Part -09
Zhafran melirik jam tangan. Ini sudah terlalu siang. Mengapa Zahida belum keluar juga? Ia melongokkan kepalanya, sudah tak ada Zahida disana.
Zhafran berusaha berfikir positif, “Mungkin ia masih keluar bersama Farhana,” Ia memutuskan untuk segera kembali ke rumah dan menunggu istrinya disana.
Hingga mentari menampakkan dirinya, Zahida tetap saja belum kembali. Malam tadi, Zhafran terkantuk-kantuk menunggu kehadiran Zahida, dan bangun kesiangan.
Zhafran tak bisa menahan diri lagi. Nalurinya mengatakan, sesuatu yang buruk telah terjadi. Baiklah, ia akan mencoba menghubungi Zahida. Semoga ini hanya perasaannya saja.
“Tuut, tuut, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif,” Zhafran mendesah kecewa. Apakah istrinya itu lupa menyalakan handphone-nya? Ah, kebiasaan buruk.
Zhafran mulai cemas. Dua puluh nada panggilan, tetap saja tak terjawab. Memutar otak, mencari cara lain. Yeah, solusi terbaik yang tersisa, melacak keberadaan Zahida lewat nomor WhatsApp-nya.
Deg. Seketika matanya terbelalak lebar. Ia memperluas lagi daerah yang dilacaknya. Zahida ada disana. Ruangan pendingin, dengan termostrat ruangan bersuhu rendah, satu digit saja.
“Astaghfirullah!” Zhafran berseru panik. Segera mengemudikan mobilnya secepat mungkin. Ia harus berhasil menyelamatkan Zahida sekaligus janin didalamnya.
“Tuut, tuut,” lagi-lagi nada panggilan tak terjawab. Tak ada yang berbaik hati mengangkat teleponnya. Ia terus menghubungi rekannya satu persatu. Zhafran tak bisa sendirian.
Zhafran terus menggumam dzikir. Ada kecelakaan motor di depan sana. Ia berseru kesal. Semua ini sungguh menghambat waktu emasnya menyelamatkan Zahida. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Benar, inilah hukum 3-3-3. Manusia bisa bertahan hidup 30 hari tanpa makanan, 3 hari tanpa air, dan 3 menit tanpa udara.
Waktunya tak banyak. Ia memperhitungkan, Zahida baru saja dimasukkan dalam ruangan pendingin sekitar jam 7 pagi. Sedangkan ia bisa bertahan selama 3 jam jika mengalami hiportemia. Sekarang sudah jam 09.40. tersisa dua puluh menit lagi.
Zhafran bertambah panik. Sejauh ini, ia belum berhasil menghubungi siapapun. Ia terus berkejaran dengan waktu. Bangunan itu telah didepan mata. Baiklah, ia harus sanggup dan berani masuk kesana, sebelum semuanya terlambat. Dengan berbagai resiko besar, ia masuk ke dalam perangkap penjahat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar