Bukan Rindu Dilan, Tapi Aku Rindu Guruku

Pendidikan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Pemberitahuan libur selama satu minggu dikarenakan adanya virus covid-19 adalah suatu kebohongan yang sangat besar bagi para murid. Tepat pada satu tahun yang lalu bahkan lebih, pembelajaran dilakukan secara online. Awalnya ini terasa sangat menyenangkan karena bisa belajar sambil bersantai dirumah. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu, ini terasa sangat berat dan jauh dari kata menyenangkan. Jika bisa dikatakan dengan bahasa kasarnya, ini sama saja membunuh pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak, jika sudah banyak murid yang merasa terbebani dan mengaku bahwa mereka kurang bisa memahami materi yang diberikan apabila pembelajaran dilakukan secara online.

Proses pembelajaran yang seperti ini, cenderung menyebabkan banyaknya rasa malas dalam belajar. Hal ini menyebabkan guru menjadi resah akan nilai yang diberikan nanti kepada muridnya. Setiap guru pasti menginginkan yang terbaik untuk muridnya. Tetapi keadaan memaksa guru dan murid sama-sama berjuang untuk kelangsungan pendidikan yang lebih baik. Segala upaya sudah diberikan. Pemaksimalan pemberian materi oleh guru kepada murid. Dan segala upaya murid untuk memahaminya. Tetapi tidak banyak dari mereka yang dengan cepat dan jelas bisa memahami materi yang diberikan itu.

Hal penting lain yang tidak dapat di berikan secara langsung oleh guru adalah pendidikan karakter kepada murid. Dengan pembelajaran online, tidak memungkinkan murid dan guru saling bertemu apalagi berkomunikasi secara langsung. Pendidikan karakter biasanya di berikan oleh guru kepada murid minimal saat berlangsungnya pembelajaran karena guru sendirilah yang mengerti dengan jelas bagaimana karakter yang dimiliki oleh setiap muridnya. Hal ini pun menyebabkan dampak buruk yang lain yaitu kurangnya pendidikan karakter murid. Pengawasan yang kurang dari orang-orang terdekatnya, menyebabkan banyak murid mengesampingkan tugasnya sebagai seorang pelajar dan memilih menghabiskan waktunya untuk bermain.

Sungguh, kami sangat merindukan pembelajaran di sekolah seperti biasanya bersama guru. Selain bisa memahami materi secara langsung, sering kali kita bisa bercanda bersama. Kita juga bisa belajar sambil bermain bersama teman-teman. Hukuman, waktu istirahat yang terlalu singkat, bel jam pelajaran berbunyi hingga ujian merupakan hal yang sangat tidak disukai oleh para murid. Tetapi sekarang hal-hal tersebut menjadi hal yang sangat dirindukan. Seandainya saja keajaiban datang dan menghilangkan pademi ini dalam sekejap, betapa bahagianya orang-orang yang sedang mengejar pendidikan ini. Betapa bahagianya seorang guru yang sangat rindu ingin segera mengajar, memberikan materi dan mungkin saja menghukum para murid-murid yang nakal dan sering menyebabkan jengkel. Jika Milea merindukan Dilan, tapi aku merindukan guruku. Aku rindu bagaimana aku bisa mendapatkan banyak ilmu darinya.

Tidak banyak yang bisa diharapkan untuk keberlangsungan pendidikan Indonesia jika hal ini tidak ada perubahan sedikitpun. Guru tidak bisa selalu menuntut muridnya untuk menjadi pintar jika saja materi yang diberikan tidak bisa diterima oleh murid. Dan murid juga tidak bisa selalu menuntut gurunya untuk memberikan materi yang bisa dipahami jika saja murid tidak bisa berkembang secara mandiri. Di dalam keadaan yang seperti ini, selain hanya berdoa kita juga harus selalu berusaha semaksimal mungkin memenuhi kewajiban kita sebagai murid dan menanyakan kepada guru apa yang benar-benar tidak bisa kita lakukan daripada diam dan pada akhirnya rasa malas akan menguasai diri kita