Sayyidah Redha Hidayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bab 8, Pengaggum Rahasiamu (2)

Pengaggum Rahasiamu (2)

Memendam

Tidak semua perasaan harus diungkapkan. Terkadang ada beberapa pera

saan yang sebaiknya disimpan sendiri dan dibiarkan tetap hidup didalam hati.

>>>•<<<

"Ibu, Dai berangkat ngaji dulu yah.." pamitku seraya mencium hormat punggung tangan

sang ibu.

"Kamu ga capek jalan kaki terus? besok ibu suruh tetangga nganter yaa.." ucap Ibu.

Aku menggeleng lalu tersenyum, "Enggak capek kok bu, lagi pula Dai memang ikhlas

belajar.." ucap ku.

"Syukur, Alhamdulillah.. yaudah hati hati ya teh.."

••••

"Dai?"

Suara itu, aku sungguh mengenalinya.

Seketika hatiku berdetak tak menentu mengatur mimik wajah supaya stabil tanpa wajah

memerah.

Aku pun menoleh, melihat seorang laki laki tengah duduk di vespa Coklatnya.

Uluman senyum sudah kupancarkan sedari tadi.

"Kamu jalan?" tanya Fadhil dengan dahi berkerut.

"Mau Bareng??" lanjut Fadhil seraya menepok Jok belakang motornya.

Aku tak tau harus menjawab apa, aku hanya tersenyum mendapat pertanyaan seperti itu.

Deg-!!

"Gapapa, masih jauh loh.." Ucap Fadhil seraya menunjuk jalanan.

"gausah ka, Dai juga mau mampir dulu ke dunia kado.." elakku seraya tersenyum enggan.

"Oh ya? dunia kado yang di sana kan, gapapa kaka antar " ucap Fadhil seraya menunjuk

Dunia kado yang terletak dipenghujung jalan.

Aku pun tak punya alasan lain, Selain menerima tawarannya.

Angin petang ini cukup sendu dengan langit mendung pertanda hujan akan tiba.

"Kaka kok ga ganti baju? habis dari mana?" tanyaku membuka pembicaraan.

Kepala Fadhil sedikit mendongak, dengan jeda ia menjawab.

"Hahaha iya.."

Ha?! kok ga nyambung?

"ohh hahaha, belok ka.." jawabku mengganti topik.

"okok.." jawabnya seraya memberi sen kearah kanan.

•••••••

"Oh ya, kado untuk siapa?" tanyanya seraya melihat lihat boneka Frozen.

"Untuk Tetangga ka, oh ya.." jawabku yang seketika ingat dengan titipan Zahra hari itu.

"Apa ini?" tanyanya seraya membuka isi surat tersebut.

"Teman ku menitipkannya untuk kaka" jawabku lirih seraya melangkah sedikit menjauh.

"Zahra? Pernah denger namanya.." ucapnya ketika melihat si penandatangan.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.

Entahlah, sampai kapan aku harus memendam rasa yang terlalu dalam.

Tak butuh waktu banyak untuk membaca surat tersebut, Fadhil segera berlari menyamakan

langkahnya denganku.

"Em tetangga yang ulang tahun cewek atau cowok?" tanya nya dengan seringai senyuman.

Aku pun mengulum senyum.

"Cowok ka," jawabku seraya menatap kearah lain.

Mulut Fadhil kini menyerupai huruf "O".

"Kaka pilihkan ya?"

Memendam itu mengasikkan namun juga menyakitkan:')

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post