Part -39
“Mm, Mall Kenanganya dimana Qil?” Dhiva yang bersepeda di paling depan bertanya.
“Udah deket kok, habis ini ada lampu merah, trus belok kanan. Nah, sampe deh!” Qilla menjawab dari belakang.
“Oke, okkee,” Dhiva mengangguk mengerti. Ia memang belum pernah tinggal, apalagi melewati jalan-jalan di daerah ini. Sama sekali tak mengenal kota tempat berpijaknya saat ini. Karena ia baru tinggal disini satu bulan sejak kepindahannya dari Chisari.
Dhiva bersepeda beriringan dengan Hanna. Sedangkan Qilla mengekorinya di belakang bersama Chika.
Qilla mengajak mereka bertiga berkunjung ke Mall Kenanga. Salah satu Mall di kota mereka yang terletak cukup dekat dari wilayah sekolah berasrama senandung malam.
“Eh, itu rumah Amanda lho!” Hanna menunjuk sebuah rumah bertingkat di sisi kanan mereka berempat.
Bukannya merasa kaget ataupun terkagum-kagum dengan rumah besar indah bak istana milik Amanda, Dhiva, Qilla, dan Chika justru mengernyitkan dahi heran.
“Loh? Kok bisa tau Han?” Pertanyaan Chika mewakili semuanya. Mengingat hubungan pertemanan antara Hanna dan Amanda tak pernah akur sejak dulu.
“Mm, aku pernah kesana. Maminya Amanda itu temen bundaku,” Akhirnya Hanna menyadari kekeliruannya. Sedikit berbohong.
“Oh, gitu,” ketiganya serempak mengangguk.
Memang benar, bundanya dengan mami Amanda berteman dekat. Namun, dari dulu ia memang sering berkunjung ke rumah Amanda. Bukan karena harus ikut dengan bundanya, namun ia dan Amanda adalah sepasang sahabat yang sangat dekat. Tapi itu dulu. Sejenak ia teringat momen-momen indah bersama Amanda semasa SMP, dua tahun yang lalu.
“Hannn! Woyy jangan ngelamunn!” Qilla berteriak keras.
“Udah sampe tuh! Jangan melongo gitu, kuy masuk!” Qilla terkikik geli. Mengajaknya masuk segera ke dalam Mall Kenanga.
“Han! Han! Sini deh!” Qilla berbisik sok penting.
“Apa sih?” Hanna bertanya selintas.
“Eee, temenin aku yaa? Nyari kado buat sesuatu,” Qilla melanjutkan ragu-ragu.
“Haa? Kok sesuatu sih? Maksudmu gimana?” Hanna balas berbisik heran.
“Uhm, ntar ku kasi tau. Sekarang aku tanya dulu, mau kan?” Matanya berbinar penuh harap.
“Iya deh, tapi kamu yang bilang ya, kalo mau pencar sama mereka,” Hanna mengiyakan. Menunjuk Dhiva dan Chika yang berjalan bersisian di depan mereka.
“Ashipp!” Qilla segera meghampiri Chika dan Dhiva. Berbicara beberapa potong kalimat, lantas segera menunjuk stand kesayangannya. Bergegas mengajak Hanna masuk ke dalamnya.
“Aksesoris?” Hanna bertanya bingung. Memandang sekelilingnya. Stand ini memang khusus menjual berbagai macam aksesoris, dengan segala macam pernak-perniknya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar