Karang Part-01
“Lihat saja, aku memiliki bukti yang kuat agar dia masuk penjara,” ia berucap puas.
“Right! Segera buktikan itu!” Leo, rekan Farhana berucap mantap.
Suasana Emirgan Park tampak indah nan permai di musim semi kali ini, bunga tulip bermekaran indah berwarna-warni, memesona. Mobilku melesat cepat, melenggang, melewati keramaian Festival bunga tulip, memasuki wilayah pusat kota. Aku menatap ke luar jendela, gedung-gedung pencakar langit berbaris rapi memenuhi keramaian kota. Satu kelokan lagi, hingga akhirnya tiba di kantorku.
“Kriett…” Ruangan besar itu terbuka lebar. Seluruh pasang mata memandang kehadiranku, tersenyum menyambut.
“Baik langsung saja, bagaimana perkembangan terbaru AP1 sejauh ini? Apakah ada kemajuan berarti?” Aku memulai percakapan.
“Ben, Hanim,” sebuah suara menyahut. Rasheda, manajer outlet AP1 Bursa mengangkat tangan.
“Tamam lütfen,” aku mengangguk siap menyimak.
“Okey, disini saya hanya ingin memastikan kebenaranmu yang disebut-sebut sebagai seorang hafidzah,” alisku terangkat, sedikit tak mengerti.
“Well, silahkan,” jawabku cepat.
“Bacakan surah Maryam ayat 1-5,” perintahnya cepat, sementara tangannya menggenggam handphone yang menampilkan aplikasi alquran digital dan AP1.
Kulantunkan surah Maryam dengan suara yang jernih dan merdu. Namun, ditengah ku membaca surah Maryam tiba-tiba terdengar suara istighfar sekaligus ayat pembenaran dari AP1. Bagaimana mungkin? Aku rasa ayat yang kubaca tak melenceng sedikitpun. Aku kembali memperjelas pendengaranku. Ternyata, AP1 tak membaca surah Maryam, entah kenapa tiba-tiba aku menyadari, itu surah Yunus!
“Bagaimana Hanim? Well, saya mengakui anda memang seorang hafidzah, tetapi bagaimana mungkin alat ciptaan anda ini menunjukkan yang sebaliknya?” Rasheda tersenyum sinis.
Aku terdiam tak mengerti. Bagaimana bisa? Aku sendiri pun tak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan sesimpel itu.
“Benar sekali yang dikatakan Rasheda Hanim, saya mendapat teguran keras dari seorang klien atas kesalahan yang sama.” Kali ini Zehra mengucap keluhannya.
“Kita tak tahu sekejam apa hatters-mu diluar sana Hanim,” Rasheda berucap kembali. Resiko terburuk terbayang di depan mata. Aku tahu, akibat kesalahan fatal ini tak main-main.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren keren, dari sini langsung tahu seperti apa seorang Hanim. Masalah yang akan ia hadapi seperti apa. Tapi pembawaan ceritanya sip
eh, maaf. Hanim itu panggilan nyonya, pke bahs Turki. tokoh utamanya Zahida