Tidak Harus Sedarah
Terkadang banyak anak yang harus hidup tanpa kasih sayang orang tuanya dan mungkin menjadi pelampiasan kedua orang tua.Tapi hal sebaliknya malah terjadi padaku.
Sekarang aku benar-benar menyesal pernah memperlakukan wanita terhebat dalam hidupku dengan sikap yang egois.Ya dia adalah Ibuku.
Sebulan setelah kematian Ibu kandungku Ayah membawa seorang wanita ke hadapanku dan kakak laki-lakiku.
Wanita itu memakai jilbab berwarna biru muda terlihat 10 tahun lebih muda daripada Ibu kandungku yang telah tiada.
Aku langsung mengerti arah pembicaraannya ketika Ayah membahas pernikahannya dengan wanita yang kuketahui bernama Indah Prameswari.
Aku yang saat itu masih kelas 5 SD sedangkan kakakku yang kelas 2 SMP tak bisa melakukan apa-apa.
Hari pernikahan pun dilaksanakan dengan resepsi yang cukup mewah,sebelumnya ijab Kabul sudah terlebih dahulu dilaksanakan.
Seminggu setelah pernikahan aku masih belum juga dekat dengan Ibu baruku,karena dia masih sibuk berjualan baju di pasar.
“Ayo nak makan dulu”
Itulah perkataan yang pertama kali terdengar dari Ibu tiriku ketika waktu sarapan tiba.Aku merasa cukup senang dengan sikap Ibu sambungku yang jauh dari kata Ibu tiri yang jahat.
Kakakku sepertinya merasakan hal yang sama ,kami seperti menemukan pengganti Ibu yang memberikan kami kasih sayang dan pelukan yang sama seperti Ibu kandung kami.
Hingga sebuah kabar gembira keluar dari mulut Ibuku,kabar bahwa dirinya sedang mengandung adik ku.
Dan setelah 9 bulan aku akan segera menjadi Kakak.
Kabar tersebut semakin lama juga semakin menyebar hingga ke sekolahanku dan kakakku.
Aku sebenarnya tidak terlalu peduli kalau berita tersebut akan tersebar atau tidak karena yang lebih penting sebentar lagi aku akan punya adik.
“Siapa ya yang punya Ibu tiri?”cemoh teman sekelasku sambil mengambil buku tulisku.
Aku menangis tak karuan,semua berita itu bohong Ibuku tidak kejam seperti yang kalian kira.
“Ibu Tiri”
Kata tersebut selalu keluar dari mulut teman teman sekolahku,mereka selalu mengejekku tidak punya Ibu dan berkata kalau aku sering di siksa Ibu sambungku.
“Padahal Ibu tidak seperti itu”batinku.
Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu,lama kelamaan hidupku tidak sama seperti dulu.
Aku mulai dijauhi teman teman sekelas,diejek habis-habisan adalah keseharian ku,dan yang paling membuatku sedih hubunganku dengan Ibu sambungku mulai memudar.
Pernah suatu ketika Ibu menyiapkan bubur ayam untuk sarapan,aku malah mendorong mangkuk bubur itu hingga jatuh ke lantai.
Ayah yang saat itu masih belum berangkat kerja langsung memarahiku karena sikapku yang kurang ajar.
Aku sadar sikapku sudah kelewat batas tapi aku juga muak karena Ibu tiriku itu semua teman sekelas jadi menjauhiku.
Aku merasa Ayahku sudah tidak sayang kepadaku ia lebih sayang ke istri barunya.
Aku memendam semuanya sendiri,tak bercerita kepada siapapun hingga sembilan bulan sudah terlewati dan adikku pun lahir.
Bayi laki laki yang diberi nama Aji Pangestu oleh Ayahku,wajahnya tampan sangat mirip dengan Ayahku.
Hari demi hari dilewati rasanya kasih sayang Ibu sambungku semakin berkurang,ia sudah jarang berbicara denganku.
Karena dia selalu sibuk mengurus adik laki-laki ku.
Tapi itu semua hanya pikiran negatif ku saja, aku tidak pernah memperhatikan semua kasih sayang Ibu tiriku padahal dia selalu ada untukku.
Dia selalu menjemput aku waktu pulang sekolah tapi aku malah mengacuhkan nya dan memilih pulang sendiri karena memang jarak rumah dari sekolah kami cukup dekat.
Aku takut teman temanku tahu dan mengejekku lagi.
Hingga pada suatu hari aku terkena penyakit demam berdarah hingga harus dirawat di rumah sakit,Ibu tiriku selalu ada di sisiku.
Adikku dititipkan kepada tetangga agar dia fokus merawatku hingga sembuh,saat itulah aku sadar kalau kasih sayang seorang Ibu tidak harus selalu tentang hubungan darah.
Dia menyayangiku lebih dari apapun di dunia ini.
Buktinya dia mampu membesarkan ketiga orang anaknya,walaupun tidak ada hubungan darah diantara kami.
Aku mulai menyayanginya dan menyesal pernah melakukan hal seperti demikian.
Ibuku pergi ke pangkuan Tuhan saat aku duduk di bangku SMA dan aku sungguh menyesali nya.
Biodata:
Rosiyana Anggraeni nama yang diberikan oleh Ayah Mulyono dan Ibu Rosipuk dilahirkan di Kab.Semarang tanggal 19 Desember 2007.Sebagai anak bungsu dari 2 bersaudara.
Saya saat ini tercatat bersekolah di SMP Negeri 5 Ambarawa.
Saya dapat dihubungi melalui:
Wa:083806819461
Email:[email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sad ending
kak rosi..ceritanya mengharu biru ya
Iya kak