Albino Misterius ( 2 )
The Archery Girl
2. Albino Misterius
Keesokan paginya. Azwa tidak berminat memanah lagi di padang belakang sekolah. Ia menghabiskan waktunya menonton, lebih tepatnya menguping teman- teman sekelasnya yang sibuk membicarakan calon teman baru. Sampai tiba- tiba Nara memasuki kelasnya.
“Aku kira kamu main di padang tadi,” ujar Nara memulai obrolan pagi itu. Azwa tidak menganggapi, ia lagi tidak mood untuk berbicara. Nara menyadari itu. Ia langsung melihat sekeliling kelasnya. “Wah, nampaknya anak baru itu jadi trending topic,” Nara asal mencomot sembarang topik.
“Hei, aku tadi lihat anak baru itu…!” seru seorang teman sekelas yang muncul di ambang pintu. Semua mata tertuju ke arah anak itu, penasaran. “Anak baru itu aneh sekali-“
“Jangan sembarangan gitu dong!” potong yang lain. “Tidak sopan berbicara begitu pada anak baru. Nanti dia jadi tidak akan betah berlama- lama di sini, kasihan” lanjut anak lain.
“Dengarkan dulu bisa tidak sih,” sahut anak itu tidak terima. “Siswi baru itu berkulit putih pucat, rambutnya pirang, matanya biru, dan yang paling ane- eh bukan, yang paling unik daun telinganya lebih panjang dari kita.” Jelas anak itu bersemangat.
Semua murid tertenggun. “Yang benar?” Tanya Nara. Semua mata giliran tertuju ke arah Nara yang duduk di atas meja Azwa.
“Nara kenapa kamu masih di sini? Bukankah sudah lonceng masuk?!” balas anak itu bertanya.
“Yang benar?!” Nara berdiri dari duduknya mengulang pertanyaan yang sama. Ia kaget dan panik. Azwa tertawa kecil melihat kelakuan teman dekatnya ini. Nara bergegas kembali ke kelasnya.
“Hey, Az!” panggil Nindy, teman bangku depan.
“Eh, ya?” jawab Azwa gagap, ia jarang sekali disapa.
“Biasa saja, anak baru ini akan jadi teman baikmu selain Nara.” Nindy tertawa melihat kelakuan Azwa.
“Hai, semua… emh, namaku Niyoka,” sapa anak baru bernama Niyoka. Semua mata terbelalak melihat penampilan Niyoka. Azwa mengucek matanya. Astaga, yang dikatakan tadi benar, anak baru itu ALBINO.
Azwa merasa sangat aneh dengan anak itu. Ada sesuatu yang tidak beres. Daun telinga anak itu lebih panjang dari manusia biasa. Yap, Azwa tidak menyukai anak baru itu. Ia merasa sangat ganjil. Namun, sialnya.
“Hey, senang bertemu denganmu,” Niyoka menduduki bangku yang berada di sebelah Azwa. “Namamu Azwa, kan?” Niyoka menyodorkan tangannya.
“Oh,ee..ya,” Azwa mencoba seramah mungkin. Dari mana dia tahu namaku?
Nara mengaduk isi tasnya. Ia berusaha mencari pisau lipat di dalamnya. “Jarang sekali kamu mendatangiku di bangku taman, tempat favoritku,” Nara mulai berceloteh melihat Azwa datang dengan kotak makan siangnya.
“Aku menghindari anak itu.” Jawab Azwa tidak suka. Ia mulai membuka bekalnya.
“Oh, apa anak baru itu menyapamu? Siapa namanya? Dia mengikutimu? Apakah dia sama- sama suka di padang belakang?” Nara mengeluarkan pisau lipat dan mengiris kentang rebus yang ia bawa.
“Aku tidak suka anak itu. Aneh, ganjil, dan berbau misterius. Ugh, dia bagaikan makhluk asing!” seru Azwa seketus mungkin.
“Wow, kenapa kamu sekesal ini kawan?” Nara memandang Azwa heran.
“Aku pokoknya tidak suka.” Azwa menyendok nasi dan memasukannya kedalam mulut. Ia terus memikirkan kejadian di kelas tadi.
“Az, kamu, kan suka memanah?! Bagaiman kalau kamu mengajariku?” Niyoka menyempatkan bertanya disela pelajaran. Azwa menoleh ke arah Niyoka. Maaf apa aku mengenalmu? Menjauhlah dariku! Begitu maksud tatapan kesal Azwa.
“Anak itu semakin dipandang semakin aneh,” mata Azwa menatap kerumunan di depan mereka. Ia menemukan Niyoka jadi pusat perhatian di sana.
Nara tertawa. “Berhenti ah, sudah berapa kali kamu ketus begitu,” Nara melambaikan tangan di depan wajahnya menyuruhnya diam. Azwa menghela napas pelan melanjutkan menyendok nasi. Nara sempat menawarinya kentang.
Dipelajaran selanjutnya mood Azwa buruk sekali. Ia tak kuasa menoleh ke meja sebelahnya, walau berkali- kali Niyoka memanggilnya, mencolek lengannya, atau mengguncangkan bahunya. Azwa hanya mendesah keras menyuruhnya berhenti. Ia jadi tidak fokus belajar.
Akhirnya lonceng pulang sekolah tiba. Azwa cepat- cepat lari keluar kelas. Ia berharap tadi adalah pertemuan terakhir untuk hari ini dengen anak aneh itu atau bahkan untuk selamanya. Namun sayangnya seribu sayang. Azwa terlalu cepat berharap.
“Azwa, tunggu!” seru seseorang. Azwa terdiam sesaat, ia malas untuk menoleh. Menyadari siapa yang memanggilnya, cepat- cepat ia berlari lagi, sambil menoleh kebelakang, anak itu tidak mengikutiku. “Hey, mau lari kemana?!” tiba- tiba saja Niyoka berdiri di depannya.
“Whoaa..!” Azwa kehilangan keseimbangan saking kagetnya. Ia jatuh nyaris menubruk Niyoka.
“Hahaha… payah begitu saja kaget,” Niyoka membantu Azwa kembali berdiri. “Makanya kalau di panggil jawab dong.” Lanjut Niyoka tersenyum.
Azwa mendengus sebal. Wajahnya ditekuk. Lihat, jelas- jelas salah, masih bisa kasih senyum aneh begitu.
“Aku ikut denganmu ya, jalan pulang kita searah,” Niyoka dengan sok kenal sok dekat menggandeng tangan Azwa. Yang disambut hentakan.
“Lepas, apa benar jalan kita searah?” Tanya Azwa ketus. Niyoka tidak menganggapi ia menarik tangan Azwa mengajaknya berjalan. Azwa dengan gontai mengekor. Siapa sih, anak ini? Misterius sekali, ia seperti mengetahui seluk beluk kehidupanku. Kepala Azwa penuh dengan pikiran sambil terus memandang punggung Niyoka. Di pertigaan jalan, Niyoka berhenti lantas berbalik badan menatap Azwa.
“Nah, arah rumahmu di sana kan,” Niyoka menunjuk jalan kanan.
“Itu bukan pertanyaan,” Azwa melipat kedua tangannya di depan dada.
Niyoka tersenyum tipis. “Kita berpisah di sini, sampai jumpa besok Az,” NIyoka berbalik badan dan berjalan lurus.
Azwa menatap heran anak itu. “Hey, itu jalan ke hutan!” serunya memberitahu, ia berpikir anak ini lupa jalan pulang. Niyoka tetap berjalan lurus, tidak menoleh, seolah- olah tuli. “Niyo, kamu baik- baik saja?” astaga anak itu membutnya khawatir. Niyoka tetap berjalan. Azwa memejamkan mata, menarik nafas. Mungkin anak itu marah karena di hentak. Azwa membuka mata kembali. Lhooo…hilang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar