Dama Pengajarku
Tidak ada gunanya bertanya mengenai ketulusan pengajarku. Dari bagaskara menunjukkan wajahnya hingga tergantikan oleh pancaran indurasmi, Ia tetap ada di sekitarku. Ada untukku kapanpun waktunya, apapun alasannya. Terkadang, Ia merasa lelah. Lelah akan semua tabiat siswanya yang terkadang menyakiti hatinya. Tetapi, apakah Ia berhenti? Oh tentu tidak.
Ia merupakan pengajar dalam mata para pembelajar, tetapi pada kenyataannya Ia adalah pengejar. Pengejar janji Tuhan yang menjanjikan kebahagiaan atas segala kesabaran. Untuknya, para pembelajar adalah titipan yang harus dijaga sebaik-baiknya. Orang tua mereka telah membanting tulang untuk menyediakan Pendidikan yang layak, baginya itu sudah cukup menjadi alasan Ia harus menjaga Amanah yang diberikan para pejuang tanpa tanda jasa tersebut.
Kalau kata orang pengajar itu hanya memerlukan uang, tentu salah besar. Bayangkan, Ia merupakan pengajar yang tentu saja memiliki kelebihan nalar. Ia bisa menjadi apapun yang ia inginkan, tetapi, Ia lebih memilih menyalurkan ilmunya yang sangat mahal kepada para pembelajar.
Pengabdian merupakan kata yang sangat tepat bagi pengajarku. Ia mengorbankan banyak hal untuk para pembelajar. Aku merupakan saksi bisu dari pengajarku. Ia sudah mengajar selama lima hari penuh, namun, Ia masih memberikan aku kesempatan untuk bertanya, bercakap, dan mengungkapan isi hatiku mengenai kehidupan.
Pengajarku tak pantas hanya dikenang dengan sebutan “Guru”. Ia lebih dari itu. Ia pahlawanku, sahabatku, orang tuaku, serta tentu saja guruku. Ia pantas dikenang dengan sebutan pahlawan. Jika, Orang tua adalah pahlawan bagi anaknya saat di rumah, maka pengajarku merupakan pahlawan bagi orang tua dan para pembelajar di sekolah. Ia membantu orang tua mengawasi dan mendidik anaknya dan membantu para pembelajar membuka mata dan terbangun dari kegelapan akan kebodohan.
Jasanya tak terhitung berapa banyaknya, ilmunya tak terkira sudah berapa banyak yang terkuras, dan tenaganya sudah tak perlu dipertanyakan lagi jumlahnya yang Ia korbankan. Tapi, apakah Ia keberatan akan semua hal itu? Tidak, bukan? Ia tetap ada di sekitarku seperti tak ada hal yang terjadi. Ia tetap besikap lemah lembut dan baik hati terhadapku, padahal aku tahu terkadang Ia pun tak dalam kondisi baik-baik saja.
Pengajarku itu luar biasa. Ia segalanya bagiku. Tulisan ini aku persembahkan untuknya. Mungkin, ini tak seberapa dengan semua yang telah Ia berikan untukku, tetapi setidaknya aku ingin Ia tahu seberapa besar aku menghargainya dan aku sangat menyayanginya. Pengajarku sangat layak mendapatkan yang terbaik. Aku memang belum menjadi pembelajar yang baik, tetapi setidaknya aku berusaha bukan?
Terakhir, aku ingin menyampaikan bahwa pengajarku itu layaknya Mutiara yang baswara. Yang suci, bersih, dan tak ternilai harganya. Cinta, kasih sayang, dan ketulusannya layaknya ancala yang berdiri kokoh dan tak tergoyahkan. Aku sungguh bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk menuliskan perasaan yang tak terungkapkan. Terima kasih Pengajarku atas segala pengorbananmu, damamu akan selalu tersimpan dalam kalbuku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar