Menanti senja
Bab 1: Menanti Senja
"Kriiiiiingggg!!" Suara jam weker membangunkanku dari indahnya mimpi.
Hari ini hari pertama liburanku, akhirnya libur akhir tahun tiba juga, sungguh hari yang kunanti-nanti. Tak lupa sebelum bangkit dari tidurku, pasti aku mengecek ponselku, meski tak ada notif spesial, ya aku ini memang jomblo, tapi aku tidak pernah merasa kesepian, karena aku memiliki keluarga dan sahabat-sahabat yang sangat menyayangiku. Hari ini kita mulai dengan quotes-quotes yang mampu melukiskan senyum diwajahku.
'Selamat Pagi. Jangan lupa senyum dan bersyukur hari ini.'
'Buat kaum jomblo, jangan lupa sarapan, melihat para bucin juga butuh tenaga dan hati yang kuat'
'Ada yang halu tapi bukan feby, ya siapa lagi kalo bukan para jomblo,happy holiday ya jomblo'
'Pagi yang cerah akan lebih nyaman ditemani secangkir teh hijau'
"Ah benar juga, aku butuh secangkir teh untuk menyambut liburan ini." Batinku memerintah.
Sudah cukup quotesnya, kini saatnya melangkahkan kaki untuk menyapa keluargaku lalu menyeduh secangkir teh dan bersantai di tempat ternyamanku yaitu balkon. Oke rencana bagus. Dengan senyum yang ku perlihatkan dengan semangat pagi yang menggebu-gebu, tak lupa rambut yang dikuncir kuda agar terlihat lebih fresh, walau belum mandi.
"Pagii semuaa" seruku kepada mama papa yang sedang duduk menikmati sarapan pagi mereka di depan tv.
"Nyonya nih pah baru bangun jam segini. Baru bangun udah cengar cengir aja kamu" sahut mama melihatku sangat bersemangat di pagi hari.
"Iyaa dong mah, kan hari ini sampai sebulan nanti, Rana libur sekolah, masa mama lupa" jawabku dengan nada yang penuh semangat, tak lepas dengan senyuman yang selalu terukir di wajahku.
"Hmmm dasar, libur aja semangat kamu" ujar mama sambil menyeduh secangkir teh hijau.
"Ngomong-ngomong itu teh buat siapa mah? Buat Rana kan? Ih mama baik banget deh!" Cerocosku dengan kegeeran.
"Ih enak aja, ini buat mama tau, kamu bikin sendiri sana, udah gadis juga" celoteh mama sambil melindungi tehnya yang takut aku curi.
"Iya-iya, Rana udah niat mau bikin sendiri kok"
"Nah gitu dong mandiri, baru anak mama"
"Iyaa dong mah"
Dengan cepat aku menyeduh teh hijauku, lalu membawanya ke meja di balkon, dan berduduk santai ditemani udara sejuk serta sang mentari yang belum lama terbit dan memancarkan seluruh sinarnya. Tak lupa kali ini aku ditemani lagu-lagu dari playlist favoritku.
Suasana seperti ini sudah jarang sekali aku nikmati, karena kesibukan sekolah yang membuatku harus mengurusi beberapa tugas akhir semester. Dahulu mungkin di pagi hari akan selalu ada notif spesial di ponselku, sebelum cerita menemukan akhirnya. Tapi aku tak pernah menyesal mengakhiri cerita itu, karena mencintainya bagaikan memegang dua mawar yang penuh duri. Mencintai seseorang yang memiliki hati yang lain. Jika diingat, tentu rasa sesak akan muncul tiba-tiba karena rasa sakit yang tak sengaja terpanggil. Ah tidak, aku seharusnya bersyukur telah meninggalkan lelaki yang tak berperasaan itu. Tapi tetap saja, rasa sakit ini selalu muncul disaat yang tak pernah di duga. Mungkin keadaan belum terbiasa seutuhnya, dan hati ini masih berada di fase penyembuhan.
Kenapa hatiku ini lemah sekali, selalu membiarkan sakit tanpa mau mencegah, namun apa daya, aku hanya bisa mengikhlaskan serta sabar, tak mau mencari obat untuk sakitnya. Kata sahabatku, satu-satunya obat dengan menemukan cinta baru. Tapi itu sangat mustahil bagiku, karena aku tidak mau menjadikan seseorang sebagai pelarian. Dan aku sungguh sedang sangat lelah untuk memikirkan cinta. Aku ingin sekali pergi ke pantai, karena aku sangat rindu pantai yang sanggup menenggelamkan resahku sedalam-dalamnya.
Pasti sangat indah senja di pesisir pantai, ditemani ombak yang menari menuju pesisir. Sepertinya aku memutuskan akan berlibur ke pantai untuk liburan kali ini. Kebetulan mba Arini sempat menanyakan liburanku kali ini. Lebih baik langsung ku hubungi saja nomor mba Arini, aku sangat tidak sabar menunggu jawabanya. Tanpa menunggu lama, mba Arini mengangkat panggilanku.
"Halo mbaa." panggilku.
"Halo ran, kenapa pagi-pagi telepon?" terdengar suara mba Arini yang masih belum terkumpul nyawanya, terdengar sekali dia baru bangun dari tidurnya.
"Mba baru bangun ya? Haduu mba masa jam segini belum bangun sih" tanyaku sambil sedikit meledek.
"Ini kan hari libur, waktunya rebahan lama-lama di kasur, kamu tu harusnya nikmatin rebahan ran" jawab mba Arini.
"Kayaknya lebih enak kalo hari libur rebahanya di pantai deh kak" langsung saja aku menuju topik pembicaraan.
"Pantai?kenapa tiba-tiba pantai Ranaa" seru mba Arini yang lupa akan tawaranya.
"Ih mbaa, mbaa lupa ya? Padahal itu baru seminggu yang lalu loh mba" ujarku sedikit kesal.
"Emangnya mba ngomong apa sama kamu ran?" Tanya mba Arini lagi, yaampun aku sepertinya terlalu awal menghubungi mba Arini.
"Ih mbaa, mba tu seminggu yang lalu kan ajakin Rana ke pantai pangandaran lhoo" jelasku sambil mendengus.
"Ooooo ituu, ya maaf mba lupa Ran, jadi kamu mau ikut? Tapi mba sama temen-temen mba, mereka baik kok asik juga."
"Iyaa mba, Rana mau ikut, Rana mau liat sunset disana, tapi mba izinin ke mama ya, hehe."
"Iyaa nanti mba izinin, nanti mba kabarin juga ya kapan kita perginya."
"Oke deh mba, jangan lupa ya, Rana udah ga sabar nih" seruku kegirangan.
"Dasar kamu, yauda ah mba mau lanjut tidur lagi, daah"
"Daaaah mba, selamat menikmati kasurnya." Ucapku lalu menutup panggilan.
Tak terasa cahaya mentari sudah menyilaukan pandangan, udara sejuk berganti menjadi semilir angin, teh sudah habis kuminum, lagu-lagu sudah mecapai ujung playlist. Dan perutku sudah ribut karena lapar. Badankupun sudah berkeringat akibat cahaya mentari yang menyorot. Sepertinya aku akan mandi terlebih dahulu lalu sarapan dan kembali bersantai. Sungguh menyenangkan.
...
Mandi dan sarapan sudah ku lakukan, saatnya kembali bersantai menikmati waktu demi waktu, memanjakan diri, mengikuti alunan musik yang menentramkan hati, serta menghabiskan cemilan favoritku ini.
"Ting!" Suara notif instagram membuat jeda di tengah alunan musik yang ku putar.
Dengan segera ku lihat, ternyata notif dari pengguna instagram dengan username penikmat senja. Dia telah update snapgram satu menit yang lalu. Dia adalah salah satu penulis quotes yang sangat aku kagumi. Kata-katanya sangat membawa perasaan. Aku lihat dia update foto sunrise dan terdapat sepenggal quotes di tengah fotonya.
'Hari ini pagi yang cerah nan indah, karena pemandangan pagi yang tak seperti biasanya, kini mentari terlihat jauh lebih indah karena dia melihat senyumu yang merekah'
Sunrise di pesisir pantai itu sangat tak asing bagiku, tapi aku lupa dimana letak tempatnya, iseng-iseng aku menanyakan tempat itu lewat dm.
"Wah keren banget sunrisenya, dimana tuh?" Kukirimkan pesanku tanpa kupedulikan balasan, orang yang mempunyai banyak followers seperti dia, mana mungkin membalas atau bahkan mengecek dm.
Tapi aku penasaran, bagaimana tampang si penulis quotes itu, dan siapa nama aslinya. Karena dia benar-benar tidak pernah mempost foto dirinya. Menurut pengluhatanku, sepertinya dia seorang photographer, atau mungkin hanya sekadar hobi memotret. Tapi yang pasti hasil potretanya begitu sempurna. Dia juga menyukai alam sepertinya. Duh kenapa aku jadi memikirkan dia sih.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 13.20 Di jam jam inilah serangan kantuk menyerang. Mataku semakin menyipit, untuk menambah kenyamanan, aku mengganti lagu-lagu pop menjadi lagu-lagu jazz yang mendatangkan ketenangan.
Lantunan demi lantunan kuresapi, kunikmati setiap lirik dari bait lagu tersebut. Hingga mataku menutup, dan jiwaku siap pergi ke alam mimpi. Sebelum benar-benar aku bermimpi, dengan setengah kesadaranku, aku mendengar suara notif ponselku. Tapi apadaya ragaku sudah tak sanggup diajak bergerak, pikiranku sudah lagi tak mempedulikan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke alam mimpi.
.
.
.
.
Senja di pesisir pantai menyilaukanku, gemuruh ombak yang menari menuju pesisir, mengejutkanku. "Bagaimana aku bisa ada disini sekarang?" Batinku. Ku lihat sekeliling, tak banyak orang berada disini, hanya ada aku dan segelintir orang yang berlalu lalang menikmati berjalan diatas pasir ini.
Sungguh pemandangan yang sangat kurindukan, senja di pantai memang paling membuat kesan dalan hidupku, tempat ini, suasana ini, sangat sangat ku rindukan. Rasanya ingin ku berhentikan waktu agar selalu bisa menikmati senja sepuas yang ku mau.
Dengan alas sandalku, aku duduk memeluk lutut dan menopang daguku menikmati indahnya senja dan gemuruh ombak.
Tapi tiba-tiba saja seseorang tepat didepanku dengan seenaknya memotret senja dan menghalangi pemandanganku. Karena kesal dan tidak terima, aku tegur sang pemotret itu.
"Mohon maaf mas, kalau mau foto bisa di sebelah sana, masnya menghalangi saya buat lihat sunset" ucapku sembari menunjuk ke arah samping.
"Saya cuma cemburu sama senja, dia dengan mudah melihat wanita secantik mba, sedangkan saya tidak bisa semudah itu" balasnya tetap membelakangiku dan menghalangi pemandanganku.
"Hah? maksud mas apa ya? Saya merasa terganggu loh mas" ujarku lagi dengan nada yang sedikit menaik.
"Saya cuman ingin, mba bisa memperhatikan saya juga, dan menikmati senja ini berdua" ucapnya sambil terus menghalangi dan memotret senja, tanpa mempedulikanku.
Aku menjadi kesal dibuatnya, kini aku akan memarahinya sambil melihat parasnya itu. Aku berdiri, mengambil sandalku dan memakainya. Lalu menghadap si pemotret tak tahu sopan santun ini.
"Mas saya sudah bilang saya terganggu oleh kehadira.." Sungguh aku terpaku saat melihat parasnya.
Bola mata yang tajam dibawah alis yang tebal, tatapan teduh, hidung mancung, bibir yang memesona, tubuh yang berdiri tegap tepat di hadapanku, senyuman manis yang semakin membuatku membeku.
"Kehadiran siapa hmm?"
Dan juga suaranya yang menenangkan.
Kini tanganya mengelus lembut rambutku, lalu dia memanggil namaku.
"Rana.."
Bagaimana dia tahu namaku?batinku.
"Ranaa.."
.
.
Laki laki itu berubah menjadi mama, ternyata ini hanya sebuah mimpi, yang sangat nyata terjadi.
"Ranaa banguun, sebentar lagi senja tuh, kamu gamungkin lewatin senja buat tidur kan?" Ucap mama.
"Eh iyaa mah"
Mama melangkah keluar, membiarkanku mengumpulkan nyawa. Aku masih penasaran siapa laki laki itu. Dia sangat menawan. Ah sudahla, lebih baik aku menanti senjaku disini.
Dengan langkah gontai, aku menuju balkon, tak lupa membawa ponselku di genggaman. Beberapa menit lagi senja datang, sungguh momen yang setiap hari kunanti, dimanapun berada.
Ku siapkan ponsel untuk memotret, tapi seketika ada notif yang membuatku terpaku.
'Aku yakin kamu sudah tahu, dan kita baru saja bertemu' penikmat senja.
Jantungku seakan berhenti berdetak. Ya tuhan apa ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisannnya bagus kakak
Makaasiiiihhh ❤❤❤
Makaasiiiihhh ❤❤❤
Tulisan kk baguss kk kelas berpa.. Salam kenal dari Lulu di Kota Solok ya kk. Lulu kelas 4 kk baru gabung disini
Makaasiii luluu ❤❤, aku kelas 1 sma, aku juga baru gabung kok