntung di dunia ini, dia memiliki orang tua yang sangat hebat. Ayahnya bekerja sebagai ojol (ojek online) dan ibunya seorang wanita tangguh yang sehari-hari menjajalkan jasa nyetrika. Benar, tidak seindah keluarga rafatar yang hidup dengan kemewahan. Akan tetapi alin merasa sangat bangga memiliki mereka, dengan kesederhanaan alin dibesarkan dikeluarga ini dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus.
Hari ini adalah hari yang ditunggu. Alin, ayah dan ibu akan pergi liburan ke rumah nenek, ini adalah kali pertama dia berjumpa dengan nenek, sudah 5 tahun ayah tidak kembali ke kampung halaman. Alin sangat menantikan hari ini. Kata ayah dan ibu nenek tinggal di desa yang sangat indah, asri, dan sejuk. Tidak seperti daerah tempat tinggal kami yang penuh dengan polusi dan padat penduduk. Dari kota ke desa tersebut akan menempuh waktu kurang lebih 8 jam. Cukup lama bukan? Tapi tidak masalah, dengan motor bebek yang dibeli ayah 6 tahun yang lalu sebelum alin dilahirkan. Tidak cukup uang untuk menggunakan travel ataupun menyewa sebuah mobil. "Sudahkan siap semuanya?," ujar ayah "sudah yah!," sahut alin dengan penuh semangat Ibu hanya tersenyum melihat tingkah alin. "Sebelum kita berangkat, kita berdoa dulu ya. Semoga semuanya lancar sampai tujuan. Dan alin bisa berjumpa dengan nenek," kata ayah sambil mengangkat tangan. "Nanti alin tinggal sama nenek saja ya?,"Sahut ibu sambil bercanda Alin hanya tertawa bahagia. Setelah selesai berdoa, motor bebek yang ditumpangi pun mulai berjalan dengan perlahan tapi pasti. Terlukis raut wajah yang ceria dan penuh semangat pada wajah gadis kecil itu, tentu saja ini pertamakalinya alin bertemu dengan nenek nya.
Setelah 3 jam berlalu, alin mulai mengantuk, akhirnya ia pun tertidur pulas dipangkuan ibu. Ayah masih fokus mengendarai motor, sedangkan ibu sesekali mengajak ayah bercengkrama agar ayah tidak mengantuk. Seketika alin terbangun, terlihat samar-samar mobil besar dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan tinggi menabrak motor yang dikendarai ayah.
Waktu seketika terhenti. Alin terbangun, badan terasa sakit, pegal dan sulit digerakkan. Alin tak bisa melihat apa-apa. Gelap sekali. "ayah, ibu, kenapa gelap sekali," ujar alin. Tak terdengar sahutan dari ayah dan ibu. Hanya hening yang alin rasakan. Tangan alin meraba-raba daerah sekitarnya untuk mengetahui apakah ada seseorang disampingnya. Tak lama, alin memegang sebuah tangan, yang pastinya dia tahu ini bukan tangan ayah atau ibu nya. Alin berusaha memanggil pemilik tangan itu.
"maaf, ini siapa? Ayah dan ibu alin mana ya?," Ujar alin sambil menyentuh tangan itu. Berulang kali alin mencoba berbicara dengan pemilik tangan itu yang sedang tertidur kelelahan. Hingga akhirnya alin menerima jawaban. Ternyata pemilik tangan itu adalah nenek alin. Alin bingung, dan melontarkan banyak sekali pertanyaan.
"kenapa nenek bisa ada disini?"
"alin dimana nek?"
"alin sudah sampai dirumah nenek ya?"
"ayah dimana nek?"
"ibu juga kemana nek?"
"kok mereka tidak ada disini?"
"nek kok badan alin gabisa digerakkan?"
"lagi mati lampu ya nek? Kok gelap sekali nek?"
"nenek kenapa diam saja nek?"
