Pemanah Jitu ( 1 )
The Archery girl
1.Pemanah Jitu
Langit tampak mendung, pagi itu. Angin berhembus pelan. Di tengah padang rumput tampak seorang gadis menggenggam sebuah busur. Namanya Azwa, gadis yang jitu dalam memanah di umur 12 tahun. Ia mulai menarik tali busur dengan ke tiga jarinya. Ia membidik sebuah pohon tua yang jauhnya sekitar 10 meter. Azwa menarik nafas perlahan, bersiap melepas tali busur.
“Whoaaa…! Hebat sekali kamu Az,” pujian itu mengejutkan Azwa. Ups, tembakan itu meleset. Nara teman dekat Azwa muncul di sebelahnya.
“Nara, kamu membuatku kaget.” Ujar Azwa kesal. Nara tertawa. “ Ambil anak panah tadi, atau kamu bidikanku selanjutnya!” ancam Azwa.
“Baiklah…,” Nara melangkah lebar ke sisi kiri pohon tua itu, dan mencabut anak panah yang tersangkut di tanah. “kamu tahu tidak, besok ada murid baru di kelas kamu.” Nara menyodorkan anak panah itu ke Azwa. Nara dulu sekelas dengan Azwa namun, tahun ajaran baru ini mereka tidak sekelas.
“Apakah wajahku terlihat peduli,” Azwa memasang wajah malasnya, ia menerima sodoran dari Nara. Azwa memang orang yang tidak terlalu suka bergaul, ia lebih banyak diam di kelas, atau saat istirahat ia akan pergi ke tempat panahan. Seperti pagi ini sambil menunggu lonceng masuk, Azwa menghabiskan waktu di padang belakang bangunan sekolah, berbekal alat panah.
Kebalikan dengan Nara. Sifat Nara jauh bertolak belakang dengan Azwa. Supel, ribut atau tidak bias diam. Nara menghabiskan jam istirahat dengan menjahili banyak orang. Kalau dia bosan dengan kebiasaannya. Ia akan pergi ke tempat menyendirinya Azwa, dan mengganggunya.
“Ayolah kawan, kamu tidak ingin mati bosan di dalam kelas sendirian, bukan,” Nara merangkul Azwa mengajaknya berjalan kembali ke kelas, sebentar lagi lonceng masuk. “Tanpaku di kelasmu, kamu kesepian tidak punya teman sebangku.”
“Nara, aku saja tidak terlalu memikirkan kalau aku punya teman atau tidak. Dan kamu itu tidak bisa dibilang teman tapi, partner in crime.” Azwa menatap heran temannya yang satu ini. Ia tidak menyangka Nara akan begitu peduli tentang dirinya. Azwa tahu Nara menemaninya karena bosan, atau terkadang jahil mengganggu. Tapi, Nara memang ada baiknya juga. Ia tidak pernah lupa mita maaf jika merasa bersalah, dan ia juga setia kawan.
“Ish…, bersyukur aku masih peduli,” sahut Nara tersinggung.
Di dalam kelas Azwa duduk di bangku paling pojok. Ia melirik bangku sebelahnya yang sudah lama kosong. Lonceng masuk berbunyi. Semuanya berjalan seperti biasanya.
Sesampainya di rumah ia tidak menemukan ibunya. Azwa lantas membuka tudung saji di meja dapur. Perutnya lapar, ia butuh makanan.
“Azwa, sudah pulang?” Tanya seorang pria. Tentu saja itu ayahnya. “Kebetulan,” lanjut Ayah sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Azwa. “Ayah ingin berburu hewan liar…, kau ingin ikut?” bisik Ayah.
Azwa mengangguk cepat. Tentu ia mau ikut. Terkadang kalau ingin berburu, ibunya tidak mengizinkannya pergi. Karena itulah ayahnya berbisik. “Kalau begitu cepat bersiap…!” seru Ayah dengan suara pelan.
Azwa berlari ke kamarnya. Ia bersiap untuk pergi berburu. Sepertinya ibunya, sedang di halaman belakang. “Ayo, Yah, aku sudah siap!” panggilnya berbisik. Ayah tertawa kecil bangkit dari duduk. Ayah memang sejak tadi siap.
Mereka diam- diam keluar dan bergegas pergi dengan sepeda masing masing. “Ayah, Azwa, jangan pergiii..!” teriak Ibu muncul di depan rumah.
“Bentar doang Bu, Azwa akan okeh- okeh saja!” balas Azwa berteriak sambil terus mengkayuh sepeda. Ayah dan Azwa tertawa.
Sesampainya di hutan dekat desa kecil. Azwa dan Ayah memarkirkan sepedanya di deretan pohon batas hutan.
“Az, hari ini, Ayah akan mengajarkan memanah burung yang sedang terbang,” kata Ayah. “karena agak berbahaya untuk seumuranmu jadi, gunakan ketapel dulu saja, ya?!” lanjut Ayah.
“Yah…” ujar Azwa kecewa. Memanah dengan busur tetaplah nomor satu bagi Azwa.
Ayah tersenyum kecil. “Mungkin kau akan cepat menggunakannya lagi Az, atau kita berdua kena pukul Ibu, hahahaha…”
Azwa memaksakan senyum.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ceritanya bagus>< Semangat nulisnya ya^^
Thx kamu juga semangat ya..X)