Qonita Husna Zahida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Part -42

“Sret! Sret! Sret!” Suaranya tak begitu jelas terdengar di telinga Hanna. Namun, cukup untuk membuat Hanna waspada.

Malam yang kelam. Dengan angkuhnya, kabut tebal menutupi sinar menawan rembulan malam. Dingin yang menusuk-nusuk tulang, membuat seluruh warga asrama betah bergelung di balik selimut masing-masing.

Namun, berbeda dengan Hanna, Dhiva, Qilla, serta dua teman ghaib lainnya. Malam ini, tanpa sepengetahuan siapapun, diam-diam mereka menyusun sebuah rencana. Kini, mereka berlima telah berpencar di pos-pos jaga masing-masing, sesuai dengan kesepakatan.

Malam ini, tujuan mereka adalah mengintai. Sesuatu yang sangat misterius wujudnya. Entahlah, sesuatu ini telah membuat seluruh warga asrama jengkel dibuatnya. Sekaligus ketakutan, di saat-saat tertentu. Trending topik yang bertambah asik dengan tambahan bumbu sana-sini. Semua orang ramai membicarakannya, tak terkecuali Amanda yang cenderung cuek terhadap segala sesuatu.

“Srek! Srek!” Suara itu terdengar lagi. Hanna mulai waspada. Pikirannya tak lagi fokus tertuju pada buku yang berada di genggamannya. Buku itu memang sengaja ia bawa, sebagai penangkal rasa kantuk selama ia berjaga semalaman.

Hanna melirik jam tangannya sekilas. 01.29. Ia masih diam tak bergerak. Memutuskan menunggu apa yang terjadi setelahnya.

“Sret! Sret! Sret!” Kali ini, suara itu terdengar begitu jelas. Suara langkah kaki entah siapa. Jantung Hanna berdegup kencang. Terbesit di benaknya, keinginan untuk lari secepatnya, namun, buru-buru ia tersadar,

Untuk apa aku berdiam disini sekian jam melawan rasa kantuk luar biasa?, jika pada akhirnya lari terbirit-birit setelah melihat apa yang sebenarnya kutunggu beberapa malam terakhir ini.

Hanna mencoba menenangkan hatinya, bertasbih kepada Allah, meminta perlindungan-Nya.

Langkah itu semakin dekat, Hanna terdiam mematung. Sosok itu semakin jelas. Sosok yang persis dengan cerita Qilla tempo hari. Seseorang, dengan pakaian serba kelabu, berjalan cepat menuju Hanna berada.

“Aaaaa!” Teriakan itu tertangkap jelas di telinga tajam Hanna. Posisinya begitu membingungkan. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Tetap menunggu sosok itu menghampirinya, atau segera menuju suara teriakan tadi berasal?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutttttt!! Aiya, selalu putus2

02 Dec
Balas

hiks, iyh > <

02 Dec

maklum, nak pndk ni gaes'0

07 Dec
Balas

Lanjut k, kok putus putus terus?

02 Dec
Balas

Lanjut, Kak Qonita! Slalu setia menunggu lanjutannya ^^

02 Dec
Balas



search

New Post