03. Kecemburuan sosial Lexa
Kecemburuan Sosial Lexa
Pagi ini, Queen terlambat ke sekolah karena sebuah insiden. Ya, pukul 6.00 a.m tadi, Ny.Pitaloka sudah membangunkannya. Namun, entah pemikiran apa yang menghampiri isi kepala Queen, bukannya bangun, ia malah kembali melanjutkan mimpinya.
“Semoga pak satpam lagi baik, mau bukain gerbang buat Queen.” Harap Queen pada pak satpam setelah turun dari mobil seraya berlari. “Pak, tolongin saya pak. Sekali ini aja pak. Saya janji deh pak, gak akan telat lagi.” Ucap Queen penuh harap. “Kalo saya mah baik, makanya saya bukain. Kalo guru yang dikelasmu itu.” Ucap pak satpam seraya menunjuk ke arah kelasku. Ya, memang sekarang adalah pelajaran matematika, dan guru matematika adalah guru paling galak. Bahkan, galaknya melebihi guru BK.
Queen POV
‘Mungkinkah hari ini adalah hari sialku?’ pikirku. Aku bersusah payah menelan ludahku sendiri ketika sudah sampai tepat di pintu kelas. “Tok-tok.” Suara pintu kelas diketuk, semua yang berada dikelas langsung mengubah atensi mereka padaku. Termasuk guru matematika ku dengan mata elangnya. Lagi-lagi, aku bersusah payah menelan ludahku. “Permisi, bolehkah saya mengikuti pelajaran?” Tanyaku sopan kepada guru matematikaku. “Silahkan, hari ini saya sedang baik.” Ucapnya membuatku bernafas lega. Aku pun berjalan menuju tempat dudukku. Kemudian, pelajaran dilanjut tanpa ada hambatan.
Author POV
“Kringg-kringg” Bell telah berbunyi, pertanda waktu istirahat telah tiba. Queen segera menuju taman belakang sekolah. Ia duduk disalah satu bangku yang ada. Ia sedang memikirkan cara yang tepat agar orang-orang mempercayainya tentang reinkarnasi tersebut. “Sedang apa kau disini?” Ucap seseorang pada Queen. Queen menolehkan kepalanya, terlihat jelas orang yang berbicara tadi, Lexa. Ya, Lexa dan Queen satu sekolah. Lexa berjalan menghampiri Queen dan duduk tepat disebelah Queen. “Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.” Balas Queen seraya menundukkan kepalanya. “Apa kau masih memikirkan tentang reinkarnasi itu?” Tanya Lexa hati-hati. Queen segera mendongkakkan kepalanya. “Bagaimana kamu tahu tentang apa yang aku pikirkan?” Tanya Queen tekejut. “Sebenarnya, aku sedikit percaya setelah mendengar pujian ma’am padamu semalam. Aku juga tak pergi ke rumah teman untuk kerja kelompok. Aku membohongimu karena aku iri padamu. Maaf.” Ucap Lexa pada Queen. “Tak apa. Terima kasih telah mempercayaiku walau belum sepenuhnya.” Balas Queen seraya tersenyum tulus. “Apa aku boleh belajar balet denganmu?” Tanya Lexa penuh harap pada Queen. Queen mengangguk setuju. Lexa sangat senang, ia memeluk Queen dan mengucapkan Terima kasih. Tanpa mereka sadari, bell masuk sudah kembali berbunyi. Mereka segera meninggalkan taman belakang dan menuju kelas mereka masing-masing.
~
Bell pulang sekolah sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu. Karena sanggar balet hanya dilaksanakan di hari Senin, Rabu dan Jum’at, Queen dan Lexa berencana untuk mempelajari balet di rumah Queen. Mereka berjalan beriringan dengan sedikit canda tawa yang dilempar oleh satu sama lainnya. Ketika sampai dirumah pun, mereka disambut hangat oleh Ny.Pitaloka.
“Kalian pulang bersama?” Tanya Ny.Pitaloka kepada ke duanya. “Iya.” Jawab Queen. Lexa tersenyum dan membungkukkan setengah badannya untuk memberi rasa homat. “Masuklah! Ganti baju kalian dan turun untuk berkumpul.” Ucap Ny.Pitaloka pada ke duanya. “Tapi, aunty. Kita akan mengulang balet untuk esok. Bolehkan?” Izin Lexa pada Ny.Pitaloka. “Oh, yasudah kalau begitu. Tapi jangan lupakan makan malam nanti ya.” Ucap Ny.Pitaloka memberi izin. Queen dan Lexa dengan kompak mengacungkan jempol dan tersenyum.
Mereka segera menuju kamar Queen dan mengulang salah satu bagian yang kemarin diajarkan. “Queen, bagaimana dengan bagian berputar?” Tanya Lexa pada Queen. Queen menghentikan aktifitasnya dan mulai mencontohkannya. Setelah berhenti, dia berkata. “Persendian itu bagian yang paling vital. Engkel kaki harus fleksibel dan kuat. Usahakan agar lutut selalu satu garis dengan tungkai dan kaki.” Jelas Queen pada Lexa. Lexa mulai mencoba bagian berputar setelah diajarkan oleh Queen. Tak instan untuk bisa melakukannya, pasti melalui prosess. Dengan beberapa kali jatuh, sekarang gerakan Lexa mulai membaik dari yang sebelumnya.
Malam hari pun tiba. Lexa makan malam bersama keluarga Queen. “Apa kau akan tidur bersama Queen?” Tanya Ny.Pitaloka pada Lexa setelah selesai makan. “Tidak, aunty. Aku harus pulang dan belajar, Lagipula, aku tak punya baju disini.” Ucap Lexa menjawab pertanyaan Ny.Pitaloka. “Apa kau dijemput?” Tanya Tn.Pitaloka. “Ya, uncle. Tenang saja, sebentar lagi ayah ku tiba.” Ucap Lexa lagi membalas pertanyaan dari Tn.Pitaloka. Tak perlu menunggu lama, setelah mengucapkan itu, terdengar suara klakson mobil dari luar. “Sepertinya ayah ku sudah sampai. Aku pamit uncle, aunty.” Ucap Lexa seraya memakai tasnya dan membungkukkan setengah badannya. “Bye, Queen. Terima kasih.” Ucap Lexa seraya melambaikan tangan dan tersenyum pada Queen.
Hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi Queen. Bagaimana tidak? Seseorang mulai mempercayainya, walau tidak seutuhnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar