Waktu hujan dengan guruku
Waktu Hujan Dengan Guruku
Hari Senin tepat pukul 7 pagi sedang dilakukan upacara di sekolah kami.Tidak seperti biasanya rintik hujan mulai membasahi ranting pohon juga atap kelas tempat kami belajar,sebelum hujan semakin deras pembina upacara memutuskan untuk membubarkan upacara sebelum waktunya.Bu Serly panggilan akrabnya ia adalah salah satu guru di sekolah kami,guru kelas 6 sekolah dasar ini memang selalu ramah pada anak didiknya,ia menjadi salah satu guru favorit di sekolah kamii.Tapi entah mengapa wajah Bu Serly tidak seperti biasanya,wajahnya pucat dengan kesedihan mendalam di matanya.
Tanpa banyak bertanya aku dan teman teman segera pergi meninggalkan lapangan upacara sebelum hujan semakin deras.Bel masuk mulai berbunyi anak anak yang tadinya sedang berada di kantin atau di luar kelas mulai berlari ke arah kelas masing masing.
Aku juga segera duduk di kursi yang terletak paling belakang di kelas kami.Aku tidak suka terlalu mencolok mungkin introvet istilahnya.
Savira teman baik ku,satu satu nya siswi berjilbab di kelas kami.Savira memang sangat taat dengan ilmu agama.Ia berasal dari Padang Sumatera Barat dan dia satu satu nya teman yang selalu bermain denganku.
Hujan semakin deras di luar,jam pelajaran pertama adalah matematika,pelajaran yang paling aku benci. Tapi tidak mengapa karena yang mengajar wali kelas kami Bu Serly pasti tidak akan terlalu membosankan.
“Pagi anak anak” Bu Serly menyapa kami dengan nada yang sedikit berbeda dari biasanya,mungkin dia lelah karena Bu Serly memang sedang mengandung anak pertama nya.
Kami menjawab sapaan tersebut dengan riang.Tapi tidak kusangka pelajaran kali ini diawali sedikit konflik yang panas.Satu persatu teman laki-laki kami disuruh maju ke depan.
Dengan raut wajah kecewa Bu Serly mulai memarahi beberapa teman ku yang lain.Aku sudah mengerti alasan kenapa hari ini Bu Serly terlihat marah.
Ada seorang murid yang mengadu bahwa ia sering dipalak, jika ia tidak memberikan uang maka si pemalak akan mengancam akan melukai dirinya.
Aku juga sering dipalak oleh Ridho,tapi aku menolak keras paksaan nya,walaupun aku pernah dibentak sampai menangis tidak pernah sedikit pun aku memberinya uang.
Rintik air hujan terdengar keras di kelas kami yang sunyi,Bu Serly terdiam ia terlihat sangat kesal dengan tingkah laku anak muridnya.Beberapa anak murid yang lain mulai menangis karena tidak kuat dengan tekanan yang ada.
Bu Serly pun segera meninggalkan ruang kelas dengan mata yang berkaca kaca.Beberapa teman yang tadi dituduh memalak mulai mengamuk di kelas.Sepertinya mereka belum sadar dengan kesalahan mereka yang sudah melewati batas.
Hujan mulai reda dan bel istirahat berbunyi dengan langkah yang gontai aku berjalan menuju kantin,perut ku sedari tadi berbunyi tak karuan apalagi tadi pagi aku belum sarapan.
Hujan hari ini selalu menjadi pertanda buruk,aku selalu membenci hujan karena setiap hujan datang selalu saja ada konflik di sekitarku.Dugaan ku benar hujan ternyata memang turun lebih deras dari pada yang tadi.
Aku segera berlari ke arah kelas sebelum hujan membasahi tubuhku tapi betapa terkejut nya aku saat melihat Bu Serly berdiri di depan kelas.Itu memang bukan hal aneh tapi yang membuat ku ingin menangis adalah ternyata ini hari terakhir Bu Serly mengajar di sekolah.Dia dipindah tugaskan ke sekolah lain.
“Maaf anak anak ibu harus pergi hari ini” seru Bu Serly dengan mata berkaca kaca.
Aku segera berlari memeluk Bu Serly,aku tak kuasa menahan air mata saat mendengar kata itu keluar dari mulut nya bagaimana bisa setelah 3 tahun Bu Serly mengajar kita dia akan pergi dengan cara seperti ini?
Kukira kelulusan lah yang akan memisahkan kita ternyata tidak.
“Kenapa mendadak Bu?” tanya ku sambil mengelap air mata yang terus mengalir deras,bibir ku terasa kelu aku sudah tidak sanggup berkata kata lagi.
Hari ini hari terakhir Bu Serly berada di sekolah ini,tepat di waktu hujan,itulah mengapa aku sangat membenci hujan.
Tepat pukul 12 siang kami menikmati waktu terakhir kami dengan Bu Serly dengan makan makan di dalam kelas memang sederhana tapi aku cukup senang dengan waktu ini.Setelah itu kami semua menyanyikan beberapa lagu dan memberikan Bu Serly buket bunga untuk terakhir kalinya.
Kami berbaris mulai menyalami tangan Bu Serly lalu memeluk nya.
“Hujan memang menyimpan seribu kisah sedih di dalam nya,tapi kalian jangan lupa bahwa saat hujan lah kalian dipertemukan dengan ibu,jadi jangan membenci hujan ya?” ucap Bu Serly sambil melihat ke arah ku.
Bu Serly adalah guru panutan ku pahlawan di saat kami terkena masalah,senakal apapun kami Bu Serly akan tetap memaafkan kami,ia hanya akan menasehati kami dengan kalimat yang lemah lembut.
Biodata penulis:
Rosiyana Anggraeni nama yang diberikan oleh ibu Rosipuk dan ayah Mulyono. Dilahirkan di Kab. Semarang tanggal 19 Desember 2007. Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara.
Saat ini penulis tercatat di SMPN 5 Ambarawa kelas IX. Saya dapat dihubungi melalui WA 083806819461, atau Email [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren kak rosi