Diariku, Cerita Seru Bersama Guruku
Oleh Qois Achmad Tsaqif At Tahrir
SD Luqman Al Hakim Nganjuk, Jawa Timur
Akhirnya setelah berbulan-bulan, aku bisa masuk sekolah. Betapa bosannya aku belajar daring. Sekarang aku kelas lima. Wali kelasku guru yang sangat tegas dan berpengaruh. Sebelum menceritakan masa kini. Aku akan kembali bernostalgia ke masa-masa kecil penuh kenangan.
Kuingat masa-masa PAUD-ku. Seingatku umurku 3,5 tahun. Aku sedikit lupa dengan nama guruku karena aku masih kecil. Tapi. Aku masih ingat jasanya telah mengajarkanku. Kedua orang tuaku mengingatkan nama guruku. Ustadzah Pita nama beliau. Setiap hari selalu menemaniku, membimbingku dengan penuh kesabaran. Juga menjagaku terutama saat ibuku terlambat menjemputku.
Saat di TK, aku sudah lebih besar. Ustadzah Erna, guru yang paling akrab denganku. Bahkan aku sering ikut pulang bersama beliau saat ibuku masih bekerja dan belum bisa menjemputku.
Kelas 1 SD. Masa-masa yang bisa dibilang gelap. Namun juga terang. Saat itu ada pem-bully di kelasku. Namun, guru yang mengajar di kelasku sangat baik. Lumrah Hati namanya. Aku dan teman-temanku biasa memanggil beliau Ustadzah Lum. Guru yang mengajarkan huruf vokal. Guru yang selalu mengingatkanku. Guru yang selalu memberiku saran. Guru yang sangat baik. Takkan kulupa jasanya.
Kelas 2 SD. Seperti yang kubilang tadi. Masa-masa gelap setengah terang. Pem-bully itu masih nakal. Temanku dipalak habis-habisan. Aku juga sering dijahili. Dia juga sering bertengkar dengan kelas sebelah. Untung saja ada guruku yang melerainya. Ustadzah Putri namanya. Lucunya guruku takut kemoceng. Katanya geli ketika melihat kemoceng bulu ayam. Aku pernah menangis karena pem-bully itu. Guruku memarahinya. Pelajaran yang beliau jelaskan juga mudah dimengerti. Namun tak begitu dengan pem-Bully itu. Karena malas mendengarkan guru, ia malah menyontek aku.
Guruku, jasanya akan selalu berada di hati.
Ketika di kelas 3 SD, akhirnya pem-bully itu pergi. Juga datang murid baru dari pondok. Guru saat itu bernama Dahlan. Pak Dahlan baik dan suka bercanda. Biasanya beliau dipanggil Pak Lan. Pak Dahlan juga suka membantuku saat lomba. Bahkan ketika aku lomba 2 minggu yang lalu, beliau membantuku. Pak Dahlan menjelaskan pelajaran dengan baik. Pelajaran yang dijelaskan jadi mudah diingat. Jasa Pak Dahlan akan selalu di hati.
Sebelum bercerita tentang masa kelas 4-ku, masih banyak guru lain yang belum kuceritakan. Seperti 2 guru bahasa inggrisku yang sangat tegas. Yang pertama ustadzah Enggar. Dengan peraturan-peraturan yang tegas, semua murid yang ramai jadi tertib. Guru bahasa inggris yang ke 2 adalah Ustadz Fahrul. Punya peraturan yang tegas tapi juga ramah.
Guru IPA kelas 5, namanya Ustadzah Puji. Belajar IPA tak pernah bosan dengannya. Kata kata yang sulit diingat disingkat menjadi kalimat lucu. Sedangkan untuk pelajaran matematika, dulu ada guru matematika yang sangat tegas. Ustadzah Riska namanya. Sangat tegas, tapi juga baik. Sedangkan guru matematika yang sekarang bernama ustadzah Hindun. Tidak terlalu tegas, tetapi suka bercanda.
Di kelas 5, Wali kelasnya guru yang tegas. Ustadzah Enggar. Bila salah sedikit langsung diberi kado (hukuman). Setidaknya murid-murid akan jadi tertib. Di kelas ini juga ada guru baru yang namanya ustadzah Lina. Guru yang lembut dan baik hati.
Sebenarnya ada banyak sekali guru. Seperti bapak Kepala Sekolah. Orangnya ramah, baik, dan suka bercanda. Guru-guruku pasti takkan pernah kulupa. Mereka sudah berjasa banyak untukku. Mereka semua sudah mengajariku. Baik yang baru maupun lama.
Guruku akan selalu kukenang. Diariku, cerita seru bersama guru ini akan membantuku mengenang mereka. Masih banyak lagi guru yang berjasa bagiku yang belum aku sebutkan. Setidaknya mereka akan selalu kukenang. Terima kasih guru-guruku telah mengajariku banyak hal. Guruku akan kukenang selalu. Semoga semua guruku sehat-sehat saja. Terima kasih banyak kusampaikan.
Guruku pahlawanku.
Guruku pelindungku.
Terima kasih banyak guru.
#Naskah Lomba November 2021
#Tema Lomba: Jasa Guru Membekas di Hati.
Nganjuk, 9 November 2021
PROFIL PENULIS
Qois Achmad Tsaqif At Tahrir dilahirkan di Nganjuk, pada tanggal 9 Maret 2011. Dia adalah anak dari ayah Achmad Kanapi, S.Ag. dan Ibu Nurrohmah Puji Mastuti, S.Pd. Bungsu dari tiga bersaudara ini sudah menduduki kelas lima di SD Luqman Al Hakim Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Kegemarannya pada angka dan pernah beberapa kali mengikuti lomba dan kejuaraan dalam bidang matematika dan IPA tidak menyurutkan kegemarannya untuk terus berburu buku. Dia juga aktif mengikuti pelatihan Sasisabu di Media Guru dan sudah menerbitkan karya solo buku kumpulan cerpen berjudul Misteri Kunci Apartemen di tengah kesibukannya daring dan mengikuti olimpiade MIPA di masa pandemi Covid-19. Juga mengikuti lomba Hi-Fest. Penulis adalah salah satu pemenang lomba yang tergabung dalam buku antologi berjudul Anak Indonesia Cinta Buku, Ramadan Ceria, Yuk, Membuka Dunia dengan Buku, Aku Cinta Lingkunganku, Rumahku, Istanaku, Bapak Ibu Guru Kami Rindu Belajar dan Bertemu ini, Kami, Buku, dan Perpustakaan, dan UNTUK INDONESIA: Sebuah Kisah, Cita-Cita, dan Harapan, sangat menyukai komik dan buku cerita serta beberapa buku lainnya tentang sains. Penulis bisa di hubungi di nomor WA Ibu 081294508377 dan email Ibu [email protected].
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar