Bab 16, Always Smile
Always Smile
Awan dilangit cukup mendung, menutupi sinar mentari yang ingin menerobos jendela
kamarku. Aku teringat akan semalam, tertidur tanpa aba aba karena lelah dengan apa yang
dipikirkan.
•°•°•°•°•
"Pagi Dai" sapa seorang perempuan dengan sedikit mengejutkan. Mataku membulat melihat
Zahra menyapaku pagi ini dengan begitu ramahnya, padahal baru saja sehari yang lalu, aku
mengingkari janji padanya.
"Lu sakit apa kemarin?? Kok bisa tiba tiba?? terus,, gimana lu sekarang, dah baikan??"
tanyanya penuh kekhawatiran.
Aku terdiam, mendapati Zahra yang justru memberikan perhatian.
"Dah lah,, Lo bisu pagi ini" kesal Zahra seraya berkacak pinggang.
Aku tersenyum, sedikit terhibur dengan tingkah konyolnya pagi ini.
"Dai diam karena Dai bingung harus jawab yang mana dulu" jawabku seraya tertawa kecil.
"Dah lah" jawab Zahra seraya menggandeng tanganku hangat.
"Maafin Dai, karena ga bisa nepatin janji petang itu" ucapku.
Zahra tersenyum, lalu merangkulku.
"Lu udah gue maapin Dai,, Toh,, kan gaada yang tau musibah datangnya kapan? musibah
dalam kata gue itu kayak sakit gitu loh" Jawab Zahra.
Aku tersenyum, lalu menaruh tas di atas meja.
"Dai,, sebagai ganti yang kemarin,, lu mau ga, buatin satu buah puisi,, gue mohon" Ucap
Zahra sedikit memohon.
"Tentang apa?" tanyaku seraya tersenyum.
"Rindu"
Aku mengangguk cepat, meng-iyakan permintaannya.
"Dai beneran mau bikinin buat Zahra??" tanya Zahra seraya Tersenyum senang.
Aku hanya mengangguk.
"Woah,, makasih Daiii" ucap Zahra seraya memelukku.
Aku tersenyum lalu mengangguk.
"Batasnya sampe kapan?" tanyaku.
"Nanti siang bisa??" pinta Zahra.
"Bisa,," jawabku.
Seketika kelas riuh,, Candy, Nay, Buna, Dan Rai meneriaki namaku.
"Dai!! Lu harus ikut kita ke lapangan,," teriak Nay yang langsung menarik tanganku secara
paksa.
"Apaan sih?? "tanyaku penasaran.
"Udah,, lu ikut ajah"
••••
"Dai,, gue suka sama lu" ucap seorang laki laki berseragam Putih Abu Abu.
Mataku terbelalak mendengar ucapannya.
"Lu mau kan jadi pacar gue?" Lanjutnya seraya tersenyum.
Satu kakinya sudah menapak di tanah, gayanya sudah sangat persis di kartun cinderella
yang pernah ku saksikan.
"Gue suka sama lu,, mau kan lu jadi pacar gue" ulangnya sekali lagi.
Tanpa basa basi, aku menggelengkan kepala, "Maaf".
Kini, laki laki itu perlahan berdiri, memberikanku sekotak coklat batangan dan sebucket
bunga mawar.
"Lo gapapa nolak gue,, tapi jangan sampe lu nolak apa yang gue bawa,, ini semua gue beli
buat lo" ucapnya seraya menggigit sudut bibirnya.
Suara sorakan terdengar riuh disekitar kami.
Menyoraki aku yang telah menolak seorang idola sekolah disini. Memang, sekolah ini
campuran anatara SMA dan SMP.
Jadi, tak jarang banyak anak SMA yang menyukai adik kelasnya.
Aku pun menerima apa yang ia bawa.
"Gue tau,, dibalik semua hal pasti ada konsekuensi nya,, dan disini gue berani nembak lu di
depan umum,, gue juga harus berani nahan malu karena di tolak sama lu " ucapnya seraya
tersenyum.
Aku tersenyum enggan, "Maaf ka" ujarku sekali lagi.
"Gapapa, lu gasalah,, perasaan ga bisa dibohongin kan" ucapnya seraya tersenyum.
"Tapi, ingat satu hal,, gue suka sama lu sampai kapan pun,, kalau lu berubah pikiran,, gue
selalu open buat lu" Lanjut nya.
"Makasih Ka Dennis,, sudah berkenan mencintai Dai" ucapku seraya tersenyum.
"Iyah" jawabnya singkat namun terdengar bergetar.
"Dai balik ke kelas ya ka,, Terimakasih" Ucapku seraya membalikkan badan.
Warga sekolah terus menjadikanku objek pertama saat melewati mereka.
Entahlah,, aku dibilang gadis sombong yang menolak seorang pria idola.
"Lu jangan sok ngartis deh" sindir Ka Bella seraya menabrak tubuhku.
Aku membenci saat saat seperti ini.
Dimana aku bukan lah pihak bersalah namun disangka bersalah.
Zahra, Nay, Candy, Rai dan Buna langsung menghampiriku.
Sahabat tak ada akhlak ini, malah semakin menjadi jadi.
Meledekku habis habisan di sepanjang jalan menuju kelas.
"Cowok keren kayak dia masa ditolak sih,, lu ga waras?" tanya Candy.
"Lah,, emang dia ga waras, baru tau lo? Fabian yang cakep nya luar dalam, yang benar
benar suka sama dia aja ditolak haha" sahut Buna.
"aish, Kalau gue yang ditembak,, pasti gue terima dah, itupun kalau gue belom jadian sama
doi gue yang sekarang hehe” Sahut Nay
“Serem banget lu Dai, jangan jangan lu ga selera Laki ya?” Tanya Rai bergidik ngeri.
Pertanyaan yang mereka lempar semakin menjadi jadi, membuatku kehabisan kesabaran.
"Gue masih waras ya, masih selera cowok!" Teriakku seraya tertawa.
"Gak ada bukti" ledek Nay.
"Buktiin dong Dai,, kalau elu itu cewek waras yang masih demen laki" ledek Zahra seraya
tertawa.
"Ah berisik kalian" kesalku yang langsung menutup kedua telinga.
"Ululu,, sayang Dai" ucap Mereka berbarengan seraya memelukku.
……….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar