Roviqoh Isabela

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mimpiku, Cita-Citaku

Mimpi itu indah, tapi untuk mewujudkannya harus ada sebuah pengorbanan. Jika berbicara tentang angan, mungkin aku salah satu orang yang memiliki banyak sekali impian. Aku adalah seorang anak yang bisa dibilang memiliki banyak sekali mimpi untuk digapai. Salah satunya menjadi seorang penulis. Impian yang satu ini dulunya aku kira tidak akan bisa tergapai. Dulu aku kira menjadi seorang penulis itu sulit, apalagi untuk membuat karya tulis agar bisa dijadikan sebuah buku.

Kisah ini dimulai saat aku masih duduk di bangku kelas 7. Namaku Roviqoh Isabela, lebih akrabnya dipanggil Bela. "Hei kalian tau tidak? Besok katanya seluruh sesi akan disatukan kembali", ucap salah satu temanku. Waktu itu kami bersekolah saat pandemu Covid-19 sedang menjalar. Waktu itu sekolah kami dibagi menjadi sesi 1 dan sesi 2. Kedua sesi ini akan bergantian masuk sekolah. Saat itu, aku berada di sesi 2. Saat pandemi Covid-19 sudah mulai mereda, kami di umumkan bahwa seluruh sesi akan disatukan kembali.

Saat itulah aku mengenal teman-teman di sesi 1. " Benarkah? Kalau begitu kita akan bertemu dengan teman sesi 1 dong", ucap temanku yang bernama Putri. Aku disana hanya menyimak apa yang mereka bicarakan. Keesokan harinya saat aku sampai di gerbang sekolah, sudah banyak teman-teman yang kurang aku kenal ada disana. Aku segera masuk ke kelas dan mencari tempat duduk. " Eehh bela sini dong, duduk bareng", ucap Icha salah satu teman terbaikku. Aku segera menghampirinya dan meletakkan tasku disana. " Ramai juga ya, padahal dulu tak seramai ini", ucap Icha. Aku hanya menanggapi nya dengan anggukan kecil. Saat bel berbunyi, kami sudah duduk rapi di tempat masing masing. Tapi saat itu anak-anak masih ada yang berbicara.

Saat guru masuk, seketika kelas langsung sunyi. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh" ucap Bu Anis yang merupakan wali kelas kami. Semua anak-anak serempak menjawab salah dari Bu Anis. "Hari ini kita berkumpul secara lengkap, tidak seperti sebelumnya yang hanya terdiri dari sesi-sesi", ucap Bu Anis. "Sebelum kita memulai pelajaran, bagaimana jika kita memperkenalkan diri terlebih dahulu. Karena kalian pasti ada yang saling tidak mengenal", ucap Bu Anis yang sekaligus menjadi guru bahasa Inggris waktu itu.

Singkat cerita sesi perkenalan sudah selesai, sekarang kami sudah mengenal satu sama lain. Aku juga memiliki teman baru, namanya Amel. Dia tipe orang yang suka baca buku, mulai dari cerpen, novel, bahkan buku cerita anak kecil. Awalnya aku kira dia tipe orang judes. Akan tetapi, jika sudah kenal ternyata orang nya tipikal anak yang suka senyum, bercanda, bahkan suka bermain.

Hari demi hari, aku dan Amel makin dekat. Bukan cuma Amel saja, tapi ada Yoan, bahkan ada Shela. Kami berempat sudah selayaknya teman dekat. Suatu ketika, sekolah kami mengadakan class meeting. Kami berempat berkumpul di depan kelas, sambil membahas ini dan itu. " Kalian tau gak? Aku tadi habis membeli buku novel baru", ucap Amel. " Benarkah, novel seperti apa yang kau beli?", Ucap diriku. " Buku romance hehe, judulnya Azzamine", ucap Amel. Perbincangan kami tentang novel itu lama-kelamaan makin serius. " Seperti apa ya rasanya punya buku sendiri?, Maksudku buku karangan sendiri", ucapku. Amel yang mendengar itu, pantas bersuara," entahlah, aku juga ingin memiliki buku sendiri", ucap Amel. Yoan dan Shela hanya diam saat itu. Aku terus berangan-angan kalau diriku memiliki buku sendiri, kisah sendiri. Bukan hanya aku yang berangan seperti itu, tetapi Amel juga sama halnya denganku.

Waktu berlalu, hari demi hari kami lewatkan. Sekarang kami sudah kelas 8. Aku, Amel, Shela, Yoan berpisah. Aku dan Amel berada dikelas 8F, sementara Shela dan Yoan berada di kelas 8D. Jika ada yang bertanya, kenapa kami bisa berpisah?, Karena adanya sistem Ranking 5 besar. Setiap anak yang masuk ranking 5 besar, akan dimasukkan kedalam kelas unggulan. Amel berada di ranking 1, sementara diriku ada di ranking 3. Meski kami berpisah kelas, kami tetap berteman.

Suatu hari, kepala sekolah mendatangi kelas kami...8F. Beliau datang ke kelas kami karena ada yang ingin disampaikan. " Assalamualaikum" ucap bapak kepala sekolah yaitu Syaiful Rizal. Kamu sekelas seketika menjawab salam beliau." Waalaikumussalam", ucap kami serempak. Saat itu Bapak Syaiful berjalan menuju bangku yang aku duduki. " Ada apa ini?, Kenapa bapak kepala menuju ke arahku?, Apa aku mempunyai kesalahan?, Pikirku. "Roviqoh kamu ikut ya lomba literasi", ucap Bapak Syaiful. Saat itu aku sempat panik, karena diriku belum pernah ikut lomba literasi. "Em saya pak?", Ucapku dengan pelan. "Iya, kamu ikut ya", ucap Bapak Syaiful. Aku yang langsung panik langsung menunjuk ke dua temanku, yang kebetulan mereka duduk di belakang bangku. " Mohon maaf pak, mereka berdua di ikutkan juga ya pak?, Mereka jago mengarang pak", ucapku sedikit panik.

Mereka berdua langsung melotot ke arahku, kebetulan yang duduk di belakangku adalah Amel dan Fira. " Boleh, ikut ya mbak, nanti bapak konfirmasi pada walikelasnya ya. Tenang saja, ada kakak kelas kalian juga kok yang ikut", ucap Bapak Syaiful. Setelah Bapak Syaiful keluar dari kelas kami, tiba-tiba aku mendapat jeweran dari keduanya. " Kamu kalau ditunjuk, iya saja. Jangan menunjuk balik pada kami", ucap Fira. " Hehe, maaf ya, udah terlanjur", ucapku cengengesan. "Haduh Bela aku gak mau ikut, mana gak bisa nolak lagi", ucap Amel.

Saat lomba literasi diadakan, kamu mendapat petunjuk tentang tema yang akan di tulis. Temanya adalah guruku, pahlawanku , itu adalah tema pertama bagi kami dalam lomba literasi ini. Saat kami sudah mengirim naskah pertama kami. Alhamdulillah kami masuk dalam jejeran anak-anak pemenang literasi. Saat itu aku senang sekali, begitu pula dengan Amel dan Fira. Kata Bapak Syaiful, kamu akan mendapatkan buku kami sendiri. Bukan hanya kami, tetapi seluruh anak pemenang lomba literasi. Impian yang dulu sempat kamu kira tidak bisa tergapai, sekarang sudah tercapai.

Yang aku kira tidak bisa, ternyata bisa. Meski begitu aku tidak boleh berpuas diri, karena itu, aku harus tetap berusaha untuk yang terbaik. Meski impian ku yang lain belum tergapai, setidaknya salah satunya bisa tercapai. Mungkin saat ini aku belum menjadi apa-apa. Tapi aku juga butuh usaha untuk menggapai mimpi-mimpi yang harus ku wujudkan. Untuk membahagiakan kedua orang-tuaku kelak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post