Seketika air mata nenek pun jatuh, tak kuasa menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh cucunya itu. Nenek berusaha menahan tangisannya, akan tetapi percuma saja. Air mata tak terbendung. Lalu nenek menjelaskan semua yang telah terjadi kepada cucu nya itu. Alin yang usianya masih kecil, belum mengerti banyak. Dia tidak bisa memahami keadaan dan tidak mengerti apa yang telah terjadi. Dia hanya bisa menangis memanggil ayah dan ibu.
Sepanjang hari alin menangis di rumah sakit, hingga tiba saatnya keadaan mulai membaik, alin diperbolehkan pulang. Akibat kejadian hari itu, kehidupan alin berubah 360 derajat. Alin tidak seperti dulu lagi, alin yang selalu ceria dan bahagia sudah pergi jauh dari diri alin. Bersyukur alin masih memiliki nenek yang begitu sabar merawat dan menerima kondisi alin.
Akibat kejadian itu, alin tidak bisa melihat keindahan dunia dan alin tidak bisa berlari lagi. Sungguh gadis yang malang. Perlahan-lahan alin mulai terbiasa dengan keadaan yang dialaminya. Alin harus tinggal di desa bersama nenek, karena rumah yang penuh dengan kenangan sejak ia dilahirkan harus dijual untuk pengobatan alin.
Desa yang sangat indah,
tapi tak bisa dinikmati keindahannya.
Desa yang sangat sejuk, tak terasa sejuk tanpa orang yang dicintai
Desa yang damai, tapi tak sedamai hati alin. Begitulah yang dirasakan alin saat itu.
Nenek alin adalah seorang wanita paruh baya, yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang petani. Meskipun usianya tidak muda lagi, tapi semangat nya untuk bekerja sangat luar biasa. Semua itu dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan dan mengisi hari-harinya. Nenek tidak ingin menyusahkan anak-anaknya. Nenek mempunyai 2 orang anak, ayahku dan paman. Nenek sangat paham bahwa anak-anaknya bukan orang kaya. Meskipun ayah selalu mengirimkan sedikit uang untuk nenek. Tetapi nenek tetap ingin mengurus sawah peninggalan kakekku. Pamanku tinggal di desa seberang, yang tak jauh dari tempat nenek tinggal. Namun selama aku disini, aku belum bertemu dengan paman dan bibi.
Hari-hari alin lalui dengan kelam, selama berminggu-minggu nenek tidak pergi ke sawah karena merawat alin, alin belum begitu terbiasa dengan keadaan ini dan juga dengan keadaan rumah nenek membuat canggung terlebih lagi dengan keadaan alin yang seperti ini. Pagi, siang, sore, malam alin hanya bisa berteriak, menangis, meronta-ronta memanggil ayah dan ibu. Tak dipungkiri rasa rindu yang begitu besar pada kedua orang tuanya. Alin merasa putus asa, dia tidak punya siapa-siapa lagi, dia hanya punya nenek satu-satunya, lantas jika nenek juga pergi meninggalkan alin, alin sama siapa? Alin semakin kacau dan sedih. Namun perlahan-lahan kebiasaan buruk alin mulai mereda, saat ini ia hanya banyak terdiam diri, melamun, ntah apa yang terlintar difikirannya.
Setiap harinya nenek membantu dan selalu menghibur alin dengan mengajak berkeliling desa. Sampai suatu ketika, tak terasa perjalanan jauh telah ditempuh mereka. Nenek dan alin berhenti di pinggir danau yang sangat indah, damai, dan sejuk. Dari pinggir danau akan terlihat matahari tenggelam. Tentu saja, ini semua alin dengar dari nenek. Tetapi, sesekali alin bisa merasakan suasana yang damai. Alin sangat tenang sekali pada hari itu. Meskipun kadang terasa sangat sedih, memikirkan akan lebih sempurna jika ayah dan ibu juga ikut bersama mereka. Alin meminta satu permintaan kepada nenek, bahwa dia ingin sekali selalu mengunjungi danau ini. Karena disana dia bisa merasakan ketenangan.
Sudah 4 minggu waktu berlalu. Terfikir di benak alin, tidak mungkin jika akan begini terus, alin harus bisa mandiri. Alin mencoba berkata kepada nenek, "Nek alin sudah bisa kok dirumah sendiri". Dengan nada sedikit tidak percaya nenek bertanya kepadaku, "benar alin? Tidak apa-apa jika nenek tinggalin alin untuk bekerja? Kebetulan uang tabungan nenek sudah menipis lin" "iya nek insyaallah alin bisa," sahut alin Mulai besok, nenek akan pergi ke sawah, nenek bilang ia akan pulang saat petang tiba. Tampak kerutan di dahi alin. Tapi mau bagaimana lagi. Alin harus bisa mandiri. "alin nenek ada sesuatu untuk alin," ujar nenek Sambil menyerahkan dua buah benda di tangan alin. Alin meraba kedua benda itu, benda pertama berbahan kayu panjang dan cukup ringan, yah itu adalah sebuah tongkat. Tongkat yang bisa membantu alin untuk berpindah tempat dikala nenek tidak ada dirumah. Benda kedua adalah sebuah speaker kecil, kata nenek disini berisi ayat-ayat al quran, ceramah, dan kumpulan sholawat. Alin sangat senang menerima hadiah dari nenek. Alin yakin kedua benda tersebut bisa membantunya disaat sendiri dirumah. Nenek menjelaskan kepada alin bagaimana cara menggunakan tongkat dan speaker. Setelah waktu berlalu alin mulai mengantuk, akhirnya tertidur di pangkuan nenek.
Saat subuh nenek sudah bersiap-siap diri dan tidak lupa menyiapkan segala keperluan alin. Saat alin bangun, nenek sudah tidak ada di rumah. Alin mulai bingung apa yang harus dilakukan. Alin hanya berdiam diri. Seketika alin teringat hadiah yang diberikan nenek. Alin pun menggunakannya. Alin mendengarkan lantunan ayat-ayat al quran dan sesekali mendengarkan shalawat. Alin menghabiskan waktunya hingga nenek pulang. "Alin nenek pulang," terdengar dari ujung pintu Nenek menghampiri alin yang sedang bermain dengan speakernya. Nenek bergegas bersih-bersih diri. Dan kembali lagi menghampiri alin. Nenek ingin mengajak alin keluar, seraya mengatasi kesuntukan alin setelah seharian di rumah. Nenek membawa alin ke danau yang sangat disukai alin. Mereka menghabiskan waktu berdua hingga senja datang. Alin tak hanya diam, selain bercerita dengan nenek. Alin juga mengulang hapalan yang ia dengar tadi di rumah. Nenek tersenyum bahagia melihat perkembangan cucunya. Nenek sangat senang alin bisa memanfaatkan hadiah yang telah diberikan. Ternyata maksud hati nenek, tersampaikan.
Hari-hari dilalui alin dan nenek seperti itu, alin mulai menikmati kehidupannya saat ini. Alin sudah bisa menerima keadaan dan situasi yang dialami. Alin bahagia, alin menyadari bahwa dia tidak hanya sendiri. Selain ada nenek yang sangat menyayangi alin, alin juga masih punya Sang Pencipta. Setahun telah berlalu. Alin menjadi penghapal al-quran, alin sudah menghafal lebih dari 15 juz. Saat ini usia alin sudah sepantasnya masuk sekolah seperti teman sebayanya. Namun apa daya, alin tidak bisa masuk ke sekolah yang ada di desanya. Di desa ini hanya 1 sekolah dasar negeri. Tentu saja akan sulit bagi alin untuk menyesuaikan diri. Alin pun harus menerima bahwa dia tidak bisa menempuh dunia pendidikan. Tidak menjadi masalah bagi alin, asal dia bisa bersama nenek saja dia sudah bahagia. Alin tetap menjalani harinya seperti biasa. Dari pagi hingga sore hari ia mendengarkan speaker yang diberikan nenek, dan sesekali pada sore hari ia akan pergi ke danau bersama sang nenek, hingga matahari terbenam barulah mereka pulang kerumah. Hal sederhana seperti itu sudah cukup bagi alin.
Takdir tidak bisa ditebak
Kematian akan datang kapan pun dan dimana pun
Tidak ada yang abadi
Syukurilah yang telah kau miliki
1 tahun berlalu
Pagi itu nenek pergi kesawah seperti biasanya. Tidak ada keanehan atau firasat buruk. Semuanya berjalan seperti biasa saja. Namun kali ini nenek agak sedikit kesiangan untuk pergi ke sawah. Tak seperti bisanya nenek seperti itu. sebelum pergi nenek berpesan, "alin nenek pergi dulu ya, semangat mengulang hapalannya. Alin pasti bisa menyelesaikan hapalan, nenek bangga sama alin" Alin mengangguk tersenyum seraya berkata, "baik nenek, alin akan buktikan kepada nenek alin pasti bisa!" Setelah itu Nenek pergi ke sawah, Alin melakukan aktivitas seperti biasanya. Tidak pernah terlintas difikiran alin bahwa hari ini akan tiba.
Beberapa jam kemudian, beberapa warga menghampiri kediaman alin dan nenek. Dan beberapa warga terlihat membopong nenek yang sudah tidak sadarkan diri. Alin kaget dan menanyakan apa yang telah terjadi. Salah satu warga menceritakan kejadian di sawah, Iya melihat nenek tiba-tiba tersungkur di pinggir sawah dan segera menghimbau warga untuk membawa nenek ke rumah. Namun naas, ketika ia menghampiri, nenek sudah tidak bergerak dan tidal bernafas. Air mata alin jatuh saat mendapati nenek yang sudah tidak bernyawa. Alin sangat terpukul, namun alin berusaha untuk tidak meraung seperti dulu lagi. Alin segera meminta bantuan warga untuk menghubungi pamannya yang berada di desa seberang. Selama Alin tinggal bersama nenek Paman hanya mengunjungi mereka Satu Kali Saja. Tak Berapa lama Paman datang bersama bibi dan 2 orang anaknya. Hari itu sangat menyedihkan dan membuat Alin bingung bagaimana dengan nasib nya. dia tahu pamannya tidak begitu menginginkan keberadaannya.
3 hari telah berlalu kepergian nenek, paman mengantarkanku ke salah satu panti asuhan di kota. Paman bilang kalau aku akan lebih baik tinggal disana. Apa daya, alin hanya mengikuti arahan paman. Akhirnya alin sampai di panti asuhan, panti asuhan kasih bunda namanya. "Semoga alin nyaman disini ya allah," ucap alin dalam hati Di panti asuhan alin memiliki banyak teman, ibu panti dan pengasuh lainnya sangat baik kepada anak-anak asuhnya. Alin melewati hari-hari dengan baik. Alin tetap melanjutkan hapalan dengan menggunakan speaker kecil pemberian nenek. Alin akan selalu mengingat pesan terakhir nenek. Pengalaman membuat alin menjadi gadis yang tegar. Setelah 3 bulan sepeniggalnya nenek, akhirnya alin selesai menghapal 30 juz. Alin juga sudah masuk sekolah khusus yang di biayai oleh salah satu penyandang dana di panti asuhan kasih bunda, eitss alin akan disekolahkan gratis hingga kuliah loh. Semua itu berkat kesabaran dan kerajinan alin menghapal al-quran. Alin menjadi salah satu hafizah termuda, semua senang dan bahagia menerima alin dengan segala kekurangan yang dimilikinya. Akan tetapi, alin tak pernah melupakan ayah dan ibunya, begitu juga dengan nenek dan kenangan dikala petang menuju senja... Alin tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, rajin dan sholeha.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar