Rindu Persabatan Sebelum COVID

COVID-19 merupakan virus berbahaya yang sekarang menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia. Maret, 2020 adalah awal dari kecemasan Indonesia. Berawal dari satu orang, menjadi puluhan orang. Dari puluhan orang menjadi ratusan orang, dan dari ratusan orang menjadi ribuan orang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Apakah situasi ini akan berakhir saat ini juga, ataukah harus menunggu beberapa tahun lagi?. Yang pasti tidak ada yang tahu.

Saya masih ingat saat itu, saat dimana seluruh siswa dikumpulkan dan diberitahu berita yang mengejutkan. “Libur dua minggu”, pastinya senang saat pertama kali mendengarnya. Menimang-nimang apa yang akan dilakukan dengan libur sesingkat itu. Mungkin refreshing ke pantai, atau bahkan mendangki gunung menikmati sejuknya pemandangan. Tapi sayangnya tidak semudah itu, beberapa hari setelahnya kami disibukkan dengan tumpukan tugas yang tak henti berdatangan. “Semangat, tinggal sebentar lagi!” itulah yang selalu saya katakan saat kantuk kembali menyerang.

Sampai akhirnya berita yang lain pun datang. Ujian Nasional ditiadakan, Saya merasa sedih dan kecewa. Disaat penantian yang selama ini saya nantikan menjadi sirna. Sekali lagi saya menyemangati diri saya, “Tak apa, jangan sedih, tetap semangat, serahkan semuanya pada takdir”. Saya menerima semua keadaan ini dengan menjalani hari-hari seperti biasa, semuanya normal dan terkendali selama saya bisa.

Tak terasa, beberapa bulan setelah itu pengumuman kelulusan pun keluar. Apa yang saya rasakan dengan waktu selama itu?, jawabannya hanya stres dan membosankan. Saya bahkan lupa kalau saya punya beberapa sahabat yang sekarang mungkin hanya berstatus teman. Kami sudah jarang kontak-kontakkan, bahkan hampir tidak pernah. “Dia dengan dunianya dan aku dengan duniaku”. Sangat miris bukan?, kami menjadi renggang hanya gara-gara sebuah jarak dan keadaan.

Saya kembali terpikir, tenyata keadaan ini bukan hanya meghambat sekolah saya saja, tetapi juga pertemanan dan komunikasi saya. Saya dulu orangnya periang dan banyak teman, bahkan saking banyaknya setiap harinya pasti selalu diawali dengan tawa. Tapi semuanya berubah setelah terjadinya covid saya menjadi lebih diam dan terkesan introvert.

Dalam satu sisi saya merasa senang karena bisa lulus dengan hasil yang maksimal. Tetapi…dalam sisi lain saya juga merasa sedih karena tidak bisa menunjukan kemampuan saya dalam ujian. Ohh…sungguh menyebalkan, jika harus memikirkan segala wacana yang saya rencanakan sebelumnya. Andai saja virus ini tidak ada, mungkin setelah kelulusan saya akan liburan bersama dengan uang yang sudah saya tabung.

Beberapa minggu kelulusan, kami kembali disibukan dengan pendaftaran online. Bukan pendaftaran biasa, melainkan pendaftaran yang harus dilakukan secara online atau menggunakan internet. Tentunya ada banyak kendala yang harus kami hadapi, seperti jaringan yang tiba-tiba mati, paket internat yang habis, maupun kendala dari situs itu sendiri. Banyak teman-teman saya yang juga bingung atau bahkan tidak tahu cara mendaftarkannya. Tetapi untung saja kami semua dibantu oleh para guru melalui group chat online.

Akhirnya pendaftaran online berhasil saya lalui. “Alhamdulillah...” itulah yang saya ucapkan saat saya resmi diterima menjadi salah satu murid dari sekolah yang saya impikan, SMK Negeri 3 Tanjungpandan.

Sekarang, saya menjadi lebih terbiasa dengan keadaan. Sedih senangnya belajar online masih tetap dirasakan. Walau sekarang saya bersyukur, karena akhirnya kami bisa merasakan suasana belajar tatap muka lagi walaupun kami dibagi menjadi dua kelompok belajar.

Bahagia, ada sedikit saja. Namun pembagian kelompok kelas yang ada membuat persahabatan menjadi renggang. Kami jarang bertemu tak seperti sebelum corona. Sungguh, saya rindu persahabatan sebelum corona.

Penulis bernama lengkap Rosa Medika Putri, lahir di Tanjungpandan, pada 4 Juli 2005. Tahun ini ia menginjak umur 16 tahun, dan sedang berstatus sebagai pelajar kelas 10 yang mengambi kejuruan tata boga di SMK Negeri 3 Tanjungpandan. Penulis bisa dihubungi melalui no 085788816447 atau email: [email protected]